Keterpaksaan

2.5K 172 3
                                    

"Apa tidak ada tempat lain selain disini, Kook? Aku rasa disini terlalu be-sar," ucapku tertahan saat mencoba melangkahkan kakiku dengan ragu kedalam villa mewah yang kini ada didepanku.

"Ini adalah villa milikku sendiri, kenapa aku harus susah payah mencari tempat lain jika aku merasa nyaman disini?" sahutnya enteng.

"Hah???" Maka detik itupun aku melongo, cukup terkejut dengan pengakuan sekarang.

"Milikmu?? Apa aku tidak salah dengar??" Tanyaku tak percaya.

"Kau meragukanku, Lis? Jika kau mengenal aku dengan baik, kau pasti akan tahu kapan aku pernah berbohong padamu selama ini," sahutnya percaya diri.

Apa yang Jungkook katakan itu memanglah benar, selama 4 tahun aku mengenalnya tak pernah sedikitpun ia berbohong kepadaku, bahkan sekecil apapun.

Jungkook membawaku disebuah ruangan utama villa ini, tampak bar kecil disudut ruangan. Dengan langkah yang mantap ia mengambil sebotol minuman whisky dirak kecil diatas bar kemudian menyiapkan 2 gelas one shot dimeja bar itu.

"Apa kau mau minum?" tawarnya.

"Tidak, terima kasih." Aku menjawab cepat.

"Sejak kapan kau minum-minuman seperti itu? Bukankah di pestamu tadi kau sudah banyak minum, apa itu masih kurang?" Tanyaku heran.

"Sejak kau pergi dan mencampakanku 6 tahun yang lalu, Jung Lalisa," Jungkook menjawab tegas.

Aku hanya diam tak mencoba membantah ucapannya itu, karena yang dikatakannya itu memang benar adanya.

"Maafkan aku jika kau sakit hati karena hal itu, Jungkook. Aku tahu semua penjelasan ini terlambat, namun setidaknya kau tahu sekarang kalau dulu aku melakukannya karena sebuah alasan," tuturku menyesal.

Kulihat Jungkook hanya tersenyum dingin menanggapinya. Ia berjalan menghampiriku dengan gelas whisky ditangannya.

"Kau tak perlu khawatir, Lis. Aku baik-baik saja selama ini seperti yang kau lihat sekarang, bukan? Justru aku berterima kasih padamu, karena kepergianmu membuatku sadar dengan kenyataan dan membuatku termotivasi untuk hidup lebih baik dari sebelumnya," ucapnya penuh dengan keyakinan.

"A-pa maksudmu, Jungkook?" Tanyaku penasaran.

"Seperti yang kau tahu sekarang, aku bukanlah aku yang dulu lagi. Seorang Jeon Jungkook yang naif dan terlalu berharap pada cintamu. Pengkhianatanmu membuatku sadar pada kenyataan kalau cinta bukanlah apa-apa jika tanpa uang, dan itu terbukti sekarang. Aku bisa dengan mudah menjadi menantu keluarga Jung karena status sosialku sekarang." Ujar Jungkook dengan penuh percaya diri.

"Jangan katakan kau menikahi Eunha karena terpaksa, Jungkook?!" Selaku serius.

"Jika itu benar, apa yang akan kau lakukan, Lisa?" Tanyanya dengan senyum penuh arti.

"Kau-!?" Aku mendelik saat itu juga.

"Kau akan sangat menyakitinya jika itu benar, Jungkook!!" Suaraku kini terdengar gemetar menahan emosi yang tiba-tiba menjalar diseluruh tubuhku.

"Astaga, Lis. Aku sungguh terharu, ternyata kau benar-benar seorang kakak yang baik untuk Eunha." Sahutnya dengan senyuman mengejek.

Dengan acuh ia meneguh whisky digelasnya hingga abis.

"Aku suka jika kau merasa kesal sekarang, karena itu memang adalah tujuan utamaku menjadi menantu dari keluarga Jung," ucapnya dengan penuh penekanan.

"Jeon Jungkook!! Jika kau membenciku karena masa lalu kau lampiaskanlah padaku, kenapa kau harus melibatkan Eunha?!! Ia mencintaimu, Jungkook! Ia akan hancur jika tahu alasan kenapa kau menikahinya!" aku berseru marah.

Seakan tak peduli dengan kemarahanku, Jungkook dengan acuh mendekatiku. kini kami saling bertatapan satu sama lain, begitu dekat hingga dapat kurasakan nafasnya yang hangat diwajahku. Bau alkohol begitu menyengat tercium dalam dirinya sendiri.

"Kau adalah tujuan utama aku menikahi Jung Eunha karena melalui dirinya, adikmu itu akan merasakan rasa sakit apa yang aku rasakan selama ini." Ucap Jungkook dengan wajah serius, dia benar-benar tak main-main dengan ucapannya sekarang.

Maka detik itupun aku reflek melayangkan tamparan di wajahnya yang kini bagiku berubah mengerikan. Namun dengan sigap, Jungkook dapat menangkap tanganku saat itu juga.

"Kau tak bisa melakukan apa-apa untuk mengagalkan niatku ini, Lisa!" Tukasnya tajam.

"Kau Bajingan pengecut, Jungkook!! Kenapa kau membalasnya pada Eunha yang tak tahu apa-apa?!!" Tanyaku murka, susah payah aku berusaha melepaskan cengkeraman tangannya yang kuat di pergelangan tanganku saat ini.

"Karena itu akan membuatmu dan seluruh keluarga Jung tersiksa, itulah tujuan utamaku." Jelasnya dengan nada penekanan.

"Lampiaskanlah padaku!! Jangan pada Eunha, aku mohon!! Kau tahu kan dia memiliki kelainan jantung sejak lahir! Aku yang pantas kau lukai bukan dia!!" Aku mencoba berkelit.

Jungkook hanya mencibir mendengar ucapanku.

"Itu sama sekali tidak menarik nanti, karena sebuah permainan baru akan dimulai sekarang..," tuturnya yakin.

Kemudian entah bagaimana Jungkook mencium bibirku dengan tiba-tiba. Ciumannya kasar dan brutal hingga aku mencoba berontak mencoba melepaskan diri namun semua terasa sia-sia karena kekuatan Jungkook lebih unggul dariku.

Kucoba kudorong, kutendang dan kupukul dia semampuku, tapi hal itu justru membuat Jungkook murka. Hingga ia mendorong tubuhku dengan kasar ke sisi tembok dan memojokkanku disana. Tatapannya kini berubah sangat mengerikan, jauh berbeda dari Jungkook yang pernah kukenal selama ini.

Apakah kini ia mabuk sehingga ia bisa berbuat kasar seperti itu? Yang jelas saat ini aku tak bisa berpikir apa-apa karena merasa takut.

"Jungkook, aku mohon sadarlah!! Maafkan aku karena dulu pernah menyakitimu, tapi aku mohon jangan perlakukan aku seperti ini! Aku akan melakukan apa saja agar kau memaafkanku! Katakan!" Aku berseru memohon mencoba menyadarkannya agar bisa berpikir dengan waras.

Kulihat kini Jungkook Menyerigai padaku.

"Benarkah?? Kupegang ucapanmu itu Lisa." Cibirnya tajam.

"Ten-tu saja, aku berjanji padamu!" Sahutku putus asa, saat aku melihat ekspresi wajah mengerikan bagai binatang buas yang siap memangsa lawannya pada sosok Jungkook yang sekarang tampak di depanku.

Jungkook mendekatkan wajahnya padaku, menghembuskan nafasnya yang kasar dileher dan tengkukku. Jemarinya memainkan rambut ikal panjangku seakan berusaha ini menggoda ataupun menakutiku aku tak tahu.

"Jadilah budakku. Akan kupastikan kau dan seluruh keluarga Jung selamat ditanganku." Ucapnya penuh percaya dirinya.

"A-pa...?!" Aku melotot saat itu juga, berharap ada yang salah dengan pendengaranku.

"Ya, jadilah budakku, Jung Lalisa. itu akan menjamin kalau adikmu akan aman hidup bersama denganku, bahkan seluruh keluarga Jung sekarang ada dalam genggamanku, Jika aku mau aku bisa menghancurkan mereka saat ini."

Nafasku seketikan seperti hilang begitu saja, dan dadaku bergemuruh hebat saat ini mendengar setiap ucapannya yang bagiku sebuah ancaman terbesat dalam hidupku.

"Apa kau takut? Dan berubah pikiran, Lis? Aku tahu kau adalah wanita cerdas dan berprinsip tinggi, aku rasa kau bisa pegang kata-kataku ini sekarang. Bagaimana, apakah kau menyetujuinya?" Tanya Jungkook mengintimidasi.

"Ten-tu! Aku aku akan menjadi budakmu, Jungkook." Sahutku hilang akal karena saat ini aku sudah tak bisa berpikir apa-apa untuk menyelamatkan diri.

"Bagus! itu adalah keputusan yang baik! Aku bangga memiliki ipar berdedikasi tinggi sepertimu dan aku juga tak menyesal pernah mencintai wanita sepertimu, Jung Lalisa," Ucapan Jungkook seakan menyadarkanku pada kenyataan.

Susah payah aku berusaha mengatur nafasku agar kembali normal saat Jungkook mencoba menciumku lagi, kali ini ciumannya berbeda dengan yang tadi. Ia melakukannya tak teburu-buru dan lembut, mengingatkanku saat kami masih berpacaran dulu. Seakan waktu berjalan lambat dan kami kembali ke masa-masa indah saat sebelum semua ini terjadi. Saat cinta kami bersemi dan kami berdua saling memegang janji sehidup semati bersama walaupun perbedaan status yang ada.

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang