Satu dari sekian banyak hal yang tidak pernah Gisel duga di dunia ini adalah menjadi istri seorang Radhitya Aji Bimasena. Jangankan berkhayal, memikirkannya saja Gisel tak berani. Terhitung sudah tiga tahun Gisel menyukai Aji, selama itu pula Gisel tak pernah bergerak dari tempatnya.
Gisel tau diri. Aji terlalu jauh baginya, selain itu sosok Rania yang selalu bersama lelaki panda itu juga menjadikan nyali Gisel ciut. Aji begitu mencintai Rania, Gisel tau itu. Sorot mata Aji setiap kali menatap mahasiswa kedokteran itu mengatakan bahwa Rania amat berharga bagi Aji.
Oleh karena itu Gisel memutuskan untuk jadi penggemar saja. Karena dengan begitu Gisel bisa tetap mencintai sosok Aji tanpa mengharapkan apapun, tanpa rasa sakit dan tanpa kekecewaan. Lagi pula Gisel tidak ingin jadi tokoh antagonis yang merusak hubungan dua orang yang saling mencintai.
Gisel tidak sejahat itu.
Namun Tuhan memang selalu punya cara untuk mengejutkan hamba-Nya. Sosok Aji yang sedang makan di depannya seakan menjadi bukti nyata bahwa pemikiran Gisel selama ini salah besar.
Tuk!
"Aduh!" Gisel meringis karena jidatnya yang tiba-tiba digetok pake sendok. Tatapan sengit Gisel layangkan.
"Jangan ngelamun, apartemen ini banyak hantunya. Kalau lo kesurupan, gue yang ribet nanti." Kata Aji menakuti.
Ah benar. Mereka telah pindah ke apartemen Aji setelah perdebatan Aji dan Bunda tadi sore.
"Engga! Kalian mending di sini aja sama Bunda Ayah. Kalau berdua, nanti yang ngurus siapa? Kalian kan lagi repot skripsian. Lagian, kalau Gisel di sini Bunda jadi punya temen di rumah." Kata Bunda berusaha membujuk.
"Bun, Aji tau Bunda khawatir. Tapi beneran kita maunya di apartemen aja. Sekalian belajar buat bangun rumah tangga mandiri. Percaya deh, Bun. Aji bisa kok jaga Gisel. Nanti kita bakal sering-sering main ke sini."
"Tap.."
"Biarkan saja, Bun. Bener kata Aji, kita harus percaya sama mereka. Biar Aji juga bisa belajar jadi suami yang baik dan bertanggung jawab sama istrinya."
Kalau urusan begini, Aji rasanya mau sungkem sama Ayah.
"Iya Bun. Lagian mereka juga pengantin baru, lagi panas-panasnya tuh." Kata Jinan dengan wajah tengilnya membuat Aji melayangkan tatapan sengit pada sang Kakak.
"Saya juga setuju, Bu sama Bapak. Siapa tau Den Aji maunya berdua terus sama Neng Gisel." Bi Inah ikut menimpali.
Aji tertawa canggung sedangkan Gisel mengalihkan tatapan dari orang-orang di sana. Aji bahkan tidak tau apakah ia harus berterima kasih atau bersungut pada Bi Inah. Namun berkat kalimat itu, Bunda akhirnya menyetujui permintaan si pengantin baru.
Hingga di sinilah mereka, sedang makan nasi goreng buatan Aji. Sebuah fakta yang baru Gisel ketahui, Aji ternyata lumayan bisa masak. Walaupun cuma masakan sederhana seperti nasi goreng, tapi rasanya cukup bisa dimakan.
"Lo tidur di kamar sebelah" Kata Aji menunjuk pintu abu-abu di sebelah kamarnya. "Tenang aja udah bersihin kok. Lo tinggal rapihin barang lo terus istirahat."
"Makasih."
____
Keesokan paginya bangun-bangun Aji sudah mendapati Gisel yang sibuk memasak di dapur. Pemuda itu melirik jam dinding, pukul tujuh lewat lima belas menit. Masih tergolong pagi untuk manusia yang suka bangun siang seperti Aji, apa Gisel memang biasa bangun sepagi ini?
"Masak apa?"
"Akh!"
Prang!
Aji berderap mendekati Gisel yang terlihat kaget. Tangannya dengan cepat mematikan kompor lalu berjongkok membersihkan serpihan gelas.
"Diem di situ! Jangan bergerak!" Cegah Aji kala mendapati Gisel yang ingin ikut membantu.
"Diem aja, Gi. Nanti lo luka." Ujarnya ditengah kegiatan membersihkan. Aji celingukan mencari sapu, setelah ketemu Aji melangkahkan tungkainya lalu kembali lagi.
Sementara Gisel masih diam di tempatnya. Melihat pergerakan Aji yang kesana kemari.
"Sorry ya, gue ngagetin lo." Kata Aji setelah membuang serpihan kaca pada tempat sampah.
Gisel terlalu fokus dengan masakan sampai tak menyadari kedatangan Aji. Ia yang sedang ingin minum air terkejut lantaran suara Aji hingga membuat pegangan pada cangkir terlepas begitu saja.
"Ngga papa. Guenya aja yang kagetan." Kata Gisel lalu mulai mengambil mangkuk untuk menyisihkan masakannya. Aji mengambil mangkok itu lalu ditaruh di atas meja makan.
"Lo ngga papa?" Tanyanya seraya memindai keadaan Gisel. Gadis itu menggeleng singkat.
"Gue baik-baik aja, Ji. Lo nya yang kenapa-napa."
"Ha?" Aji ngelag bentar.
Setelah selesai menghidangkan sarapan Gisel menarik lengan kaos Aji untuk keluar dari dapur. Aji yang bingung hanya menurut saja.
"Duduk di sini." Titah Gisel. Ia berlalu menuju kamar dan kembali dengan kotak kecil di tangannya. Aji mengernyit saat menyadari bahwa kotak itu isinya adalah peralatan P3K.
"Tangan lo." Kata Gisel.
"Lah gue ngga kenapa-napa ini. Ngga perlu diobatin."
Gisel meraih lengan besar Aji lalu membalikkan telapak tangan pemuda itu.
"Ini apa?" Tanya Gisel menunjukkan luka sepanjang tiga senti di telapak tangan Aji. Darah segar masih terlihat di sana.
"Hehehe ngga sadar kayanya."
"Lo cegah gue biar ga luka tapi malah lo sendiri yang kena."
Aji diam di tempatnya. Maniknya terfokus pada Gisel yang sedang membersihkan sisa darah pada telapak tangan. Setiap pergerakannya tak lepas dari mata Aji. Pemuda itu baru menyadari bahwa Gisel memiliki rambut yang tebal dengan warna hitam sekelam malam. Maniknya juga melihat bulu mata lentik Gisel serta kelopak mata yang berkedip.
Dari jarak ini Aji bahkan bisa mencium shampo Gisel.
Aneh.
Biasanya Aji tidak senyaman ini dengan orang asing. Walaupun dikenal sebagai social butterfly Aji sebenarnya tidak bisa berlama-lama dengan orang yang baru ia kenal.
Tapi gadis ini, kenapa rasanya berbeda? Kenapa Aji merasa senyaman ini. Padahal pertemuan mereka hanya hitungan jari.
Aji tersadar dari lamunan singkatnya kala rasa dingin menjalari. Gisel mengoleskan anti septik lalu mengambil plester dari dalam kotaknya.
Aji mengernyit saat melihat gambar plester itu.
"Sorry gue kehabisan stok yang polos. Cuma punya yang ini." Ujarnya sambil menempelkan plester.
Aji memandang plester itu cukup lama, ia merasa tidak asing dengan motif ini. Tapi di mana Aji melihatnya?
"Udah."
"Thanks."
Aji tersenyum tipis, membuat Gisel mengalihkan pandangan.
"Ayo sarapan."
______
Update nih😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Surreptitious
RomanceTentang Gisel yang mencintai Aji bertahun lamanya dan Aji yang hanya mengenal Gisel sebatas nama. Start on : Juli 2022. End : Febuari 2023