Depan Klub🌸

19.6K 897 35
                                    

Desclaimer!

Cerita ini 100% fiksi alias murni dari imajinasi penulis. Semua karakter, tempat, tokoh dan jalan cerita hanyalah rekayasa. Jangan dibawa-bawa ke real life ya! Used harsh word a lot. So becarefull. Jadilah pembaca yang bijak. Ambil baiknya buang jeleknya.

Thank you and Happy Reading!

💎💎💎

Bagi seorang introvert seperti Gisel keluar rumah merupakan hal sulit baginya. Butuh niat dan tekad yang kuat untuk melangkahkan kaki melewati pintu coklat itu. Ayolah ini malam minggu aktivitas rutin seperti rebahan, guling-guling, ataupun ngedrakor sampai pagi adalah kewajiban bagi Gisel.

Namun agaknya Gisel harus merelakan rencana indah itu saat Liana menelpon sepuluh menit yang lalu. Demi Tuhan Gisel mager bukan main, tapi ia tidak setega itu membiarkan sahabatnya menghadapi kesulitan saat jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Maka dengan sangat terpaksa Gisel keluar dari tempat ternyamannya.

Dentuman musik, lampu kemerlapan dan bau alkohol menjadi hal pertama yang menyapa Gisel. Dengan susah payah ia berusaha membelah kerumunan manusia di sana. Sial, Gisel bahkan belum lima menit namun ia sudah sangat ingin pulang.

Matanya tak henti mencari sosok Lia. Beruntung gadis manis itu langsung melihat keberadaannya.

"Gis, di sini!" Seru Lia, Gisel pun mendekat.

"Oh my god! Look at your outfit! So comfortable, right?" Kata Lia saat Gisel tepat berada di depannya.

Kaos putih, training abu-abu, sneakers putih dan hoodie zipper menjadi outfit Gisel malam ini. Oh... jangan lupakan topi di yang Gisel pakai, kelewat santai untuk datang ke klub. Gisel menghendikkan bahu tak peduli.
Sekarang ia tau kenapa orang-orang menatapnya sejak tadi. Gisel pasti dikira salah kostum.

Namun yang namanya Gisel tetap saja tak peduli. Ia datang ke sini hanya untuk menjemput Karina agar cepat pulang.

"Gue dateng karena mau jemput Karina. Bukan clubing. Sekarang mana orangnya?" Lia mencibir.

"Yaelah ngegas amat! Santai dulu ngapa sih. Tuh anaknya teler noh!" Tunjuk Lia pada presensi Karina yang hampir tidak sadarkan diri di meja bar.

"Rin! Karina, ayo balik!" Gisel menepuk pipi Karina. Gadis itu sudah mabuk berat.

"Ck. Lagian ngapain sok putus sih kalo masih sayang. Jadi ribet gini kan?" Gerutu Gisel. Dan kenapa juga harus lari ke alkohol?!

Susah payah Gisel membawa Karina dengan bantuan Lia.

"Lo yakin mau bawa dia balik sekarang? Ngga mau stay bentar?" Tanya Lia saat Gisel hendak beranjak.

"Nope. Gue lebih cinta sama kasur gue." Liana memutar mata. Tidak habis pikir dengan Gisel.

"Tapi Gis, sayang banget kalo lo pulang cepet. Ben udah booking full loh malem ini."

"Ben? Si sultannya anak hukum?" Lia mengangguk. Ah iya. Ini pasti karena festival fakultas Hukum yang sukses minggu lalu.

"Dan lo pasti tau kan kalau Ben itu deket banget sama Aji. So, do you still wanna go home?"

Aji ya.. Hampir dua minggu ini Gisel tidak melihat lelaki itu. Jujur saja, Gisel rindu. Tapi kalau bertemu pun, memangnya kenapa? Toh Aji hanya sekedar mengenalnya sebatas nama, tidak lebih. Tidak akan ada interaksi lebih selain saling menyapa.

"Euungh... Ren..di breng..sek!" Lamunan singkat Gisel buyar karena suara Karina. Melihat wajah Karina yang memerah seolah menyadarkan Gisel bahwa ia harus pergi sekarang juga.

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang