Seoul National Cemetery, Seoul.
Ini sudah hari ke 3 setelah pemakaman Lisa, Eunha setiap hari berkunjung ke makam kakaknya itu dengan tangis yang tak selalu tak berhenti pecah.
Seoul National Cemetery adalah tempat pemakaman yang terlihat seperti sebuah taman, di tempat itulah dimana Jung Lalisa di makamkan. Kini di atas batu nisan Jung Lalisa, Eunha bersimpuh dan menangis terisak setiap harinya.
Ia menyesal, sangat amat menyesal karena kebodohannya, ia harus kehilangan orang yang amat berharga dan berjasa dalam hidupnya selama ini. Dan penyesalan yang terdalam adalah ketika ia belum sempat mengucapkan kata maaf pada kakaknya itu.
"Ya, Tuhan kenapa kau tidak ambil nyawaku saja saat itu, kenapa kau harus mengambil nyawa kakakku, Lisa?!" Bisiknya diantara tangisnya yang pecah di tanah makam sang kakak.
Hal itulah yang selalu diucapkan Eunha setiap hari sejak Lisa dinyatakan meninggal saat kakaknya itu harus berjuang dengan nyawanya dalam kondisi koma, karena telah menyelamatkan nyawanya sendiri.
Dalam dukanya yang dalam di tanah makam Lisa, Eunha dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang kini tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah buket bunga di tangannya.
"Jungkook...?" Lirih Eunha seraya menyeka air matanya di pipinya yang basah karena penuh denga air mata.
"Kau menangis sebanyak apapun tak akan membuat Lisa bisa hidup kembali." Tuturnya dingin.
Eunha kini menatap nanar pria yang ada didepannya, yang kini tampak berbulu lebat di sekitar wajahnya. Sinar mata pria itu kini tampak redup dan seakan tanpa cahaya, dengan tatapan yang dingin menatap Eunha.
Bisa dibayangkan betapa hancurnya hati Jeon Jungkook saat ia harus kehilangan wanita yang dicintainya, hingga ia lupa untuk mengurus dirinya sendiri dengan baik, hal itu dapat terlihat dari penampilan Jeon Jungkook yang sekarang.
Eunha pun bangkit mendekati Jungkook, menatap sendu pria yang pernah mengisi hidupnya itu.
"Maafkan aku, Jeon Jungkook. Karena aku, kak Lisa meninggal, maafkan aku! Sungguh aku sangat menyesal! Jika memilih lebih baik aku yang mati daripada kakakku Lisa, Hiks!" Eunha kembali terisak, air mata kembali keluar dari pelupuk matanya yang bengkak dan sembab karena terlalu banyak menangis.
"Aku tak menyalahkanmu atas kematian Lisa, Jung Eunha. Ini semua karena aku sendirilah yang mengawali semuanya sehingga aku benar-benar harus kehilangan wanita yang amat berarti dalam hidupku." Sahut Jungkook masih dengan tatapan dinginnya.
Kemudian dengan langkah gontai, Jungkook menaruh buket bunga yang ada di tangannya lalu menaruh di tanah pemakaman Lisa.
Tatapannya kosong menatap dalam batu nisa yang bertuliskan nama Jung Lalisa, satu tangannya mengelus batu nisan itu dengan perasaan kehilangan.
"Kau pergilah dengan tenang sayang, aku berjanji akan hidup lebih baik dan menjaga Haruto, anak kita seperti yang kau minta." Lirihnya pilu.
Eunha yang melihat itu semua hanya bisa menangis, merasa sesak dan bersalah. Bagaimana tidak? Karena dia, anak sikecil Haruto harus kehilangan ibunya. Kini ia benar-benar merasa sangat berdosa pada keponakannya itu.
Setelah cukup lama duduk bersimpuh di makam Lisa, Jungkook pun berbalik dan melangkah mendekati Eunha yang masih berdiri di belakangnya.
"Aku akan pergi dari Seoul dengan membawa Haruto, berjanjilah kau untuk hidup dengan baik Jung Eunha. Jangan kau sia-siakan pengorbanan kakakmu yang telah berkorban banyak untukmu, karena Lisa pun ingin kau hidup lebih baik dan bahagia mulai sekarang." Ucap Jungkook dengan suara berat, kemudian dia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Eunha yang masih berdiri terpaku, menatap nanar pria yang kini sudah resmi menjadi mantan suaminya itu
***
"Apa rencanamu setelah ini Kook?" Tanya Jennie pada Jungkook yang telah bersiap pergi ke bandara dengan membawa Haruto.
"Aku hanya ingin hidup bersama Haruto dan menjaganya seperti yang Lisa minta." Sahut Jungkook lirih.
"Ya, kau jaga dirimu baik-baik dan Haruto. Lisa juga pasti akan sedih jika melihatmu terus berduka."
"Tentu saja, Jennie. Aku akan hidup dengan baik karena ada Haruto bersamaku. Dialah bukti cintaku dengan Lisa, maka aku akan menjaganya dengan sepenuh hati karena itu memang adalah tanggung jawabku."
"Terima kasih banyak untuk kalian berdua karena telah menjadi orang penting bagi Lisa, dan menjaga Haruto selama ini. Sampai kapanpun aku tak akan melupakan kalian berdua." Ujar Jungkook tulus.
"Jangan lupa selalu memberi kabar pada kami berdua, Kook." Tutur Yoongi seraya menepuk bahu Jeon Jungkook.
Kemudian mereka bertiga pun berpelukan bersama-sama, sebagai wujud persahabatan yang singkat namun berarti.
"Selamat jalan, Haruto sayang. Paman Yoongi dan Bibi Jennie pasti akan merindukanmu nanti." Ucap Jennie pada Haruto yang kini tampak digendong Jungkook.
"Haruto juga akan rindu paman Yoongi dan bibi Jen." Sahut Haruto.
"Kau harus berjanji jadi anak yang baik untuk kami ya, sayang. Sekarang kau sudah memiliki Ayah, bibi yakin kau akan menjadi pria yang sukses dan menjadi orang besar kelak." Jennie berkata penuh harap seraya mencium pipi Haruto.
"Ya, bibi! Aku berjanji untuk Ibu dan kalian semua!" Haruto menyahut penuh semangat dan mereka semua pun tertawa penuh dengan cinta.
Sebuah keyakinan ada dalam diri Jungkook karena sekarang ia memiliki tujuan hidup. Walaupun orang yang ia cintai tak lagi ada di sisinya sekarang, tapi cintanya pada Lisa selalu bersamanya dalam setiap nafas dan detak jantungnya. Bersama dengan Haruto, putra semata wayangnya dengan Jung Lalisa, Jungkook akan tetap melanjutkan hidupnya sebagai wujud cintanya pada seorang Jung Lalisa yang tak lekang oleh waktu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Pergi (END)
RandomAdikku eunha memang gadis yang manis sejak dulu, ia adalah putri kesayangan Mom dan Dad. Berbanding terbalik denganku yang selalu mandiri sejak kecil, karena kasih sayang Mom dan Dad memang sepenuhnya mereka curahkan untuk eunha selama ini. Jarak us...