"Jungkook?! Kenapa kau kesini?!"Tanyaku terkejut saat aku membuka pintu malam itu di flat milikku.
"Aku ingin bertemu Haruto, Lis. Aku mohon izinkan aku untuk sekali ini." Ucapnya memohon dengan wajah memelas.
"Kau harusnya menjaga Eunha, istrimu bukan berada disini bersamaku!" Tegurku marah.
"Eunha aman dengan kedua orang tuanya, aku lelah Lisa. Bisakah kau mengizinkan aku masuk ke dalam untuk sekali ini saja, aku mohon..." Pinta Jungkook penuh harap, ekspresi wajahnya tampak begitu memelas dan menyedihkan, hati siapa yang tidak bisa luluh jika melihatnya.
"Untuk sekali ini saja, Jungkook. Selanjutkan kau jangan harap, aku akan membukakan pintu ini lagi untukmu!" Jawabku tegas dan Jungkook hanya mengangguk dengan wajah berseri seakan ia sangat berterima kasih karena aku mengizinkannya masuk.
"Dimana Haruto, Lis?" Tanya Jungkook saat ia melangkah kakinya kedalam rumahku.
"Dia sudah tidur, karena seharian lelah bermain." Jawabku datar.
"Bolehkah aku melihatnya, Lis? Aku mohon.." Pinta Jungkook kembali.
"Hanya melihatnya, Jungkook. Kau jangan menganggu tidurnya!" Sahutku galak.
"Baik, tenang saja. Kau tenang saja, aku tidak aka menganggu tidur putraku sendiri." Sahutnya senang.
Kemudian akupun berjalan di depan Jungkook, menunjukan kamarku yang ditiduri Haruto. Kubuka pintunya dan memberikan jalan pada Jungkook untuk masuk kedalam kamar.
"Haruto ada didalam, kau boleh melihatnya. Tapi hanya untuk kali ini aku berbaik hati memberikan izinku, Jeon Jungkook jadi pergunakanlah waktumu dengan baik." Tukasku tajam dengan ekspresi wajah serius.
"Ya, terima kasih Lis." Sahut Jungkook lirih.
Sempat aku terkejut dengan perubahan sikapnya kali ini yang tampak lunak dan tak menggebu seperti sebelumnya. Apakah karena ia telah berubah karena keberadaan Haruto? Entahlah aku tak tahu, yang pasti saat ini aku hanya akan memberikan Kesempatan padanya untuk sekali ini.
Mengingat Jeon Jungkook adalah ayah kandung Haruto dan sebentar lagi aku akan menikah dengan Taehyung, Jungkook tak akan mungkin bisa memiliki kesempatan lagi untuk bersama dengan Haruto, putranya.
Kulihat Jungkook melangkah kakinya pelan ke dalam kamar yang ditiduri Haruto. Kini ia duduk di tepi ranjang, menatap wajah putranya yang tengah terlelap dengan posisi telentang, dengan wajah polos dan tanpa dosanya.
Aku berdiri di depan pintu, melihat pemandangan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Sekuat tenaga aku menyembunyikan keberadaan Haruto, tetap saja aku tak bisa berbohong pada Jeon Jungkook kalau Haruto adalah putra kandungnya.
Kini Jungkook tampak menyentuh lembut wajah Haruto, mengelus rambut hitamnya dengan tatapan hangat menyeluruh menyapu ke tubuh mungil Haruto yang memang seperti cetakan dirinya sendiri.
"Dia tampan dan menggemaskan sekali. Aku masih tak menyangka kalau aku telah memiliki seorang putra. Terima kasih kau sudah mau melahirkan anakku dan menjaganya dengan baik, Lisa. Kau adalah perempuan hebat dan luar biasa." Tutur Jungkook lirih seraya berpaling menatapku dengan tatapan teduhnya.
"Kau tak perlu berterima kasih, aku melakukannya untuk diriku sendiri bukan untukmu." Sahutku ketus dengan ekspresi dingin namun Jungkook tak sakit hati dengan jawabanku, ia justru tersenyum penuh dengan cinta. Astaga kenapa?
"Apapun itu, Lisa. Aku akan tetap berterima kasih padamu, sekalipun aku memberikan segala hal yang kumiliki di dunia ini atau bahkan nyawaku sendiri, tak sebanding dengan segala pengorbanan yang telah kau lakukan. Sekali lagi, maafkan aku.. karena aku tak ada saat kau membutuhkan sebuah dukungan, Lisa." Ucap Jungkook, kini ia bangkit dan mendekat ke arahku.
Terkejut dengan ucapannya, spontan akupun berpaling dan melangkah keluar dari kamar menghindar dari tatapan wajah Jungkook yang bagiku sangat membuatku tersentuh.
"Tidak, aku tidak boleh terlena dengan sikap lembutnya padaku!"
"Lis, aku mohon jangan menghindariku lagi...." Tutur Jungkook seraya menangkap tanganku agar aku tak jauh darinya.
"Tataplah mataku, Lisa dan katakan kalau kau masih mencintaiku." Ucapnya, kini ia menarik tubuhku agar aku menatap wajahnya.
"Kau jangan konyol, Jeon Jungkook! Berkacalah sebelum kau mengatakan hal itu padaku! Kau adalah suami adikku, jadi jangan berharap lebih dengan hubungan kita!" Tukasku tajam.
"Sudah kubilang aku akan bercerai dengan Eunha. Dan aku bercerai bukan karena kau, tapi karena memang aku tak bisa mencintainya seperti aku mencintaimu, Lisa." Sahutnya yakin.
"Kau-, kau tak bisa melakukannya Jungkook! Eunha mencintaimu jika kau menceraikannya itu sama saja kau akan membunuhnya!" Seruku mengingatkan.
"Tidak, dia akan baik-baik saja. Dia bukan anak kecil, Eunha. Berhentilah bersikap lunak padanya, Eunha tak pernah kekurangan cinta selama ini. Seharusnya kau mengkhawatirkan dirimu sendiri bukan adikmu."
"Apa maksudmu?!"
"Ya, kau Lisa. Selama hidupmu kau tak pernah merasakan cinta dalam keluargamu bukan? Jadi berhentilah bersikap kuat di depanku saat ini, aku tahu kau memang wanita luar biasa namun aku tak bisa terima jika mereka semua mencampakkan dan bahkan menghinamu!" Ucap Jungkook, kali ini ekspresi wajahnya sangat serius. Semua kata-katanya entah kenapa membuat tubuhku bergetar tanpa kusadari.
"Aku baik-baik saja, Jeon Jungkook. Kau tak perlu cemas tentang hidupku." Sahutku seraya tersenyum kecut.
"Kau urusi saja hidupmu dengan Eunha, jadi berhentilah menganggu hidupku lagi!" Tambahku serius.
"Tatap mataku Lisa. Katakan kalau kau memang tak lagi mencintaiku! Maka aku akan menyerah dan tak akan menganggu hidupmu lagi!" Jungkook berseru, kini ia memeluk tubuhku erat seakan memaksaku untuk semakin dekat dengan tubuhnya.
Kedua mata kamipun bertemu satu sama lain, saling menatap hingga seakan sampai ke dasar. Nafas kami saling beradu sebagai bentuk luapan emosi yang sama-sama kami rasakan saat ini.
"Aku tak mencintaimu lagi, Jeon Jungkook. Jadi berhentilah menilai tinggi dirimu sendiri." Tuturku penuh dengan penekanan.
Bukannya menyerah, tanpa aku duga Jungkook justru menciumku hingga membuatku mendelik kaget karena cumbuannya yang tiba-tiba itu.
Tentu saja aku mencoba berontak dan melepaskan ciumannya yang brutal itu dibelah kenyal milikku. Sekuat tenaga aku mencoba melepaskannya dengan mendorong tubuh Jungkook yang kokoh menghimpit tubuhku saat ini.
Kedua tangannya yang kuat melingkar di sepanjang punggung dan pinggangku seakan kekuatan ada pada kendalinya secara penuh.
"Leh... pas..!! Argghh!!" Seruku saat aku berhasil melepas ciumannya dan bernafas sejenak namun Jungkook seakan tak memberikanku ruang untukku lebih banyak bergerak, ia kembali merai belah kenyalku lagi dan melumatnya seakan itu adalah makanan terlezat. Dari cumbuannya yang terada brutal dan kemudian berubah menjadi lembut dapat kurasakan perbandingannya saat ini.
Hingga aku selama beberapa saat sempat hanyut dalam buaiannya, di saat aku merasa kosong itu, aku masih bisa merasakan salah satu tangannya menyentuh tengkukku perlahan dengan lembut kemudian turun ke dadaku yang membusung karena di peluk erat olehnya.
"Tidak! Berpikirlah dengan waras Lisa!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Pergi (END)
RandomAdikku eunha memang gadis yang manis sejak dulu, ia adalah putri kesayangan Mom dan Dad. Berbanding terbalik denganku yang selalu mandiri sejak kecil, karena kasih sayang Mom dan Dad memang sepenuhnya mereka curahkan untuk eunha selama ini. Jarak us...