Perasaan bersalah

1.6K 128 11
                                    

Aku berjalan keluar dari rumah sakit dengan hati yang amat pedih. Namun aku berusaha menahannya agar tak terlihat lemah dimata mereka. Aku tahu kedua orang tuaku memang tak pernah mencintaiku apalagi menyayangiku selama aku menjadi putri mereka namun tetap saja hati ini terasa sakit jika melihat mereka berdua selalu memperlakukan aku dengan tidak adil.

Rasanya aku seperti sama sekali tak berhenti dalam hidup mereka. Dari perjodohanku 10 tahun silam saat mereka memaksaku lebih tepatnya menjual putrinya sendiri kepada pria paruh baya yang kaya raya demi untuk meningkatkan kedudukan mereka sebagai keluarga terpandang. Sampai saat mereka menuduhku sebagai perusak rumah tangga adikku sendiri, itu sungguh menyakitkan. Tuhan adilkah hidupku ini??

Jika memilih, aku lebih baik menjadi wanita penyakitan atau mati jika selama hidupku selalu tak pernah merasakan keadilan, aku wanita yang bebas dan mandiri. Selama ini aku bisa hidup tanpa mereka, tak secuil pun aku membawa harta ataupun merasakan apa yang seharusnya aku miliki sebagai putri dari keluarga Jung yang kaya raya dan terhormat.

Kini aku berdiri menatap pemandangan kota Seoul dengan perasaan campur aduk. Senyum pahit terbit diwajahku kini, sepahit hidupku sebagai putri keluarga Jung.

©©©©

Jungkook belari mengejar Lisa yang menghilang diantara kerumunan orang-orang yang sibuk berlalu lalang di sepanjang jalan di trotoar. Ia kehilangan Lisa dan kini ia merutuki Mr. Jung karena telah menghalanginya tadi saat ia berusaha melindungi Lisa dari tuduhan kedua orang tua Lisa sendiri yang kejam.

Hingga saat ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri, pujaan hatinya itu ditampar oleh ibu kandung sendiri di depan semua orang yang ada di rumah sakit sangat membuatnya marah. Ia ingin memaki kasar mertuanya itu, karena telah kejam memperlakukan putri mereka sendiri. Kini ia tahu jika selama ini Lisa tak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri, itu membuatnya semakin bersalah dan berdosa.

Bagaimana perasaan Lisa sekarang, Jungkook tak bisa membayangkannya.

"Maafkan aku Lisa sayang..., kau selama ini mendetita karena aku..." Lirihnya dalam hati dengan perasaan yang amat sangat sesak.

Ia meraih ponsel di saku jasnya dan ingin menghubungi Lisa, namun ia mengurungkan niatnya kembali saat itu karena ia merasa tak pantas mendekati Lisa lagi, bukan karena malu karena semua orang sudah tahu tentang hubungan tabu mereka namun ia lebih malu pada Lisa sendiri.

Dirinya lah yang membuat pujaan hatinya itu ada dalam posisi seperti ini. Karena dialah Lisa dituduh sebagai pelakor dan perusak rumah tangga adiknya sendiri.

Ia tak menyesali rasa cintanya selama ini pada Jung Lalisa namun ia menyesali karena cintanya itulah yang membuat hidup Lisa menderita. Apalagi kehadiran Haruto, putranya membuat Jungkook semakin kagum pada sosok Lisa. Cintanya semakin besar pada Lisa namun kini ia tak bisa bersikap egois lagi seperti dulu. Ia hanya ingin Lisa hidup bahagia walaupun jika harus tanpa dirinya nanti.

©©©©

"Ibu, apakah Ibu baik-baik saja?" Tanya Haruto padaku yang saat itu tengah menidurkan di ranjang malam itu.

Aku tersentak saat Haruto menanyakannya hal itu padaku. Kutatap wajah tampan dan menggemaskan itu dengan penuh cinta hingga tanpa sadar aku menyunggingkan senyuman saat menatap malaikat kecilku yang bernama Haruto.

"Ibu baik-baik saja, sayang... Kenapa kau bertanya seperti itu, hmm?" Sahutku lembut.

"Tadi, Haruto melihat ibu melamun. Apa Ibu memikirkan paman Taehyung?" Haruto bertanya kembali dengan polosnya.

"Astaga, sayang... Tidak!" Tegurku spontan seraya tersenyum gemas dan mencubit hidung mancung nan mungil Haruto dengan penuh sayang.

"Ibu hanya terlalu cape bekerja akhir-akhir ini, maafkan Ibu ya jika sempat membuatmu cemas tadi." Ucapku lirih.

"Kalau begitu, bisakah Ibu tak bekerja lagi? Aku tak ingin Ibu lelah dan lebih banyak waktu untuk Haruto" pinta Haruto dengan tatapan memohon, mendengar ucapan Haruto membuatku tersentak.

"Sayang, apakah kau kesepian karena Ibu selalu sibuk bekerja?" Tanyaku dengan tatapan sendu dan Haruto hanya mengangguk menjawabnya.

"Ya Tuhan, maafkan Ibu ya nak karena mengabaikanmu selama ini, Ibu bekerja demi hidup kita sayang..., Ibu hanya ingin kita bisa hidup layak bersama disini. Ibu berjanji, Jika tiba waktunya nanti Ibu akan lebih banyak menghabiskan waktu untukmu sayang..."Ucapku lirih seraya memeluk tubuh mungil Haruto dan kami pun berbaring bersama berpelukan dengan penuh sayang.

Kupeluk Haruto malam itu hingga ia terlelap dalam pelukanku, kutatap wajahnya yang tampan dan polos itu dengan penuh air mata. Aku merasa sesak, saat tahu kalau selama ini aku cukup kehilangan banyak waktu untuk merawat anakku sendiri yang memang masih terlalu kecil untuk ditinggalkan dan hanya mengandalkan pengasuhan seorang pengasuh.

Hingga akhirnya aku berpikir untuk keluar dari pekerjaanku yang sekarang dan akan bekerja membuka usaha kecil-kecilan untuk memenuhi hidup kami.

Saat aku hanyut dalan pikiranku sendiri, suara ponsel mengejutkanku. Kuraih dan kulihat siapa yang penelepon dilayar ponsel.

"Taehyung..??"

"Ya, hallo Taehyung,"

"Lisa, apa aku mengganggumu malam-malam begini?"

"Tidak, aku baru saja menidurkan Haruto."

"Oh, Haruto sudah tertidur?"

"Hmm,.. iya ia kelelahan karena terlalu banyak bermain hari ini."

"Oh, sungguh menggemaskan sekali. Seandainya aku bisa melihat wajah tampannya sekarang."

"Apa kau mau video call?"

"Bolehkah?"

"Tentu saja.."

Kuarahkan layar ponsel ke wajah Haruto yang sedang terlelap dengan posisi telentang di sampingku.

"Dia menggemaskan sekali, Lisa." Bisik Taehyung seraya tersenyum lembut.

Kami bertatapan dalam video itu, saling tersenyum menyapa.

"Apakah kau baik-baik saja, Lisa?" Tanya Taehyung.

"Hmm ya? Aku baik-baik saja, Taehyung." Jawabku singkat seraya tersenyum tipis.

"Matamu merah, apakah kau habis menangis? Katakan padaku apakah terjadi sesuatu di rumah sakit?" Tanya Taehyung dengan raut wajah cemas.

"Tidak, kau tenang saja hanya sedikit masalah, kau tak perlu cemas" Jawabku dusta dengan senyuman dipaksakan.

"Lisa, bukankah kau tunanganku. Kita akan menikah, walaupun aku tahu pernikahan ini hanyalah di atas hitam dan putih namun aku hanya ingin menjadi sosok yang bisa melindungimu dan kau bisa andalkan. Aku harap kau bisa percaya padaku mulai sekarang."

"Kumohon, Taehyung kau jangan terlalu baik padaku, itu membuatku semakin bersalah padamu." Ujarku lirih dengan tatapan sendu.

"Katakan saja, Lisa apa yang menjadi bebanmu? Jangan kau pendam sendiri, katakanlah."

"Sebelumnya aku minta maaf padamu Taehyung, sepertinya aku akan mengajukan pengunduran diri dari perusahaanmu nanti." Sahutku dengan ekspresi wajah tegang, kulihat wajah Taehyung dari layar ponselku dengan canggung, dia tersenyum hangat saat mendengar ucapanku bukan ekspresi kecewa seperti yang sempat aku pikirkan tadi.

"Kau adalah calon istriku, kenapa kau harus bekerja lagi untukku, Lisa?" sahutnya dengan senyuman menghangatkan.

"Taehyung..?" Lirihku terkejut.

"Jika kita sudah menikah, kau tak perlu lagi bekerja sebagai sekretarisku, Lisa. Selain kau adalah istriku, apa yang akan dikatakan orang-orang perusahaan jika tahu aku memperkerjakan istriku sendiri nanti?"

"Haruto lebih membutuhkanmu, dia masih terlalu kecil untuk kau tinggalkan, jadi aku tak ingin kau bekerja lagi jika kita akan resmi menikah nanti. Aku harap kau tak menolak keinginanku ini, Lisa.. Anggap saja ini permohonan dariku sebagai calon suamimu nanti."

***

Menurut kalian gimana? Bagus ga? hehe

Jangan lupa votenya ya, gomawo^^

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang