Meyakinkan hati

1.3K 95 1
                                    

Lusa minggu depan aku akan menikah dengan Kim Taehyung, itu adalah keputusanku. Lebih cepat lebih baik, karena aku tak mau kesendirianku menimbulkan banyak fitnah.

Aku tak mau dampak buruk terjadi pada Haruto, dia masih terlalu kecil untuk mengerti kejamnya kehidupan.

Cukup hanya aku saja yang mengalaminya ketidak adilan yang ada dalam keluargaku sendiri tapi tidak untuk putra semata wayangku, Haruto.

"Kau yakin akan menikah dengan bosmu itu, Lisa?" Jennie bertanya memastikan saat kami bertemu di sebuah cafe kecil bersama dengan Haruto dan Yoongi, seperti biasa.

"Ya, aku akan menikah dengan Taehyung, Jen. Bukankah kau yang menyuruhku untuk membuka hati ini untuk laki-laki lain?" Balasku balik bertanya seraya membantu Haruto mengambil sedotan di Milkjus yang dipesannya.

"Haiss, Kisahmu begitu rumit. Bila aku jadi kau, entahlah aku harus bagaimana." Sahut Jennie menghela nafas panjang.

"Menurutku kau hebat Lisa, bisa mengambil hati presdir LotteChamical, yang terkenal dingin itu. Aku benar-benar salut padamu." Yoongi berkomentar kemudian meneguk minuman cola yang dipesannya hingga abis.

"Hah, kau lagi. Apa kau pikir Lisa tidak hebat dari dulu, kau bisa lihat sendiri kan? Sahabatku ini cantik dan mandiri, seorang single parent yang bisa dijadikan panutan untuk para wanita mandiri lainnya." Ujar Jennie membanggakanku.

"Jen...., Kau terlalu berlebihan!" Tegurku dengan tertawa tertahan.

"Yeah, honey. Aku tahu kok, hanya saja aku masih belum bisa percaya Kim Taehyung si presdir kejam dan dingin takluk pada Lisa." Yoongi menyahut dengan memamerkan deretan gigi putihnya dan gummynya pada kami.

"Paman Taehyung baik kok, Haruto sayang padanya sama seperti Haruto sayang dengan Paman Yoongi!" Tiba-tiba Haruto ikut menyahut dengan penuh semangat.

"Hahaha, sungguhkan Haruto sayang?!" Yoongi tertawa senang mendengar ucapan Haruto yang polos itu.

"Ya, Haruto memang benar. Taehyung dia adalah pria yang baik dan penyayang, jauh sekali dengan apa yang selama ini orang-orang katakan padanya. Walaupun kadang sikapnya memang dingin namun sebenarnya dia pria yang hangat." Ucapku menjelaskan dengan penuh keyakinan.

"Waah, mungkinkah sahabatku ini sedang berada dalam fase pra jatuh cinta??!" Jennie berkomentar riang dan Yoongi ikut mengangguk penuh semangat seolah mendukung apa yang dikatakan tunangannya.

"Jen!!! Kenapa kalian selalu meledekku!" Protes malu pada tingkah dua sahabat konyolku ini.

"Hahahaha, tidak masalah Lisa. Aku mendukungmu! Kim Taehyung adalah kandidat yang paling tepat untukmu dan calon ayah bagi Haruto. Betul kan itu sayang?" Tanya Jennie pada sang tunanganya yang berada di sampingnya.

"Yeah, betul Lisa. Taehyung adalah pria tangguh dan kaya dia pasti dapat membahagiakan kalian berdua." Yoongi menyahut penuh keyakinan.

"Astaga, kenapa kalian berdua berlebihan sekali. Aku dan Taehyung kan hanya menikah di atas hitam dan putih, bukan menikah dalam arti kata sebenarnya." Ucapku mengingatkan dengan nada lirih.

"Apapun itu Lisa, yakinlah pada dirimu sendiri. Masa depan indah menantimu, semoga saja keputusan ini memang yang terbaik untukmu dan Haruto, kau harus yakin itu." Ujar Jennie memegang tanganku, kali ini ekspresi wajahnya tampak serius dan aku hanya tersenyum samar meyakinkan diriku kalau apa yang diucapkan Jennie benar adanya.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu, Lisa?" Yoongi bertanya kemudian.

"Aku akan resign beberapa hari lagi, Yoon. Taehyung juga sudah tahu itu, ia mendukungku." Jawabku.

"Ya, itu lebih baik, Lis. Kau bisa fokus menjaga Haruto nanti." Sahut Jennie mendukung dan aku mengangguk mengiyakan.

Selang beberapa saat, sebuah panggilan mengejutkan kami.

"Siapa?" Tanya Jennie ingin tahu.

"Taehyung." Jawabku lirih.

"Cepat, angkat. Aku tak sabar ingin tahu!" Jennie menyahut penuh semangat dengan senyuman lebarnya.

"Ya, Hallo Taehyung."

"Lisa, apa kau sibuk hari ini?" Tanya Taehyung di sebrang sana.

"Tidak, aku hanya sedang berkumpul dengan Haruto dan teman-temanku. Apakah ada yang penting?"

"Jika kau mau, hari uni aku akan mengajakmu memilih gaun pengantin untuk pernikahan kita, Lisa. Kau tidak keberatan kan?"

Mendengarnya seketika itu, aku seakan susah sekali menelan salivaku sendiri. Kedua mataku beralih pada Jennie yang sejak tadi menatapku seakan tidak berkedip.

"Lisa? Apakah kau tidak keberatan?" Tanya Taehyung kembali karena aku tak kunjung menyahutnya.

"Ya, Taehyung. Aku tidak keberatan. Maaf aku hanya cukup sedikit terkejut tadi."

"Tak apa, Lisa. Aku bisa mengerti itu. Baiklah kalau begitu, aku akan menjemputmu 1 jam lagi. Sampai ketemu nanti ya." Ucap Taehyung sebelum ia memutuskan saluran teleponnya.

"Apa katanya?" Jennie bertanya penasaran.

"Dia akan menjemputku nanti untuk memilih gaun pengantin" Sahutku dengan gugup, seolah lidah ini terasa keluh untuk bicara.

"What?! Hahaha, luar bisa Lisa! Aku senang mendengarnya!" Seru Jennie girang.

"Jen..., please jangan membuatku malu." Protesku malu.

Tanpa aku duga, Jennie mengenggam kedua tanganku yang ada di atas meja.

"Itu adalah langkah yang besar, Lisa sayang... Ada gaun pengantin berarti ada sebuah pesta dan aku sangat menantikan itu." Ujarnya dengan kedua mata berbinar.

"Ya, tuhan. Kenapa hanya karena mendengar gaun pengantin membuatku berdebar? Apakah ini yang dirasakan semua wanita yang akan menikah? Walaupun pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak bukan pernikahan yang sebenarnya.

...

...

Garosugil, Seoul.

Ini sudah ketiga kalinya aku berganti gaun pengantin dan semua dijawab Taehyung dengan jawaban yang sama olehnya.

Hingga pemilik butik pun memuji kalau semua gaun yang kukenakan itu sangat pas dan pantas untukku dan aku hanya bisa menghela nafas mendengar pujian yang bagiku sangat berlebihan itu.

"Kenapa kau tidak suka, Lisa?" Tanya Taehyung dengan raut wajah cemas saat melihatku menghela nafas panjang tadi.

"Astaga bodohnya aku jika aku melupakan Taehyung yang sejak tadi memperhatikanku dengan gaun pengantin yang tengah aku kenakan ini." Rutukku dalam hati.

"Ah, tidak Taehyung. Hanya saja ini apa tidak perlu berlebihan? Pernikahan ini hanya..." Belum sempat aku melanjutkan ucapanku tadi, Taehyung menutup bibirku dengan telunjuknya dengan lembut, seakan tak ingin aku melanjutkan ucapanku tadi.

"Jangan kau lanjutkan, Lisa. Aku mohon. Aku hanya ingin di hari pernikahan kita, kau adalah wanita paling cantik dan istimewa di pesta kita nanti. Jadikan momen ini sebaik mungkin untuk kita berdua, walaupun ini bukanlah pernikahan yang kau inginkan." Ucapnya lirih di telingaku hingga membuatku terdiam dan mematung saat mendengarnya.

***

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang