Rinduku padamu

1.7K 131 2
                                    

"Sekretaris anda luar biasa Mr. Kim. Saya rasa Miss. Jung bisa membuat para investor lain tertarik dengan proyek Denver ini." Puji Mr. Jung Hoseok yang merupakan salah satu direksi LotteChamical.

"Terima kasih, Mr. Jung itu diluar ekspetasi saya, Miss. Jung masih sekretaris baru, namun keprofesionalnya dalam presentasi ini perlu diaspresiasi." Sahut Mr. Kim bangga.

"Mr. Jung benar, Mr. Kim. Setelah melihat proposal dan presentasi sekretaris anda saya semakin yakin untuk bisa bekerja sama dengan LotteChamical." Ucap Jeon Jungkook tiba-tiba.

"Suatu kehormatan bagi kami, Mr. Jeon. Semoga kedepannya kita bisa terus bekerja sama dengan baik nanti." Sahut Mr. Kim senang.

Jeon Jungkook menyunggingkan senyum penuh artinya. Sungguh pertemuan yang begitu tak terduga bagi Jeon Jungkook kalo ia akan bertemu secepat ini dengan Jung Lalisa, kakak iparnya sekaligus pujaan hatinya selama ini.

Tujuannya datang ke seoul memang adalah bisnis namun yang sebenarnya tidak hanya itu. Apalagi jika bukan untuk bertemu dengan Jung Lalisa?

Dia tahu Seoul adalah kota untuk Lisa, karena itu saat ia mengentahui ada sebuah perusaahan dari Seoul yang menawarkan kerja sama dengannya, dia memutuskan dengan cepat untuk menerimanya dan datang menuju Seoul langsung dengan harapan ia bisa bertemu dengan wanita yang dicintainya.

Dan takdir ternyata sedang berpihak padanya sekarang. Entah kebetulan atau tidak, sungguh tak teduga jika ia bertemu dengan Lisa secepat ini.

Bagaimana ia harus memendam rindu pada wanita itu bertahun-tahun dalam status pernikahan yang tak diinginkannya.

Dan saat melihat secara langsung wanita pujaan hatinya itu lagi, Jungkook begitu bahagia.

Ia merasa hidup kembali dengan ingin segera menumpahkan rasa rindu itu saat melihat sosok Lisa kembali. Namun egonya lebih besar daripada rindu itu.

Luka itu masih menganga lebar, saat Lisa memutuskan untuk pergi dan meninggalkannya kembali dengan pulang ke Seoul.

Hatinya terluka, dan rasa rindu itu berubah menjadi rasa sakit yang tak terhingga.

©©©©

"Kau mau makan siang denganku, Lisa?" Tawar Minhyuk saat itu cukup mengejutkanku.

"Ah ya?" Sahutku masih bingung harus menjawab apa karena sejak selesai rapat tadi otak dan pikiranku entah ada dimana.

"Hey, apa ada masalah? Kau baik-baik saja kan? Bukankah rapat tadi berjalan sukses, banyak orang yang memuji kinerjamu, Lisa. Itu membuatku ikut senang!" Ujar Minhyuk.

"Terima kasih, Minhyuk tapi rasanya aku tidak bisa ikut makan siang hari ini."

"Miss. Jung hari ini akan menemani saya makan siang, jadi maaf sekali kalau dia tidak bisa ikut dengan anda," sebuah suara yang sangat kukenal dari arah belakang mengejutkanku untuk kesekian kalinya.

Tak bisa berkata apa-apa, Minhyuk dan beberapa orang yang masih ada diruangan itu kini beralih menatap ke arahku dengan tatapan penuh tanya.

"Mr. Jeon??" Minhyuk seketika menciut saat melihat sosok asing namun berkharisma itu di depannya.

"Ya, maaf sekali anda tak bisa mengajak Miss. Jung makan siang sekarang karena hari ini dia sudah berjanji untuk menemani saya makan siang sekaligus bicara mengenai proyek kita." Jungkook berucap dengan penuh percaya diri.

"Ooh ya ya, baiklah kalau begitu. Tidak masalah Mr. Jeon, maaf ketidak tahuan saya." Sahut Minhyuk dengan wajah gugup.

"Bagaimana Miss. Jung apa anda sudah siap?" Tanya Jungkook berlagak formal.

Aku yang saat ini belum sepenuhnya menguasai keadaan yang cukup mengejutkan ini, hanya terdiam terpaku seperti orang bodoh.

Akhirnya mau tidak mau akupun mengikuti drama yang dimainkan Jeon Jungkook dan mengikuti langkahnya dengan tidak banyak tanya karena aku sadar saat ini banyak mata yang menatap ke arahku dengan berbagai ekspresi dan penuh tanya sekarang.

"Kau pasti sengaja melakukan ini, Jeon Jungkook!" Tegurku kesal sesampainya kami didalam lift dan tak ada orang lain.

Dengan gaya cueknya, Jungkook hanya menaikkan sudut bibirnya padaku, yang saat itu meliriknya sekilas dengan sudut mataku.

"Bukankah kau senang aku datang dan bisa menolongmu untuk ke sekian kalinya dari rayuan hidung belang?" Sahutnya enteng.

"Dia bukan hidung belang Jungkook tapi temanku!" Protesku kesal.

"Fufufu.... okay, okay. Tapi kau tidak suka jenis-jenis pria seperti dia kan?" Ejeknya dengan nada meremehkan.

"Bukan urusanmu!" Jawabku ketus.

"Kau tidak banyak berubah sayang, masih saja pemarah dan galak, dan itu membuatmu semakin terlihat sek-si." Jungkook mengucapka itu dengan penuh penekanan.

Tentu saja aku melotot seketika saat mendengarnya.

Ting.

Pintu lift terbuka begitu saja dan akupun mengurungkan niatku tadi untuk menendang pria menyebalkan disampingku ini.

"Ayo, Miss. Jung silahkan ikut aku menuju mobil" ucap Jungkook dengan gaya formalnya kembali dan aku hanya menatapnya sebal.

Kenapa aku harus dipertemukan dengan dia lagi didepanku sekarang? Sungguh sial.

...

...

"Kenapa kau ke Seoul?" Tanyaku ketus.

"Tentu saja untuk menemuimu" jawab Jungkook acuh.

"Jungkook! Seriuslah sedikit! Kau tidak bisa begini terus!" Tegurku kesal.

"Lalu kau minta aku bagaimana? Aku sudah menuruti semua keinginanmu selama ini, jadi wajarkan jika aku datang kesini karena aku merindukanmu?" Jungkook menyahut enteng seraya memasukkan potongan beef ke mulutnya dan mengunyahnya cuek.

"Bagaimana dengan Eunha? Apakah dia tahu kau ada disini?" Tanyaku ingin tahu.

"Ya dia aku tahu disini" sahut Jungkook dengan nada enggan.

"Hubungan kalian baik-baik saja kan? Kau menjaganya dengan baik kan Jungkook?" Tanyaku dengan ekspresi serius.

"Dia baik-baik saja, kau tak perlu khawatir. Sekarang aku yang bertanya padamu, kau berkencan dengan siapa saja selama ini?"

"Jungkook?! Kau jangan konyol! Aku kakak iparmu." Sahutku dengan suara tertahan karena kini kami berdua sedang berada disebuah restoran tengah di Seoul.

"Aku tak peduli. Persiapan saja dirimu karena beberapa minggu kedepan atau bahkan sampai berbulan-bulan aku akan terus mengawasimu disini" ucap Jungkook keras kepala.

"Tidak bisa begitu! Kau tak berhak mengaturku Jeon Jungkook!"

"Kenapa tidak? Bukankah itu wajar bagi adik ipar yang perhatian dengan kakak iparnya?"

"Kau-! Benar-benar menyebalkan!" Protesku kesal seraya bangkit dari tempat duduk dengan wajah marah kemudian aku berjalan dengan langkah cepat menuju ke toilet.

Kutatap dalam-dalam bayangan diriku didalam cermin besar yang ada di toilet restoran mewah itu. Kubasuh wajah ini dengan kesal, ya aku kesal dan marah karena harus terjebak di situasi ini lagi!

Bagaimana aku harus menghadapi Jungkook setiap hari selama aku dan dia akan sering bertemu di proyek kita dalam pekerjaan, dan bagaimana... kalau dia tahu kalau aku sudah memiliki seseorang putra?

Aku harus bagaimana? Tentu saja aku tak bisa menyembunyikan keberadaan Haruto selamanya pada Jungkook dan Eunha? Lantas apa yang akan ku lakukan??

Aargghhhh!!!

Aku menjerit dalam hati dengan wajah frustasi.

****

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang