Setelah pertemuanku dengan Jeon Jungkook yang masih meninggalkan beribu tanya diotakku, aku tak bisa berhenti berpikir tentangnya walau sedetikpun.
Apa maksudnya semua ini? Sikap yang seolah tak mengenal aku sama sekali, dan ucapannya di dior butik pagi tadi yang bagiku penuh dengan teka-teki.
Dalam hati aku berpikir apakah ia sengaja melakukannya agar aku kesal karena mencampakkannya selama 6 tahun silam?
Tapi jika begitu kenapa ia mau menjadi menantu dari keluarga Jung? Bukankah dia dulu sangat membencinya?
Entahlah, kepalaku sakit jika memikirkan hal itu hingga sebuah bunyi pesan di ponselku membuatku beralih siapa yang mengirim pesan. Sebuah nomor yang tidak dikenal dan isi dalam pesan itupun semakin membuatku terkejut untuk kedua kalinya.
Unknow Number
Temui aku diCasa Habano Busan dipusat kota malam ini juga
Kutunggu kau disana
Kau akan tahu jawaban dari semuanya
Astaga ada apa ini? apakah ini pesan dari Jungkook? Tak ada nama sama sekali, tapi aku yakin ini pesan darinya, besar kemungkinan dia tahu nomor ponselku dari Eunha.
Setelah banyak berpikir dan menimbang banyak hal akupun tepaksa menyanggupi isi dalam pesan itu. Karena memang aku harus tahu jawabannya.
Malam itu sesuai yang dijanjikan akupun datang ke Casa habano busan. Casa habano busan adalah salah satu bar dan klub mewah di busan, korea selatan.
Aku tak habis pikir kenapa ia memilih tempat itu untuk bertemu denganku? Apalagi sehari lagi adalah pernikahannya dengan Eunha.
Mungkinkah dia mengadakan pesta bujangan di tempat ini dengan teman-temannya? Jika iya, kenapa ia harus melibatkan aku sebagai calon kakak iparnya ditempat seperti ini. Sungguh aku tak tahu apa yang ada dipikirannya, Jeon jungkook yang dulu dikenal santun dan baik dalam waktu 6 tahun telah banyak berubah.
Malam ini aku mengenakan dress hitam selutut yang simple namun tidak menutup bentuk indah tubuhku yang ramping. Dengan hati dan jantung sedikit berdebar aku mencoba sebaik mungkin mengatur nafasku agar kembali normal.
Kukirim pesan pada nomor Jungkook.
Unknow Number
Aku sudah ada disini, kau dimana?
Sambil menunggu jawaban dari pesanku, aku berjalan masuk di bar dengan langkah canggung, sengaja aku memilih tempat yang nyaman dan memesan minuman pada bertender karena memang aku tak terbiasa berkunjung kesebuah bar ataupun klub sejak dulu, walaupun kehidupanku selama 6 tahun ini berada dikota besar seoul, korea selatan.
Suasana dalam bar yang memang ramai, membuatku kurang nyaman.
"Hay, Miss..kau datang seorang diri?? Mau kutemani??" Tawar seorang pria bertubuh atletis mendekatiku, ia menampilkan senyum yang begitu sempurna seolah mencoba menggodaku.
"Tidak, terima kasih. Aku sedang menunggu seorang teman." Aku menjawab singkat sebagai bentuk kesopanan.
"Sepertinya temanmu itu akan terlambat datang, bagaimana kalo kau kutemani minum sambil menunggunya datang?" Sahutnya keras kepala, tanpa menunggu jawaban dariku pria berambut pirang itu kini duduk disebelahku dan menawarkan diri untuk berjabat tangan.
"Perkenalkan, namaku Kim Hanbin. Kalo boleh tau siapa namamu cantik?" tuturnya percaya diri.
Belum sempat aku ingin menolaknya, sebuah suara dibelakangku mengejutkanku saat itu juga.
"Dia teman kencanku malam ini. Jadi aku rasa kau tak perlu repot-repot menemaninya, bung." Sebuah suara yang familier kini tampak mendominasi.
Jeon jungkook kini tampak berdiri disampingku, dengan memakai setelan jas hitam dan beberapa kemeja yang terbuka dibagian atas membuat tampilannya semakin terlihat maskulin dan garang ketika tatapan tajamnya jatuh pada pria bernama Hanbin itu.
"Oh, ma-af kalo begitu. Baiklah aku permisi dulu, kalian lanjutkan saja kesenangan kalian." Pria bernama Kim Hanbin itu pun segera bangkit beranjak meninggalkan kami berdua.
Aku dan Jungkook.
"Teman kencan?What?!" seruku memperotes.
Namun Jungkook tampak acuh dengan sikapnya yang dingin ia menggandeng tanganku begitu saja keluar dari bar itu.
"Hey, kau belum menjawabku Jungkook! Kenapa kau bilang pada pria itu tadi aku adalah teman kencanmu?!" Tanyaku Kesal.
"Dan lepaskan tanganku dari tanganmu itu! Setidaknya hormatilah aku sebagai calon kakak iparmu!" aku berseru mengingatkan.
M
aka saat itu juga, Jungkook pun menghentikan langkah kakinya setelah kami sampai dihalaman parkir dan kini tatapannya yang tajam ia menatapku penuh arti.
"Aku rasa kau seharusnya berterima kasih padaku karena kau bisa selamat dari godaan pria hidung belang tadi. Kecuali kau sebenarnya ingin berkencan dengan pria itu tadi disana." Ucapnya seraya menyunggikan senyum mengejek padaku.
Kesal dengan ucapannya yang tampak melecehkan itu maka saat itu juga akupun melepas kasar tangannya ditanganku.
"Jaga ucapanmu, Jeon Jungkook! Kau harus tau batasanmu! Jika bukan karena kau sendiri yang memintaku untuk datang ke bar itu aku tidak akan menemui kesialan ini!" sahutku marah.
"Apa aku juga yang memintamu untuk mengenakan gaun seksi dengan memamerkan auratmu itu pada tiap laki-laki, begitu?" Ucap Jungkook tak mau kalah, pandangannya menyapu seluruh tubuhku dengan balutan gaun pendek yang aku kenakan sekarang.
"Kau tidak berhak mengaturku!!" Dengusku kesal.
"Baiklah, terserah apa maumu. Sekarang seperti yang kujanjikan , jika kau mau sebuah jawaban ikuti aku sekarang sebelum teman-temanku didalam sana menyadari kepergianku dicasa habano partyku". Jungkook berkata dengan wajah serius kini.
Mau tidak mau, akupun akhirnya mengikuti Jungkook dan masuk kedalam mobil miliknya sekarang.
Entah ia akan membawaku kemana, aku tahu yang pasti sepertinya memang sekarang ia mencoba lari dari pestanya malam ini karena dapat kucium bau alkohol yang menusuk saat aku berada didekatnya saat ini.
"Kau tidak dalam keadaan mabukkan, Jungkook?" Karena aku tak mau mati konyol bersama denganmu sekarang." Sindirku.
Dengan acuh ia menyunggingkan senyumd disudut bibirnya.
"Tenang saja, aku masih waras Lis. Jika tidak aku tidak mungkin bisa kabur dari mereka sekarang." Sahutnya tenang dengan tatapan tetap fokus menyetir.
Sekitar 15 menit perjalanan, Jungkook pun kini menghentikan mobilnya disebuah villa ditengah kota. Sepertinya villa ini milik seorang yang kaya, karena bangunan villa itu tampak megah dengan taman luas memperindah tampilannya walaupun dimalam hari.
"Kenapa kau membawaku kesini? Ingat Jungkook kau jangan macam-macam denganku karena aku adalah calon kakak iparmu sekarang!" Ancamku terus mengingatnya.
"Heh jika kau mau aku bisa membawaku ke tempat ramai sekarang. Itupun kalo kau sudah siap dengan hujatan banyak orang jika melihat kita bersama sehari sebelum pernikahanku." jawabnya acuh.
Mendengar ucapannya aku mendelik seketika." Kau memang sialan!" Makiku kesal.
"Aku anggap itu pujian, Lisa" sahutnya enteng.
Astaga sejak kapan pria ini berubah menjadi menyebalkan?! Dia benar-benar berbeda dengan Jeon Jungkook yang kukenal dulu, pria yang pernah kucintai.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Pergi (END)
RandomAdikku eunha memang gadis yang manis sejak dulu, ia adalah putri kesayangan Mom dan Dad. Berbanding terbalik denganku yang selalu mandiri sejak kecil, karena kasih sayang Mom dan Dad memang sepenuhnya mereka curahkan untuk eunha selama ini. Jarak us...