Kehidupan baru

1.7K 139 5
                                    

Seoul, Korea selatan, 4 tahun kemudian.

"Terima kasih, semoga anda puas." Sapaku ramah kepada salah satu pelanggan toko cake yang sudah hampir 3 tahun aku bekerja di tempat ini. C.Trough cake adalah toko kue yang cukup terkenal di Seoul, aku termasuk beruntung bisa bekerja ditempat ini.

Setiap hari pengunjung selalu ramai hingga mengantri untuk membeli kue disini dan itu membuatku selalu sibuk setiap harinya, namun aku senang. Walaupun gaji disini tidak sebesar saat aku bekerja diperusahaan terdahulu sebelum aku hamil namun upah disini sudah lebih dari cukup untukku bisa bertahan dikota besar ini bersama dengan putraku Haruto yang kini berusia 3 tahun.

"Permisi, nona bisa anda pilihkan semua kue disini yang terbaik?" Tanya seorang pelanggan saat aku tengah sibuk menata kue di etalase besar.

"Tentu sa-... Astaga Jennie?!" Seruku spontan saat itu juga, saat tahu kalau pemilik suara itu adalah sahabatku sendiri, Jennie.

"Kau mengejutkan saja!" Tegurku dengan senang dengan kedatangan yang mengejutkan.

"Hehehe, kau sibuk sekali sampai tak melihat aku sejak tadi." Sahutnya dengan senyum mengembang. Kulihat penampilannya hari ini begitu cantik, dengan rambut pirang lurus berombaknya  yang seksi dan dress hitam yang melekat indah ditubuhnya yang ramping namun berisi.

"Kau cantik sekali hari ini, apakah kau akan berkencan?" Godaku.

"Tentu saja, karena itu aku datang kesini untuk mengunjungimu." Sahutnya dengan senyum sumringah.

"Maksudmu?" Tanyaku penasaran.

"Besok kau mau kan, Lis, datang untuk interview di lotteChemical?" Bisiknya padaku seraya mendekatkan wajahnya padaku dengan ekspresi serius.

"Hah, LotteChemical?" Aku bertanya bingung.

"Ya, Tentu saja ini kesempatan bagus bagimu, Lis. Yoongi yang memberikan informasi itu semalam, jika disana sedang membutuhkan beberapa orang karyawan dan posisi sekretaris. Kau harus mencobanya Lis, aku yakin kau bisa lolos karena kau wanita cerdas!" Sahut Jennie menjelaskan dengan suara rendah.

"Aku harap kau tak menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada Lis, Kau tahu kan LotteChamical adalah perusahaan konstruksi besar di Seoul. Hidupmu dan Haruto akan lebih terjamin nanti jika kau bisa bekerja disana." Ucap Jennie berusaha membujukku karena tahu keraguanku saat itu.

Aku mengerjapkan kedua mata ini mencoba berpikir dan bingung.

"Percayalah padaku, Lisa sayang. Apa salahnya mencoba bukan? Jika kau bersedia kau datanglah besok pagi kesana, okay?!" Tutur Jennie menyemangatiku.

"Baiklah, Jen akan aku pikirkan. Terima kasih ya informasinya." Sahutku seraya tersenyum lebar.

"Sama-sama, sayang." Bisiknya.

"Okay, kalau begitu bisa bungkuskan kue coklat dan vanilla itu, nona!" Perintah Jennie berakting dengan sikap genitnya padaku dan aku hanya tersenyum menuruti perintahnya.

****

Pagi ini aku berdiri menatap gedung mewah yang menjulang tinggi dengan hati yang berdebar. LotteChamical, seperti yang Jennie informasikan kemarin padaku.

Entah kenapa aku merasa gugup, mungkinkah karena aku sudah cukup lama tak bekerja disebuah perusahaan seperti dulu sejak aku hamil? Ya, memang diusia kehamilanku saat 4 bulan aku harus terpaksa mengundurkan diri dari perusahaan yang terdahulu, karena aku tak mungkin terus bekerja dengan perut membuncit bukan? Apalagi statusku saat itu adalah single, aku tak mau orang-orang dikantor akan berpikiran buruk padaku.

Dan sekarang seperti saran yang diberikan Jennie padaku, aku harus berani mencobanya lagi untuk bisa memperbaiki kehidupanku agar lebih baik lagi. Demi Haruto putraku karena dia adalah harta terbesar dalam hidupku satu-satunya, aku harus bisa menjadi wanita sekalinya ibu yang tangguh untuknya.

Setelah mengembuskan nafasku pelan, akupun melangkah mantap berjalan dan masuk ke gedung besar LotteChamical dengan sejuta harapan.

****

"Bagaimana interview tadi, Lis? Apakah berjalan dengan lancar?" Jennie bertanya disambungan telepon malam itu saat aku tengah sibuk menyiapkan susu untuk Haruto.

"Berjalan lancar Jen, hanya saja aku tidak yakin aku akan diterima disana nanti?" Sahutku pesimis.

"Hey, kenapa kau bicara begitu?! Yakinkah dirimu, Lisa kalau kau bisa melewatinya, setidaknya kau sudah berusaha melakukan yang terbaik bukan tadi disana?"

"Tentu saja, Jen. Hanya saja persaingan disana cukup ketat, karena memang posisi yang diberikan tidak main-main, semoga saja aku bisa lolos salah satu diantaranya." Harapku.

"Bagus! Berjuang Lisa! Aku yakin kau bisa lolos! Jika kau lolos nanti kau harus mentraktirku bistik, okay?!" Jennie berseru penuh semangat.

"Hahaha... Tentu saja. Kau dan Yoongi, kita berempat akan pergi ke restoran bersama nanti!" Sahutku penuh keyakinan.

"Ngomong-ngomong, Haruto sedang apa? Apa dia tidak merengek jika kau sibuk bekerja selama ini?" Jennie bertanya perhatian.

"Aku bersyukur, dia anak penurut dan tidak cengeng, Jen. Umji dapat menjaga Haruto dengan baik juga, jadi selama aku bekerja Haruto tidak pernah rewel saat aku tidak bersama dengannya selama ini" jawabku menjelaskan.

"Syukurlah kalau begitu, kau bisa jadi fokus dengan pekerjaanmu ya" Sahut Jennie diseberang sana.

"Ibu, mana susuku?" Tanya Haruto seraya menyentuh lembut kakiku dengan tangannya yang kecil.

"Iya sayang, sebentar lagi ya" sahutku seraya  membungkuk mengusap lembut rambut hitamnya, warisan dari sang ayah.

"Wah, apakah itu si kecil Haruto?!" Pekik Jennie di telepon.

"Biarkan aku bicara sebentar padanya, Lis. Aku merindukannya!" Pinta Jennie.

"Baiklah. Bibi Jennie ingin berbicara padamu sayang.." ucapku seraya menyalakan mode loudspeaker diponsel milikku itu.

"Hallo, sayangkuu!! Apakah kau merindukan bibimu yang cantik ini?!"

"Bibi, Jen! Kapan kau dan paman Yoongi akan mengajakku jalan-jalan lagi?!"

"Wah, kau benar-benar rindu kami ya! Hehehe, tentu saja jika kau mau weekend besok kita bertemu lagi, sayang."

"Benarkah?! Aku senang kalo begitu!" Haruto tertawa senang mendengarnya, aku hanya menatap bahagia dengan pandangan sendu Haruto di depan mataku sekarang seraya menghembuskan nafasku dengan berat ketika melihat wajahnya, selalu bayangan Jeon Jungkook tak pernah hilang dari pikiranku.

****

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang