Extra Part🌸

10.7K 540 56
                                    

Happy Reading

----------------------------

Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin Gisel diumumkan sebagai penerima beasiswa. Kini dia sudah menjadi salah satu alumni Universitas Garuda. Meskipun banyak hal yang terjadi selama perkuliahan, Gisel bahkan pernah berpikir untuk menyerah saja. Namun pada kenyataannya ia tetap memperjuangkan pendidikannya sampai akhir. Karena itu Gisel berhasil menyelesaikan skripsi dan resmi wisuda dari seminggu yang lalu. Gisel bangga dengan dirinya. 

Dibalik keberhasilannya Aji adalah orang paling berpengaruh, tentu saja. Lelaki itu senantiasa menjadi tempat Gisel mengadu. Mendengarkan keluh kesah tiap kali Gisel mengalami tekanan dan tuntutan akan dosen pembimbing. Padahal dia juga sibuk dengan pekerjaannya.  Dan Gisel sangat bersyukur memiliki seseorang seperti Aji di sampingnya. 

Malam ini Gisel berencana untuk memberi reward pada suaminya itu. Memberikan sesuatu yang mungkin bisa membuat Aji menangis bahagia.

Maka untuk memastikan agar rencananya berhasil wanita cantik itu menyeret kedua temannya dan teman-teman Aji. 

Sekarang apartemen Gisel dan Aji mendadak ramai. Tim cewek, ada Gisel, Karina dan Briliana yang sibuk di dapur. Mereka bertugas menyiapkan makanan. Daniel dan Dirga sedang keluar membeli camilan dan minuman. Lalu sisanya menyiapkan dekorasi ruang tengah.

"Siapa yang pake pompa woy gantian, pipi gue sakit nih." Keluh Arjuna setelah mengikat balon hasil tiupannya. Tangannya mengelus kedua pipi.

"Yailah bang, baru juga satu." Balas Adam di sampingnya.

"Dam, gue jalan ke sini itu udah effort banget. Gue engga mau tenaga gue abis. Minimal gue punya energi buat karokean nanti malem." Jelas Arjuna.

"Dari tadi lo duduk doang anjir. Yang nyetir juga gue. Darimananya energi lo bisa habis?" Sungut Adam tak habis pikir.

Pasalnya yang effort berlebih di sini tuh Adam. Doi bela-belain naik ojol buat jemput Arjuna di apartemen. Dia bahkan yang membangunkan dan menyeret Arjuna ke kamar mandi. Setelah mau berangkatpun, Arjuna enggan menyetir.

Pantaskah Arjuna bilang begitu?

"Orang produktif macem lo mana paham sama orang hemat energi kaya gue."

Adam memutar bola mata. "Ck. Terserah." 

Manik rubahnya menatap Arjuna penuh cibiran. "Gue kasian sama pacar lo nanti deh, bang. Pasti dia makan hati karna punya cowok mageran kaya lo." 

Arjuna mengendikkan bahu, acuh. "Makanya itu. Gue engga mau repot, mending jomblo. Hemat duit, hemat energi."

"Kalau gitu, gue do'ain lo jomblo selamanya." 

Kedua lelaki itu mengangkat pandangan. Itu Briliana. Dia datang dengan nampan berisi minuman.

"Ya engga selamanya juga, anjir. Gue masih mau nikah."

Entah kenapa, Arjuna tidak menyukai tatapan dingin itu. Lia kembali menegakkan tubuh setelah meletakkan cangkir. Dia balas menatap Arjuna datar.

"Really? I think you're going to be single forever because of that lazy habit of yours. Good luck for the way you think."

Setelahnya Lia berbalik, meninggalkan Adam yang menahan tawa dan Arjuna dengan mulut terbuka.

Sialan!

Dari sekian banyak kalimat pedas yang ia terima, kenapa kalimat yang diucapkan gadis itu begitu menohok?

Tanpa mereka sadari interaksi itu ternyata dilihat oleh penghuni lainnya.

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang