Mabuk

1.9K 154 1
                                    

Malam itu juga aku pergi diam-diam dari rumah keluarga Jung. Saat semuanya aman dan mereka semua terlelap tidur aku pergi dengan membawa koper penuh berisi pakaianku yang kubawa dari Seoul.

Ya, Besok aku akan pergi dari Busan dan kembali ke flatku di Seoul.

Tak ada yang tersisa yang harus ku pertahankan dikota kelahiranku sendiri, karena semua ini telah membuatku terluka untuk kedua kalinya.

Aku memesan taxi dan pergi ke sebuah bar 24 jam yang tak pernah aku kunjungi selama ini.

Memesan minuman dan ingin melepas segala penat dan rasa sakit hatiku, atau mungkin berkencan dengan seseorang pria untuk semalam aku tak peduli.

"Kita kemana, Miss?" Tanya sang sopir taxi

"Antar aku ke TBR bar," Sahutku tanpa ekpresi.

"Siap miss," Supir itu mengangguk mengerti.

Aku tersenyum kecut dan bersandar ditempat duduk mobil, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Malam ini aku akan menggila, hanya itu yang ingin kulakukan.

TBR bar adalah salah satu bar dan klub yang ada di Busan, yang buka hingga 24 jam. Selama dalam hidupku aku memang jarang mengunjungi tempat-tempat seperti itu namun berbeda untuk sekarang. Karena malam ini aku ingin berada ditempat yang berbeda untuk melepaskan segala rasa lelah yang ada.

Sesampainya di TBR bar akupun memesan minuman beralkohol tinggi dengan tanpa basa-basi. Menegakkan bagai air mujarab yang bisa melepas rasa frustasi yang kurasakan dalam pikiranku.

Musik mengalun keras ditelingaku dan kulihat dengan sepintas banyak pengunjung klub yang mulai menggila. Mereka menari, dan berjoget dengan tawa riang yang seakan tanpa beban. Berbeda dengan aku sekarang yang hanya duduk seorang diri dengan hanya ditemani minuman sebagai penghangat tubuhku.

Pikiranku sepenuhnya tidak ditempat ini, namun entah berada dimana. Yang jelas kini aku hanya ingin sendiri.

"Mau kutemani, Miss? Sepertinya kau butuh seseorang teman." Sapa seseorang mengejutkanku.

Kualihkan pandanganku ke sumber suara itu dan kini aku melihat 3 orang pria yang duduk disampingku, salah satu dari mereka menyapaku dan menatapku dengan penuh nafsu.

"Tidak." Jawabku singkat dengan acuh kemudian mengalihkan pikiranku ke minuman lagi, menegak isinya hingga habis tak tersisa.

"Wah, kau jago minum ternyata Miss. Hebat sekali!!" Seru salah satu dari mereka bertiga namun aku dengan acuh masih tak peduli.

"Kau sepertinya sedang frustasi, Miss. Akan lebih baik kalau kami temani." Seringai pria berambut hitam disebelahku.

"Oh, ya? apa yang ingin kau tawarkan padaku?" Tanyaku mulai ngelantur.

Dapat kulihat senyum licik diwajah mereka saat melihat reaksiku.

"Apapun yang kau minta, Miss. Kami akan sanggup memberikannya" sahut sang pria berambut hitam itu.

Aku melihat satu persatu dari mereka dengan seksama dengan kedua mataku yang kini agak kabur karena mungkin pengaruh alkohol yang aku minum. Dan dengan senyum bodoh mereka, aku menatap dengan wajah acuh.

"Maaf, tapi aku rasanya tidak berminat pada kalian." Jawabku acuh dengan membuang muka. Tentu saja ucapanku membuat mereka marah dan merasa tersinggung, pria mana yang tidak kesal karena harga diri mereka terasa dicoreng oleh wanita yang menolak mereka mentah-mentah?

Dengan kasar, salah satu dari mereka mencengkram pergelangan tanganku dan menyeretku ke sebuah tempat sepi yang aku tak ketahui berada dimana. Aku merasa agak limbung hanya seperti orang bodoh mengikuti mereka saat menyeretku.

"Kau wanita sialan yang sok suci! Akan kami berikan kau pelajaran karena berani mengina kami!" Seru pria berambut hitam marah seraya memojokkanku disebuah dinding.

"Kita bawa wanita ini ke hotel saja Hugh! Sepertinya dia mabuk berat." Ucap salah seorang dari mereka.

"Jangan coba-coba atau kalian akan menyesal!" Ucapku dengan suara serak, kesadaranku mulai hilang karena pusing yang tiba-tiba datang.

"Heh, kau masih bicara jal*ang!" Maki pria itu mendekatkan wajahnya dan menyentuh kasar rahangku.

"Lihat saja kau akan habis dan memohon ampun saat kami menyiksamu nanti!!"

Buuuuggghh!!

Suara pukulan keras kudengar dengan jelas saat itu. Aku tak tahu pasti, karena kesadaranku sudah hampir hilang, hanya pendengaranku yang masih sedikit berfungsi saat ini.

Suara makian, tendangan dan pukulan begitu jelas terdengar ditelingaku saat ini. Ya, aku rasa ada seseorang yang datang menolongku, tapi aku tak tahu siapa dia.

©©©©

"Kalian berani menyentuh wanitaku!!!" Seru Jungkook marah saat melihat 3 orang pria tampak membawa Lisa kesebuah tempat sepi dihalaman parkir sebuah bar dan klub.

Amarahnya semakin tak terbendung saat melihat salah satu dari mereka menyentuh dan mencium paksa Lisa yang tak sadarkan diri.

Dengan dibantu oleh orang kepercayaan yang selama ini ditugaskan memata-matai Lisa dirumah keluarga Jung, Bobby.

Mereka berdua menghajar habis ketiga pria asing yang berniat jahat ke Lisa.

Setelah Jungkook dan Bobby berhasil melumpuhkan mereka bertiga, kini Jungkook menghampiri Lisa yang tergeletak tak sadarkan diri begitu saja.

Wajahnya tampak panik dan cemas melihat wanita yang pernah mengisi hidupnya itu dalam keadaan menyedihkan.

Dalam hati ia berpikir kenapa Lisa begitu bodoh untuk berada disini dan menempatkan dirinya sendiri dalam bahaya?

Tak pikir panjang, ia pun menggendong tubuh Lisa dan membawanya ke mobil miliknya.

"Kau beresi yang ada disini, Bobby dan berikan mereka pelajaran agar mereka menyesal karena telah berani menyentuh wanitaku!" Perintah Jungkook tegas pada Bobby, dan Bobby hanya mengangguk tanda mengerti.

****

Biarkan Aku Pergi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang