"Hari ini aku akan mengajakmu berkencan." Ucap Jungkook percaya diri, didalam mobil mewah miliknya setelah kami makan siang di restoran mahal.
"Tidak mau!" Tolakku mentah-mentah.
"Kau tidak profesional, Jung Lalisa, aku adalah investor proyek besar perusahaanmu, sudah sepantasnya sebagai sekretaris memberikan pelayanan terbaik untuk klien bisnismu, bukan?" Kilah Jungkook.
"Bosku bukan kau, tapi Mr. Kim" jawabku cepat.
"Dan aku sudah mendapatkan izin dari bosmu itu, Mr. Kim."
"A-pa?! Bagaiman bisa?!" Protesku kesal.
"Tentu saja bisa, karena aku adalah Jeon Jungkook." Sahutnya bangga.
"Cck, aku tetap menolak."
"Dan akan kulaporkan ketidak patuhanmu pada Mr. Kim nanti."
"Jungkook!! Berhentilah menjadi menyebalkan!"
"Karena aku memang suka membuatmu kesal."
Aku melotot saat itu juga seraya membuat nafas dengan kasar.
"Kau harus menemaniku berkeliling Seoul nanti malam, aku tunggu kau sepulang kerja nanti."
"Sudah kubilang aku tidak bisa! Karena aku sibuk nanti malam." Tolakku.
"Kalau begitu besok malam lagi."
"Aku bilang tidak bisa Jungkook! Aku mohon mengertilah, aku tidak bisa pergi kemana-mana setelah pulang kerja!."
Jungkook menatap tajam ke arahku dengan pandangan penuh selidik.
"Kenapa?? Apa kau sibuk dengan teman kencanmu sehingga kau tidak ada waktu untuk menemaniku begitu??"
"Kau jangan konyol! Apapun yang kulakukan itu bukan urusanmu!" Sahutku tak terima.
"Siapa dia? Katakan padaku kau berkencan dengan siapa selama ini?" Tanya Jungkook seraya mencengkram kasar pergelangan tanganku dengan ekspresi wajah serius.
"Sudah kubilang itu bukan urusanmu! Kau tidak berhak mengaturku Jungkook!"
"Dengar Lisa, dengan siapapun kau pergi ataupun berkencan dia akan berurusan denganku!" Jungkook mengancam, cengkeraman tangannya semakin kencang dan menyakitkan di pergelangan tanganku.
"Lepaskan aku Jungkook, kau menyakitiku!!" Seruku kesakitan seraya mencoba melepaskan tangannya dari tanganku.
Mata kami bertemu satu sama lain dalam diam, seolah kami hanyut dengan pikiran masing-masing. Aku tak tahu apa arti tatapan Jungkook padaku, yang jelas dapat kurasakan kerinduan dimatanya sekarang namun susah payah aku mencoba menipisnya.
Tanpa mengatakan apapun aku berbalik dan hendak membuka pintu mobil namun tanpa aku duga, Jungkook memutar tubuhku dengan menarik tubuhku agar menghadapnya lagi.
Ia menciumku tiba-tiba dengan kedua telapak tangannya yang menyentuh pipiku agak aku tak bisa lepas dari ciumannya.
"Ehmmm... ehmmm..!!!"
Susah payah aku ingin melepaskan ciumannya yang tiba-tiba itu dengan mendorong kuat dadanya yang keras bagai beton, namun semua terasa sia-sia hingga akupun menyerah dan terpaksa meladeninya walaupun aku tetap pasif tak membalas sama sekali cumbuannya dibelah kenyal milikku.
"Aku mencintaimu Jung Lalisa, selalu. Karena itu tak akan ku biarkan orang lain memilikimu kecuali aku, kau harus ingat itu." Ucapnya setelah ia melepas ciumannya.
Enggan berdebat, akupun memilih pergi dan meninggalkannya dengan keluar dari mobil tanpa mengucapkan apapun kemudian berjalan cepat menuju gedung kantor LotteChamical, yang ada didepanku sekarang.
***
Sesampainya dikantor, Rose pun mendekatiku dan bertanya bagaikan seorang detektif saat aku baru saja duduk diruang kerjaku.
"Lisa, katakan padaku bagaimana makan siangmu dengan Mr. Jeon? Astaga, kau beruntung sekali bisa makan berdua dengan CEO tampan dan berkharisma seperti dia!" Tanyanya penuh semangat.
"Hah...??" Aku yang bingung harus menjawab apa, hanya bisa melongo melihat reaksi Rose yang bagiku berlebihan itu.
"Ayo ceritakan padaku, Lisa!! Kau tahu wanita-wanita disini sudah mulai bergosip tentangmu tadi." Ucap Rose kembali.
"Gosip?? Bagaimana bisa?!" Tanyaku dengan suara tertahan.
"Tentu saja karena kepopuleranmu itu sejak kedatanganmu di perusahaan ini!" Sahut Rose dengan suara seperti bisikan.
"Sudahlah, kita lanjutkan nanti lagi pembicaraan kita ya. Aku takut Mr. Kim akan mencekikku jika dia tahu aku menganggu sekretaris kesayangannya ini." Ucap Rose seraya berlalu pergi meninggalkanku yang hanya bisa melongo menatap Rose pergi begitu saja.
Gosip? Populer?? Astaga, kenapa mereka semua begitu berlebihan sekali?!
"Lisa, aku tunggu kau diruanganku segera." Perintah Mr. Kim disambungan teleponku saat itu tak berapa lama.
Maka tanpa menunda waktu akupun segera bangkit menuju keruangan Mr. Kim.
Tok tok tok.
"Ya, masuk!" Sahut Mr. Kim dari balik pintu saat aku mengetuk pintu ruangannya.
"Apa ada yang bisa saya bantu, pak?" Tanyaku dengan kedua tangan melipat kebawah.
"Aku hanya ingin memberikanmu selamat karena berkat presentasimu tadi para calon investor banyak yang mau bekerjasama dengan perusahaan kita di proyek Denver ini. Bagus, Lisa aku bangga pada kinerjamu." Tutur Mr. Kim memuji, senyum tipis kulihat di wajahnya yang selama ini kaku tanpa ekspresi itu.
"Terima kasih pak, saya hanya melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini sesuai dengan kemampuan saya. Saya masih perlu banyak belajar karena saya masih baru di perusahaan besar ini." Sahutku merendah.
Mr. Kim berdiri dari tempat duduknya dan kini ia berjalan ke arahku.
"Aku bangga karena aku tidak salah memilihmu sebagai sekretarisku, Miss. Jung. Kuharap untuk kedepannya kau akan selalu membuatku bangga." Ucap Mr. Kim.
"Saya akan berusaha sebaik mungkin pak, mohon bimbingannya." Aku menyahut dan Mr. Kim hanya mengangguk dengan senyuman penuh berwibawa padaku.
"Bagaimana makan siangmu dengan Mr. Jeon? Apa berjalan dengan baik-baik saja tadi?" Tanya Mr. Kim tiba-tiba dan tentu saja pertanyaan itu membuatku tercekat.
"Berjalan lancar, Mr. Kim. Mr. Jeon tidak banyak membuat saya kesulitan." Sahutku dusta.
"Bagus! Aku sudah memberikan izinku pada beliau tadi jika Mr. Jeon membutuhkan bantuan selama beliau berada di Seoul, kau harus membantunya." Ucap Mr. Kim tegas.
"Baik pak, saya akan berusaha sebaik mungkin." Jawabku susah payah di lidahku yang kini terasa kelu.
"Baiklah, kau boleh kembali bekerja, Miss. Jung."
"Oya! Satu hal lagi, nanti malam kita bisa pulang bersama? Anggap saja ini hadiah dariku karena kau sudah bekerja dengan baik tadi."
Aku yang saat itu hendak pergi meninggalkan ruangan kerja Mr. Kim pun seketika itu langsung terkejut dengan tawarannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Pergi (END)
RandomAdikku eunha memang gadis yang manis sejak dulu, ia adalah putri kesayangan Mom dan Dad. Berbanding terbalik denganku yang selalu mandiri sejak kecil, karena kasih sayang Mom dan Dad memang sepenuhnya mereka curahkan untuk eunha selama ini. Jarak us...