Seoul, Korea selatan. LotteChamical.
"Lisa, tolong kau siapkan berkas-berkas investor proyek kita di Denver, Colorado dan segera kau bawa masuk ke ruanganku secepatnya!" Sebuah perintah dari CEO Kim Taehyung yang merupakan atasanku di sambungan teleponku siang itu.
"Baik, pak segera saya siapkan" jawabku saat itu juga.
Ini adalah hari ke 5 aku bekerja di LotteChamical. Setelah dua hari aku banyak melewati masa tes yang cukup selektif, akhirnya aku bisa lolos menjadi salah satu pelamar yang beruntung dapat bekerja diperusahaan besar ini sebagai sekretaris dari pempimpin perusahaan yang bernama Kim Taehyung. Keberuntungan memang sedang berpihak padaku, dan aku tak akan menyiakan kesempatan besar itu sekarang.
Selang waktu beberapa menit akupun membawa berkas yang diminta oleh beliau ke ruangannya.
Tok.. tok.. tok..
"Permisi pak, saya sudah membawa berkas yang anda minta tadi." Ucapku dengan nafas sedikit tertahan, karena jujur ini untuk kedua kalinya aku akan bertatap muka dengan dengan CEO Kim Taehyung setelah awal perkenalan kami waktu aku masih menjadi calon karyawan di perusahaan ini.
Dia adalah seorang CEO yang masih cukup mudah, mungkin usianya sekitar 30an dengan wajah yang tampan namun tegas dan selalu tanpa ekspresi. Hal itulah yang membuat banyak karyawan di perusahaan ini takut dengannya.
"Masuk!" Perintahnya dari balik pintu, maka segera saja aku masuk ke dalan ruangan yang berukuran luas dan mewah itu.
Tampak Mr. Kim sedang sibuk dengan beberapa file dan berkas yang ada diatas meja kerjanya. Tatapannya kini beralih padaku, dengan langkah pelan namun pasti aku mendekati mejanya dan menaruh beberapa berkas yang ada di tanganku sekarang.
"Ini semua data para investor yang anda minta, pak" ucapku dengan nafas sedikit tertahan.
"Baik, terima kasih. Dan satu hal lagi, Lisa. Kau siapkan dirimu sebaik mungkin karena besok atau mungkin lusa ada rekan bisnisku yang akan datang dari Busan untuk melihat proyek kita di Denver ini, dan jika kerjasama berhasil itu akan menjadi peluang besar bagi kita untuk mendapatkan calon investor baru untuk proyek besar ini." Tutur Mr. Kim menjelaskan dengan berwibawa.
"Busan...?" Ucapku tanpa sadar.
Tentu saja aku terkejut mendengar kata Busan, bagaimana tidak? Kota itu bagaikan mimpi burukku selama ini.
"Ya benar, Busan, apa ada masalah? Karena kebetulan aku mengingat, beberapa waktu lalu aku melihat CV mu kau berasal dari Busan bukan?" Mr. Kim bertanya dengan kedua mata menyempit.
"Benar pak" jawabku gugup.
"Kalau begitu tidak ada masalah bukan? Justru itu bisa menjadi poin terpentingmu agar lebih mudah menilai dan dekat dengan calon investor kita." Tutur Mr. Kim dengan nada berwibawa dan aku hanya mengangguk tanda mengerti.
"Baiklah kalau begitu, kau boleh pergi sekarang." Perintah Mr. Kim kemudian.
"Baik pak, saya permisi dulu" sahutku seraya membungkukkan setengah badan.
Setelah aku keluar dari ruangan Mr. Kim entah kenapa pikiranku menjadi tidak tenang.
Itu karena yang beliau katakan tadi, investor dari Busan yang besok akan datang. Karena aku akan menjadi karyawan yang terbaik dan berdedikasi di perusahaan ini. Demi untuk masa depanku dan putraku, Haruto.
"Hay, Lisa apa ada masalah?" Tanya Rose, salah satu rekan kerjaku yang cukup dekat denganku sejak pertama kali aku bekerja dikantor ini.
"Ah, tidak..." Jawabku spontan dengan sedikit senyum yang dipaksa.
"Aku pikir terjadi sesuatu padamu karena sejak kau keluar dari ruang kerja Mr. Kim kau tampak murung." Ucapnya perhatian.
"Benarkah, hahaha apa aku terlihat begitu?" Aku bertanya gugup.
"Ya, syukurlah kalau tidak ada hal buruk terjadi, karena seperti yang aku katakan padamu sejak awal Mr. Kim adalah seorang CEO dingin dan kejam. Walaupun ia tampan tapi perangainya yang seperti itu jelas saja membuat kita takut bukan?" Tutur Rose dengan suara seperti bisikan karena takut terdengar oleh karyawan lain.
"Iya, terima kasih Rose atas perhatianmu" sahutku seraya tersenyum.
"Baiklah kalau begitu kau lanjutkan saja pekerjaanmu, katakan saja jika kau butuh bantuan ya," tutur Rose dengan senyum ramahnya seraya berlalu pergi ke meja kerjanya kembali.
Kejam dan dingin? Aku rasa tidak begitu, apa mereka hanya berlebihan saja atau aku yang memang belum cukup mengenal atasanku sendiri saat ini? Karena sejauh pandanganku Mr. Kim, beliau tidak seperti itu.
Ya walaupun sikapnya memang dingin tapi bukanlah itu wajar bagi seorang atasan agar terlihat berwibawa didepan karyawannya? Tapi untuk kejam, aku rasa beliau tidak seperti itu.
....
....
Sekitar pukul 7 malam aku baru bisa keluar dari kantor, karena aku hari ini begitu sibuk menyiapkan beberapa file dan berkas yang akan di persiapkan untuk presentasi besok saat kedatangan investor proyek di Denver.
Hari yang cukup melelahkan, aku menghela nafas panjang dan merilekskan tubuhku sedikit yang terasa agak kaku karena berjam-jam duduk berkutat di depan komputer.
"Apa hari ini melelahkan?" Tanya sebuah suara mengejutkan, seketika itupun aku berbalik ke belakang mencari di pemilik suara itu dan aku cukup terkejut ternyata dia adalah Mr. Kim atasanku sendiri.
"Ah, pak CEO. Maafkan saya." Ucapku canggung seraya menundukkan kepalaku sedikit.
"Kenapa harus minta maaf? Kau tidak bersalah padaku. Justru aku senang kau bekerja dengan baik sejauh ini, hingga kau mau lembur untuk mempersiapkan presentasi kita besok. Aku harap besok hasilnya tidak mengecewakan, Miss. Jung," Tutur Mr. Kim dengan gayanya yang berwibawa.
"Terima kasih, pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin agar tidak mengecewakan anda dan perusahaan ini," sahutku yakin.
"Bagus, aku percaya padamu. Itu membuatku semakin yakin kalau aku tidak salah menilai dan memilihmu menjadi sekretaris." Ujar Mr. Kim
Belum sempat aku memahami dan ucapannya, Mr. Kim melanjutkan ucapannya kembali dan berjalan mendekat kearahku.
"Kau mau pulang kan?Jika kau mau, kau bisa ikut sekalian denganku karena kebetulan kita searah bukan?" Tawar Mr. Kim dengan gaya coolnya.
"Ah, saya rasa tidak perlu repot-repot pak, terima kasih atas tawarannya." Jawabku sungkan.
"Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu. Sampai ketemu besok Lisa" Ucap Mr. Kim sebelum ia berjalan pergi meninggalkanku yang menatapnya bingung dan berdiri di termangu di depan pintu gedung LotteChamical.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Pergi (END)
RandomAdikku eunha memang gadis yang manis sejak dulu, ia adalah putri kesayangan Mom dan Dad. Berbanding terbalik denganku yang selalu mandiri sejak kecil, karena kasih sayang Mom dan Dad memang sepenuhnya mereka curahkan untuk eunha selama ini. Jarak us...