Pengakuan Cinta

1.4K 120 3
                                    

Sejak pengakuanku sebagai single parent dirumah sakit beberapa hari yang lalu, sejak saat itu pula hubungkanku dengan Mr. Kim lebih dekat dan tidak canggung lebih seperti sebelumnya.

Walaupun awalnya aku merasa sangat terkejut dan canggung karena atasanku sendiri tahu hubunganku dengan Jeon Jungkook, yang merupakan rekan bisnisnya dan tak lain adik iparku sendiri tapi sikap Mr. Kim yang tidak banyak tanya dan tetap bersikap profesional, membuatku merasa lega. Rumor yang mengatakan Kim Taehyung adalah seorang pemimpin yang dingin dan kejam aku rasa itu adalah kesalahan besar, karena pada kenyataan Mr. Kim justru sebaliknya.

Untuk urusan pekerjaan kamipun tetap melakukannya dengan profesional, hanya saja aku dapat merasa perbedaanya pada Mr. Kim, sikapnya menjadi lebih hangat dan perhatian padaku.

Entah karena dia merasa kasihan atau bersimpati padaku, aku tak tahu.

Dan Jeon Jungkook, aku sudah tak pernah melihatnya lagi sejak pertemuan kami yang terakhir dirumah sakit beberapa hari yang lalu. Walaupun sakit, tapi ini lebih baik daripada kita saling menyakiti lagi nanti, karena memang kenyataannya aku dan dia sudah tidak mungkin untuk bisaa bersama lagi seperti dulu.

Malam itu seperti biasa jika kami harus lembur bersama karena urusan pekerjaan dikantor, Mr. Kim pun mengantarkanku pulan dan aku pun tak bisa menolak niat baiknya padaku.

"Jika ada waktu bolehkah aku mampir sebentar ke flatmu, Lisa? Aku juga ingin berkenalan dengan jagoan kecilmu, itu kalau kau mengizinkannya." Mr. Kim bertanya setelah ia menghentikan mobilnya di depan gedung bertingkat flat yang kutinggali.

"Tentu saja, pak. Kapanpun itu, saya tidak keberatan." Jawabku seraya tersenyum tipis.

"Benarkah? Terima kasih kalau begitu. Akan sangat menyenangkan sekali jika kita bisa pergi bersama-sama suatu saat nanti." Ucap Mr. Kim dengan tersenyum lebar dan akupun sempat terkejut dengan reaksinya yang demikian itu.

"Sebelumnya saya sangat berterima kasih atas semua kepercayaan dan perhatian yang bapak berikan kepada saya selama ini. Namun jujur saya merasa tidak nyaman jika orang-orang di kantor nanti akan berasumsi buruk pada anda karena anda terlalu baik pada saya, Pak. Saya tidak mau nama baik anda akan buruk dimata mereka nanti." Ucapku tulus dan hati-hati agar Mr. Kim tidak tersinggung dengan ucapanku. padanya.

Sesaat Mr. Kim terdiam setelah mendengar ucapanku namun beberapa detik kemudian, senyuman hangat terbit diwajahnya yang tampan dan berwibawa.

"Aku tahu kau mungkin merasa tidak nyaman karena kedekatan kita ini mungkin dapat menimbulkan gosip dikantor kita, tapi bagiku pribadi itu tidak masalah, Lisa. Karena secara pribadi aku memang menyukaimu, sebagai sekretarisku dan sebagai sosok Jung Lalisa yang berkepribadian kuat. Jadi untuk itu, maafkan aku jika aku ingin mengenalmu lebih dekat karena aku memang menyukaimu Jung Lalisa."

Mendengarnya pernyataan itu tentu saja membuatku melongo dan tak bisa berkata-kata untuk menjawabnya.

"Aku mohon jangan jadikan itu sebuah beban, Lisa. Aku tak akan memaksamu untuk menyukaiku atau membalas perasaan ini. Apa yang aku katakan tadi karena aku ingin mengatakannya padamu. Jadi aku harap, itu tak akan mempengaruhi hubungan kerja kita ya?" Mr. Kim menambahkan dengan wajah teduhnya.

"Baik pak, terima kasih karena anda sudah mau jujur dengan perasaan anda pada saya. Itu sebuah kehormatan bagi saya." Sahutku lirih.

"Aku minta tak usah banyak kau pikirkan, sekarang kau masuklah kerumahmu, sudah terlalu malam. Haruto pasti merindukan Ibunya.

©©©©

Dwyane's Luxury House, Seoul.

Malam yang sama di tempat lain, Jeon Jungkook tampak termenung seorang diri di apartemen mewah miliknya di Seoul.

Ia berdiri menatap pemandangan kota Seoul dari jendela besar kaca yang ada di apartemen miliknya. Satu tangannya memegang gelas one shot berisi whisky dan sekali menegaknya hingga habis.

Begitu hanyut perasaannya saat ini hingga ia tak menyadari istrinya, Eunha menghampirinya dan memeluk salah satu sisi tubuh Jungkook yang kokoh.

"Kau kenapa Kook? Akhir-akhir ini kau tampak pendiam dan tak banyak bicara. Apa ada masalah dengan pekerjaanmu?" Tanya Eunha dengan suara lembutnya.

Tak ada jawaban, suaminya tetap diam dan bereaksi seolah mengabaikannya. Tatapannya tampak kosong tak lepas di depannya.

"Jungkook...?? Tolong bicaralah! Sampai kapan kau akan diam seperti ini? Setidaknya hargailah aku sebagai istrimu, jangan mengabaikanku!" Protes Eunha menatap tajam pria yang tampak dingin itu di hadapannya sekarang.

"Kita bercerai saja, Eunha." Ucap Jungkook lantang, tanpa ekspresi dan pandangan tetap kedepan.

"A-pa...??! Bercerai???" Eunha bertanya gugup tak percaya, susah payah ia mengucapkan kata tabu itu di lidahnya yang terasa kelu.

"Jika kau ingin bercanda, aku mohon jangan seperti ini, Jungkook. Aku tak suka!" Tegur Eunha kemudian.

"Aku serius, kite bercerai Jung Eunha." Sahut Jungkook, kali ini ia menatap serius dan tajam wanita di hadapannya.

Eunha menutup mulutnya dengan satu tangan, ekspresi wajahnya tampak sangat syok, seakan ia masih belum percaya apa yang suaminya katakan tadi padanya.

"Kenapa Jungkook?! Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini padaku, Kook?! Katakan Padaku kenapa?!"

"Aku tak mau menyakitimu, Eunha. Karena itu lebih baik kita berpisah, itu lebih baik." Sahut Jungkook dingin dengan membuang muka.

"Lebih baik bagaimana, Jeon Jungkook?! Katakan padaku, apa alasannya, jangan bersikap seperti ini padaku, aku mohon..!"

"Apa karena aku tak bisa memberikanmu seorang anak karena kelainan jantung yang kumiliki, karena itu kau ingin meninggalkan aku begitu, Jungkook?! Kita bisa mencobanya lagi, Kook. Aku mohon beri aku kesempatan ya, aku akan lebih berusaha!" Eunha mulai hilang kendali.

"Tidak! Aku hanya ingi berpisah denganmu, jangan berasumsi yang tidak-tidak!" Tukas Jungkook dengan tatapan marah.

"Lalu kenapa kau ingin bercerai denganku?! Katakanlah alasannya!!?"

"Aku mencintai wanita lain."

Mendengar kalimat itu di bibir suaminya membuat Eunha melangkah mundur dengan langkah gontai seakan tanpa tenaga. Ia menjatuhkan tubuhnya dengan posisi terduduk di kursi sofa yang tak jauh dari belakangnya. Air mata berderai kini menetes tanpa henti keluar dari pelupuk matanya.

Sungguh ia tak percaya, suaminya yang begitu hangat dan tampak sangat mencintainya selama ini, kini begitu tampak dingin dan kejam. Ia seperti melihat orang lain, bukan sosok Jeon Jungkook yang ia kenal selama ini.

Dan yang paling mengejutkan serta membuatnya sakit hati, adalah adanya kehadiran wanita lain di hati sang suami.

"Ja-di karena itu kau mau bercerai dan ingin berpisah dariku, Jeon jungkook? Kau tak lagi mencintaiku begitu...??" Tanya Eunha lirih dengan suara bergetar.

"Ya, akan lebih baik kita berpisah. Aku tak mau menyakitimu, Eunha karena aku sudah berjanji pada seseorang. Jadi lebih baik kita akhiri saja hubungan kita baik-baik mulai sekarang." Tutur Jungkook dengan penuh keyakinan.

"Tidak, Jeon Jungkook!!! Sampai kapanpun aku tak mau bercerai denganmu!!! Kau dengar itu?! Lebih baik aku mati jika sampai berpisah darimu!!"

****

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang