Keraguan

1.7K 122 2
                                    

Sudah berapa kali Eunha menghubungi ponsel suaminya namun masih belum ada jawaban juga. Wanita berambut hitam panjang itu tak mengerti apa yang ia harus lakukan, hatinya gelisah karena sejak siang sampai petang ini suaminya belum memberikan kabar.

Ia rindu suaminya, Jeon Jungkook dan dia cemas memikirkan keadaan sang suami. Ia hanya berharap suaminya dalam keadaan baik-baik saja. Eunha merasa kesepian karena sejak ia resmi menjadi nyonya Jeon, ia belum merasakan sentuhan dari suaminya sendiri. Seharusnya ini adalah bulan madu miliknya bersama Jeon Jungkook namun kini rasanya ia hanya bisa bermimpi. Bulan madu hanya angan-angan saja, dan itu membuat jauh dalam hatinya sedikit ada keraguan.

Ya, ia ragu apakah Jeon Jungkook benar-benar mencintainya selama ini? Jika memikirkan hal itu membuatnya hatinya merasa sesak. Ia begitu mencintai sang suami dan ia hanya ingin suaminya memberikan perhatian lebih padanya sekarang.

Eunha kini duduk termenung di balkon mansion menatap langit dimalam itu, sesekali tatapannya tak lepas menatap layar ponselnya sendiri sejak tadi. Berharap Jungkook memberikannya kabar atau sekedar membalas chatnya, namun ternyata tidak.

Kini ia pun kembali memikirkan sang kakak, sejak pernikahannya ia belum bertemu ataupun sekedar berkabar dengan kakak perempuan satu-satunya itu. Apakah Lisa sudah kembali pulang ke Seoul atau masih berada dirumah keluarga Jung ia tak tahu. Yang jelas ia hanya ingin hubungan kakaknya dengan kedua orang tuanya itu kembali seperti dulu.

Saat Eunha hanyut dalam pikirannya itu, dengan tiba-tiba ponselnya bergetar membuatnya tersentak. Senyum mengembang saat ia membaca nama muncul dilayar ponselnya dan segera saja ia mengangkat panggilang itu.

"Ya, halo Jungkook. Kau dimana sekarang?"

"Maaf, Eunha. Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini, banyak pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggalkan. Maafkan aku ya sayang, aku harap kau mengerti." Jelas Jungkook di sambungan telepon itu.

"Aahh, ya tak apa-apa kook, kau baik-baik saja kan disana? aku mengkhawatirkanmu karena kau tak memberikan kabar sejak siang tadi." Eunha menyahut cemas.

"Aku tak apa-apa sayang. Kau jaga diri baik-baik ya dirumah, jika kau butuh sesuatu kau minta tolong saja pada kepala pelayan di mansion, Beomgyu untuk membantu segala keperluanmu nanti. Baiklah kalo begitu aku tutup teleponnya ya sayangku, kau harus istirahat saja baik-baik disana." Jungkook kemudian menutup sambungan telepon itu begitu saja sebelum Eunha membalas.

Rasa kecewa jelas terukir di wajah cantiknya Eunha sekarang, jujur ia sangat kecewa karena ia harus tidur sendiri lagi malam ini. Namun ia tak bisa berbuat apapun, sekarang ia hanya bisa pasrah dan menerima kesibukan suaminya itu.

©©©©

"Kenapa kau tidak pulang Kook? Istrimu mencemaskanmu nanti." Tanyaku saat kulihat Jungkook baru saja masuk ke dalam ruangan tempat aku terbaring di ranjang pasien.

"Aku sudah menelpon Eunha kalau aku tak bisa pulang malam." Jawabnya seraya mendekat ke arahku.

"Kenapa kau lakukan itu? Ia pasti akan sangat kecewa karena kau tak pulang lagi sejak pernikahan kalian." Protesku lirih.

"Kau tak perlu cemas, ia pasti mengerti. Dia baik-baik saja di mansion, banyak orang yang menjaganya di sana. Sedangkan kau disini sendirian, mana mungkin aku tega meninggalkanmu seorang diri dalam keadaan seperti ini." Jawabnya coba menenangkanku.

"Aku tak suka kau seperti ini, Kook. Aku sudah terbiasa sendiri jadi kau tak perlu mencemaskanku." Ujarku tak senang.

"Aku mohon jangan berdebat lagi mengenai hal ini sayang, aku hanya ingin menemanimu sekarang itu saja." Ucap Jungkook menyentuh lembut tanganku.

"Kau sudah berjanji padaku akan membahagiakan Eunha, aku harap kau tak lupa itu." Tuturku mengingat dengan tatapan lemah.

"Aku akan melakukannya untukmu, Lis. Aku akan mencobanya." Jawab Jungkook.

"Aku akan pulang ke Seoul besok, aku harap kau bisa menjaga Eunha dengan baik sepeninggalanku nanti." Pintaku.

Mendengarnya Jungkook menatap dalam padaku, rasa kecewa dan sedih tercermin diwajahnya sekarang.

"Apa semua akan berakhir seperti ini? Kau dan aku? Kenapa kau dan aku harus berkorban seperti ini?" Tanyanya serak.

"Kau yang sudah memilih jalanmu sendiri Kook, aku dan kau memang tidak bisa bersama lagi," sahutku lirih.

"Itu tidak adil untuk kita, kau dan aku saling mencintai tapi kenapa berakhir seperti ini, Lis?" Jungkook berucap seraya menundukkan wajahnya. Ia tak berani menatapku.

"Hidup terus berjalan, begitupun kau dan aku. Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing, masa lalu sudah tak bisa diubah lagi Jungkook, sekarang aku hanya berharap kau berbahagia hidup bersama dengan adikku, Eunha. Dia wanita yang baik, aku yakin suatu saat kau bisa mencintainya." ucapku tulus.

"Lalu bagaimana denganmu, apa kau akan melupakan aku setelah ini, Lis?" Jungkook bertanya lirih.

"Aku hanya ingin melanjutkan hidupku itu saja, hanya itu yang bisa kulakukan sekarang."

"Aku akan mengantarkanmu besok ke bandara ya?" Pintanya padaku.

"Tidak, aku baik-baik saja. Lebih baik kita tak bertemu lagi Kook, lebih cepat lebih baik." Sahutku tegas dan Jungkook tampak tak suka saat mendengar jawabanku. Tanpa mengatakan apapun ia berbalik pergi dan meninggalkanku dikamar pasien, aku hanya bisa menatapnya lemah dengan kedua mata yang mulai berkabut.

****

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang