Kenalan🌸

6K 584 21
                                    

Pernikahan Aji dan Gisel diadakan seprivat mungkin, hanya sanak keluarga dan kerabat dekat saja yang mengetahui. Semua itu dilakukan untuk menjaga keduanya dari gosip miring, terutama untuk Gisel. Keluarga Bimasena sangat menjunjung tinggi martabat keluarga, selain itu Aji dan Gisel masih berstatus mahasiswa. Walaupun pernikahan di dunia perkuliahan bukanlah hal tabu namun Aji dan Gisel tetap ingin merahasiakan status baru mereka.

Umi dan Abi - Tante dan Om Gisel tentu saja terkejut manakala keluarga Aji mengunjungi kediaman mereka. Umi menangis sedangkan Abi sudah melayangkan tinjunya pada wajah Aji. Keluarga Bimasena pun membiarkan, Aji memang pantas mendapatkannya.

Pemuda dua puluh dua tahun itu berlutut di hadapan Umi dan Abi, meminta permohonan maaf setulus mungkin. Walaupun Aji sendiri menyadari jika perbuatannya tak pantas dimaafkan. Rasa bersalah Aji semakin menjadi setelah mengetahui bahwa Gisel adalah gadis yatim piatu. Aji merasa dirinya benar-benar seorang bajingan, Gisel bahkan kehilangan orang tuanya diusia muda dan ia menambah luka dengan melakukan hal hina pada gadis itu.

"Untuk menebus kesalahan saya, ijinkan saya menikahi keponakan Anda. Saya berjanji akan melindungi Gisella dengan sepenuh hati saya, bertanggung jawab atas masa depannya dan saya siap jika harus mengorbankan nyawa saya demi dia."

Waktupun berlalu, baik keluarga Aji maupun Gisel sepakat untuk melangsungkan pernikahan seminggu kemudian. Hingga di sinilah mereka sekarang, duduk di sofa rumah Aji dengan pakaian yang masih sama saat ijab qabul. Bunda sibuk bersama Umi di dapur dan Ayah sedang mengobrol dengan Abi di teras belakang.

Aji yang tadinya berniat membersihkan diri, kini urung lantaran suara gaduh dari arah pintu utama. Decakan malas menguar manakala rombongan yang sejak tadi pagi sengaja Aji hindari muncul di hadapannya.

"Wuidih ini dia penganten baru kita! Mari tepuk tangan semuanya!" Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah suara Justin si biang rusuh.

"Semlekom dulu ngapa. Masuk rumah orang nyelonong aja." Tegur Adam pada si lebih muda.

"Halaaa lo juga ikutan nyelonong tadi." Cibir Justin tak terima. Padahal tadi si Adam lari duluan pas liat pintu rumah terbuka.

"Gue takut kegencet." Katanya kalem. Soalnya temen-temen dia pada titan semua, itu juga mereka tadi rebutan masuknya. Kan ga lucu kalo badanya kejepit di tengah-tengah makhluk bongsor ini. Makanya tadi Adam lari duluan.

"Lo emang ga bisa ye sehari aja ngga ngerusuhin hidup gue." Ujar Aji dengan tangan yang memijat pangkal hidung. Belum satu menit, Aji sudah merasa pusing.

Ctak!

"Aduh!"

"Lu kebangetan ye, nikah kaga ngasih tau kita! Untung kemaren gue ketemu Bunda. Kalau engga mana tahu gue lo udah jadi laki orang!" Cerocos Daniel. Gisel melongo, Daniel ngomongnya cepet banget.

"Emang kayanya cuma gue yang nganggap lo sodara gue, Bang." Jevandra menepuk dadanya dramatis.

"Btw bang, Bunda mana? Gue pengen donat." Celetuk Azwan yang tak peduli dengan drama abang-abangnya. Pemuda bongsor itu melengos menuju dapur.

"Lo ngga mau kenalin bini lo sama kita, bang?" Suara berat seseorang di sampingnya membuat Gisel berjengit kaget. Untuk beberapa detik Gisel terpaku pada wajah pemuda di sampingnnya. Visual Yoga saja sudah mampu membuat Gisel sering salah fokus, lalu sekarang ada makhluk seperti ini di circle pertemanan Aji?!

Sesaat Gisel merasa dirinya sedang diberkati.

Lamunan Gisel buyar kala Justin mendekat lalu duduk di karpet bulu.

"Kenalin, Kak. Gue Justin, sepupunya Bang Ji." Kata Justin memperkenalkan diri. Lelaki tan itu menunjuk Jevan. "Itu Bang Jevan, dia juga sepupunya Bang Ji. Terus itu yang mukanya datar kaya tembok bestienya Bang Je. Namanya Bang Asa." Yang hanya di balas lirikan oleh Asaka.

Serah lo, gelap. Batin Asaka.

"Hai Kak, gue Taka. Anak kesayangan Bang Ji dari jaman SMA." Gisel sedikit menganga saat Taka mendekat, mata lelaki itu sungguh cantik.

Apa tadi anak kesayangan?

"Kenalin, gue Dirga. Kalau bosen sama Bang Ji, telpon gue aja Kak. Kosong delapan ber..." Dirga tak bisa merampungkan kalimatnya karena wajahnya tiba-tiba didorong oleh Adam.

"Ngerdus mulu, heran." Adam nyengir setelahnya. "Adam, Kak. Bang Ji pinter banget cari bini. Kakaknya cantik banget soalnya."

Lalu sorakan heboh terdengar setelahnya.

"Gue Daniel. Kita pernah ketemu sebelumnya, kan?" Kata si paling tua. Gisel mengangguk, lagi pula walaupun belum pernah bertemu Gisel sudah mengenal lelaki manis itu. He is one of the rich man in Garuda University.

Dan itu fakta, Gisel benar-benar melihatnya, aura Daniel benar-benar mahal.

"Itu yang lagi di dapur namanya Azwan." Tunjuk Daniel pada sosok lelaki bongsor bermata cokelat.

"Terus..."

"Gue Hito, Kak. Si paling ganteng." Suara berat dari arah samping kembali mengejutkan Gisel. Pemuda berhidung bangir itu tersenyum lebar.

Anjir ini circle-nya Aji serbuk berlian semua.

"Duo monyet bekantan mana?" Tanya Aji setelah mendapati jumlah teman-temannya kurang.

"Oh tadi di belakang, lagi nunggu dua cew..." kalimat Taka tertahan manakala seruan seorang gadis mengisi ruangan.

"GISELLA LO JAHAT BANGET KAWIN NGGA NGABARIN!"

"Heuuu Giseeeeeel..."

Gisel memejamkan mata, ia melupakan Karina dan Lia. Sebenarnya, Gisel tidak ingin memberitahu tentang pernikahannya namun mengingat Karina dan Lia sudah bersamanya sejak awal kuliah, agaknya tidak etis jika Gisel tetap merahasiakannya. Lagi pula hanya mereka teman dekat Gisel sejak dulu.

Sama seperti Aji, Gisel menghindari teman-temannya. Namun lagi-lagi keinginan tak sesuai yang dibayangkan. Kedua gadis itu kini menghambur ke pelukan Gisel yang masih menggunakan gaun. Arjuna dan Yoga muncul setelahnya.

"Congrats! Gue suka gerakan bawah tanah lo." Arjuna mengerling nakal, dan itu sangat menjijikan. Apa tadi katanya? Gerakan bawah tanah? Ingin sekali Aji menerjang wajah tengil Arjuna.

Aji mendengus, ia tau pemuda Koala itu tengah mengejeknya.

"Selamat, ya! Btw gue udah bilang, percuma lo kabur. Mereka pasti nyerbu lo ke sini." Kata Yoga, dagunya terangkat menunjuk orang-orang terdekat Aji yang kini sibuk mengunyah makanan yang entah sejak kapan sudah tersedia di sana.

Aji meringis melihat perilaku teman-temannya.

Yailah ini manusia kek fakir miskin semua, njir.

Lalu netranya melirik presensi Gisel di sampingnya. Gadis itu sedang bercanda dengan Justin. Tidak. Itu tidak aneh, hanya saja Aji sedikit terpesona melihat tawa lepas gadis itu. Sejak kejadian tiga minggu lalu, ini pertama kalinya Aji melihat Gisel tersenyum setulus itu.

Dalam hati Aji sedikit lega. Setidaknya Gisel tak semurung kemarin. Tanpa sadar birai Aji tersenyum tipis.

"Gimana Gisel, Ji?" Tanya Yoga.

"Apanya?"

Tak melanjutkan ucapan, Yoga hanya tersenyum singkat. Lalu menepuk pundak Aji.

"Gue tau ini cuma bentuk tanggung jawab lo. Tapi gue harap, lo bisa perlakuin Gisel dengan baik, Ji."

Aji mengangguk. "Pasti. Dia tanggung jawab gue sekarang."

____________


SELAMAT ULANG TAHUN RI YANG KE 77 TAHUN🇲🇨


SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang