Brothers🌸

4.4K 440 42
                                    

Happy reading!

______

Daniel terdiam di tempat, mata sipitnya menatap horor cermin yang kini berhamburan. Tidak, Daniel bukannya memikirkan biaya perbaikan melainkan membayangkan betapa kuatnya pukulan Aji sampai berhasil menghancurkan cermin tebal itu.

"Anjir, itu anak kalau udah emosi emang bikin ngeri."

Pemuda itu lantas mengejar Aji yang kini sudah menuruni tangga.

"Heh! Lo mau kemana?" Tahan Daniel kala mereka tiba di ruang tamu.

"Nyelametin Gisel."

Karina dan Yoga yang masih berada di sana sontak berdiri.

"Sendiri? Ngga, gue ngga setuju." Tolak Daniel. Aji menghela napas gusar.

"Gue ngga butuh persetujuan lo."

"Lo bisa aja mati, Ji."

"Gue rela asal anak sama istri gue selamat."

"Pake otak lo! Ini tuh perangkap!"

Tangan Daniel kembali ditepis oleh Aji.

"Gue denger sendiri suaranya Gisel, Bang! Dia ketakutan di sana."

Perdebatan dua lelaki itu berhasil menarik atensi. Bahkan Arjuna dan Lia yang tadinya di luar kini telah bergabung bersama Yoga dan Karina.

Aji berderap meninggalkan ruangan. Namun kala Aji tiba di teras depan, dirinya kembali ditahan oleh Jevan dan rombongan yang baru saja tiba.

"Mau kemana bang?" Tanya Jevan.

Dari dalam Daniel berseru pada adik-adiknya.

"JANGAN BIARIN DIA KELUAR DARI RUMAH INI, BAWA MASUK JE!"

Para lelaki itu kebingungan. Untungnya Azwan cepat memahami situasi. Anak itu langsung pasang badan kala Aji hendak melewati mereka.

"Minggir." Desis Aji. Azwan menggeleng.

"Ngga mau. Bang Ji mau ke mana? Kok Bang Daniel marah-marah?"

"Minggir sebelum lo gue terjang."

Kali ini Azwan memegang kedua pundak Aji. "Bang, masuk aja dulu. Kita bahas dengan kepala dingin. Ngga baik pergi sambil emosi."

Kedua iris itu bertemu. Wajah Azwan memang terlihat datar, namun sorot matanya jelas menunjukkan kekhawatiran. Menghela napas, Aji kemudian tertunduk lesu.

Akhirnya mereka kembali berkumpul di ruang tengah.

"Jadi lokasinya di mana?" Vokal Daniel mengawali diskusi mereka kali ini.

Aji meletakkan ponselnya ke atas meja. Menunjukkan lokasi yang dikirim Rendi. Adam meraih benda itu untuk diperiksa.

"Wah. Niat banget si Rendi. Ini lokasinya di ujung kota, harus lewatin hutan dulu." Papar Adam.

"Rendi minta gue dateng sendiri. Kalian ngga perlu turun tangan."

"Seratus kali lo bilang begitu, gue akan tetep ikut." Sanggah Yoga. Yang disetujui semua orang.

"Gimanapun Rendi itu licik, Ji. Lo dateng sendiri sama aja lo serahin nyawa." Pungkas Lia.

Arjuna mengernyit. "How did you know? Lo kayanya paham banget sama Rendi."

"It--"

"Briliana Adijaya. Lo anak tunggal Surya Adijaya, ya kan?" Kalimat Lia dipotong oleh Adam. Lelaki itu sudah beralih pada layar tab milik Daniel.

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang