Jungsik Seoul, Seoul
"Apa yang ingin kau katakan? Jujur aku sangat terkejut saat kau tiba-tiba mengatakan ingin bertemu denganku, Lisa." Tanya Mr. Kim dengan senyum cerahnya.
Malam itu sepulang jam kantor, kami sengaja bertemu di sebuah restoran terbaik di Seoul. Aku sendiri yang berinisiatif untuk mengajaknya karena aku ingin mengutarakan apa yang akan menjadi niatku.
"Sebelumnya mohon maaf jika anda akan sangat terkejut jika sudah mendengar apa yang ingin saya katakan pada anda, pak. Tapi saat ini, saya hanya merasa hanya kepada lah saya bisa meminta tolong." Tuturku dengan lirih hati-hati, susah payah aku mengatur nafas ini agar bisa bernafas dengan normal kembali.
"Katakan saja, Lisa. Kau tak perlu sungkan. Bukankah aku sebelumnya sudah pernah mengatakan padamu waktu itu saat kau berada di rumah sakit? Aku akan membantumu selagi aku bisa melakukannya." Mr. Kim menjawab seraya tersenyum hangat.
"Ehmmm, begini pak.... Apakah bapak mau menikah dengan saya?" Ucapku terbata-bata dengan nafas tertahan, aku sedikit bernafas lega karena akhirnya aku bisa mengucapkan kalimat itu yang sejak tadi menyesakkan dadaku hingga sulit bernafas.
"Mak-sud saya, apakah bapak bersedia menolong saya dengan bapak menikah dengan saya? Atau... paling tidak kita bertunangan dulu... seperti itu." Tambahku cepat-cepat sebelum Mr. Kim salah paham dengan maksud ucapanku tadi.
Mr. Kim diam sejenak, seakan ia berpikir dan mencerna apa yang baru saja aku katakan padanya namun beberapa detik kemudian senyum terbit di wajahnya yang tampan dan berwibawa.
"Jadi kau ingin aku menikahimu begitu, Lisa? Aku yakin kau pasti punya alasan kuat sampai memintaku untuk melakukannya?" Tanyanya seakan menggoda.
"Betul pak, maksud saya bukan menikah atau bertunangan dalam arti yang sebenarnya. Tapi menikah hanya sebatas status saja." Sahutku lirih.
"Itu jika Mr. Kim mau? Saya tidak akan memaksakan jika bapak tidak berkenan." Tambahku lagi cepat-cepat.
"Hey, aku belum menjawabnya, Lisa. Kenapa kau langsung berasumsi kalau aku akan menolakmu?" Tanyanya dengan tersenyum penuh arti.
"Ah, apa maksudnya Mr. Kim bersedia?" Balikku bertanya tak percaya.
"Tentu saja, hanya menikah atau bertunangan bukan? Bukan masalah yang sulit." Ujarnya enteng.
Seperti tak percaya dengan jawaban pria di depanku, aku berulang kali mengerjapkan kedua mataku ini seakan memperjelas penglihatanku kalau itu adalah benar.
Astaga, aku tak menyangka kalau presdir tampan dan terpandang seperti dia mau menikah denganku yang hanya karyawan biasa ini, yah walaupun itu semua hanya sandiwara saja.
"Sungguh saya berterima kasih karena anda mau membantu saya. Sebagai gantinya saya akan bersedia mengabdikan hidup saya kepada anda, pak." Tuturku tulus.
"Apa kau begitu mencintai pria itu Lisa? Sehingga kau mau mengorbankan hidupmu sendiri seperti ini?"
"Ah, apa maksud anda?" Tanyaku gagap dan bingung.
"Kau mau melakukan ini karena kau mencintai dia kan? Maaf, kalau aku lancang, tapi aku tak bisa tak mengatakannya. Kalau dia adalah pria beruntung yang mendapatkan cinta dan pengorbanan darimu hingga kau mau merelakan hidupmu untuk orang lain demi dirinya." Ucap Mr. Kim dengan ekspresi wajah serius.
Aku terdiam sejenak, mengalihkan tatapanku menghindar dari tatapan pria yang ada didepanku dengan perasaan campur aduk.
Kuhirup nafas ini dalam-dalam dan berkata.
"Saya melakukannya untuk adik saya bukan dia yang anda maksud pak." Ucapku lirih.
Tanpa aku duga, Mr. Kim menggapai jemari ditanganku di atas meja dan kemudian menggenggamnya lembut.
"Apapun alasanmu itu, Lisa, aku tak peduli. Yang kuinginkan sekarang, aku hanya ingin bisa membantumu agar kau bisa lepas darinya. Dan aku berharap bisa mendapatkan cintamu sebesar kau mencintainya." Tuturnya dengan tatapan tulus. Entah kenapa aku tak bisa berkata-kata, rasanya aku sedikit hanyut akan ucapannya itu. Benarkah Kim Taehyung memiliki perasaan khusus padaku? rasanya sampai saat ini aku masih tak percaya.
"Terima kasih, pak. Saya sangat terhormat untuk itu." Sahutku tulus.
"Jangan panggil aku pak, Lisa. Panggil aku dengan namaku saja mulai sekarang, Taehyung. Karena sebentar lagi kita akan menikah bukan?" Pinta Kim Taehyung dengan senyum lebarnya hingga akupun menjadi tertawa canggung.
"Baiklah, Taehyung..." Jawabku lirih dengan bibir yang masih terasa kaku dan Kim Taehyung pun tersenyum senang mendengarnya.
....
....
Malam itu juga, Kim Taehyung mengantarkanku pula seperti biasa namun kali ini, ia memintaku untuk mengantarkannya hingga sampai ke depan flat tempatku tinggal. Dengan alasan ia ingin mengenalku dan putraku Haruto lebih dekat. Akupun tak bisa menolak keinginan serta niat baiknya itu padaku.
Namun belum sempat aku melangkah kakiku ke gedung bertingkat yang ada di depanku, kedatangan seseorang menghalangi niatku.
"Jungkook?!"
"Astaga, kenapa pria itu seperti hantu karena ia selalu datang dan pergi sesuka hatinya?!"
Aku dan Taehyung pun menghentikan langkahku saat itu juga. Kulihat Jungkook menatapku tajam dan mulai berjalan mendekatiku dengan gayanya yang cuek.
Dapat kulihat kini tatapannya beralih pada Taehyung berada tepat di sampingku.
"Wah, sebuah kejutan bisa bertemu dengan Mr. Kim disini?" Sapanya seolah menyindir.
"Sejak kapan seorang presdir menyibukkan dirinya dengan mengantarkan sekretarisnya sendiri pulang hingga malam-malam begini?" Sindirnya dengan wajah sinis.
"Jungkook?!" Tegurku tak terima namun Taehyung menyentuh lembut tanganku seakan mengisyaratkan agar aku tetap tenang dan Jungkook pun sempat melihatnya, ekspresinya wajahnya kini tampak tak begitu senang saat melihat Taehyung menyentuhku.
"Anda sendiri kenapa malam-malam datang kesini, Mr. Jeon? Dan maaf, seorang diri tanpa istri anda.." Sahut Taehyung tajam dan menusuk.
Mendengarnya mata coklat tajam Jungkook pun menjadi membulat sempurna.
"Aku tak menyangka Mr. Kim memiliki mulut yang tajam, hebat sekali. Sejak kapan anda peduli dengan kehidupan pribadi saya?" Sahut Jungkook tak mau kalah.Melihat suasana sudah menjadi tegang, akupun cepat-cepat bertindak untuk bisa memisahkan mereka.
"Hentikan, Jungkook. Mr. Kim hanya berniat baik untuk mengantarku. Tolong kau pulanglah jika tak ada hal penting yang ingin kau sampaikan padaku." Ucapku tegas seraya berbalik pergi hendak meninggalkannya namun dengan gerakan cepat Jungkook menarik tanganku untuk menghalanginya.
"Kau berani mengusirku, Lisa??" Tanyanya cukup lantang.
"Maaf, Mr. Jeon bisakah anda tak bersikap kasar pada tunangan saya?"
"A-pa katamu, tunangan!!??"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Pergi (END)
RandomAdikku eunha memang gadis yang manis sejak dulu, ia adalah putri kesayangan Mom dan Dad. Berbanding terbalik denganku yang selalu mandiri sejak kecil, karena kasih sayang Mom dan Dad memang sepenuhnya mereka curahkan untuk eunha selama ini. Jarak us...