BAB 6: First Thought

864 90 13
                                    

Sean menepuk keningnya setelah Deri bertanya apakah ia membawa buku cetak pelajaran Matematika. Pasalnya, minggu lalu guru Matematika mereka, yang juga merangkap sebagai wali kelas, alias Pak Tri sudah mengingatkan untuk membawa buku cetak masing-masing. Kalau tidak, akan dihukum dengan mengerjakan 100 soal latihan.

Sebenarnya, Sean sendiri belum punya buku cetak Matematika karena ketika ia sedang membeli beberapa buku pelajaran di toko buku, stok buku Matematika sedang kosong, dan belum ia cari lagi sampai sekarang.

"Lo ada temen di IPA 5 nggak? Tadi ada yang minjem dari sana. Katanya, mereka juga ada pelajaran MTK hari ini," ujar Deri.

Melihat lawan bicaranya malah bengong, Deri berkata lagi, "Ada yang lo kenal nggak? Atau nanti gua pinjemin sama temen gua deh."

"Ada. Ada kok. Gua pinjem sendiri aja nanti."

-

Saat jam istirahat kedua, Sean melongok ke kelas 12 IPA 5, mencari satu-satunya siswi yang ia kenal. Ya, sebenarnya dia juga sudah mengenal Rara karena akhir-akhir ini mereka berempat - Sean, Lio, Rara dan Caca sering menghabiskan waktu di rumah Lio. Tapi tetap saja Caca adalah orang pertama yang ia cari.

Untungnya, gadis itu ada di dalam kelas, sedang tertawa dan berbincang dengan beberapa temannya. Sean menghampiri gadis itu.

"Ca."

Caca menoleh dan mata cokelatnya itu membesar ketika mengenali orang tersebut. "Eh, kenapa?"

"Lo ada pelajaran MTK hari ini?"

"Ada."

"Gua pinjem buku cetaknya dong. Pak Tri bilang hari ini harus punya buku masing-masing. Gua nggak punya bukunya," kata Sean dengan wajah memohon.

Caca merogoh laci mejanya dan menemukan buku yang Sean maksud sambil mencibir, "Yee... beli makanya."

"Lupa. Lo temenin gua yok besok nyari buku."

"Besok...hmm gua ada bimbel."

"Abis lo selesai bimbel deh, nanti gua jemput. Ya?"

Alis Caca terangkat sebelah. "Dih, tumben. Biasanya ke mana-mana sama Lio."

"Ya masa sama Lio mulu. Bahaya, nanti lama-lama dia bisa naksir sama gua."

Gadis itu terkekeh. Tangannya yang memegang buku dilayangkan kepada lengan Sean, memukul laki-laki itu pelan. "Najis."

Sean ikut tertawa dan mengambil buku Caca. "Thanks. Nanti gua balikin," kata Sean, lalu kembali kelasnya.

Tadinya, Sean berencana mengembalikan buku itu sepulang sekolah. Tapi ternyata Pak Tri membuat kuis dadakan di jam terakhir dan semua murid di kelas itu diperbolehkan pulang ketika telah mengumpulkan lembar jawabannya.

Ketika Sean keluar kelas, ia melihat kelas Caca sudah sepi tanda sebagian siswanya sudah pulang. Matanya menangkap sosok Rara yang masih duduk di dalam kelas bersama beberapa temannya.

"Ra." Sean menghampiri Rara. "Ica udah pulang?"

"Udah. Barusan aja balik sama Lio. Kenapa?"

"Yah. Mau balikin buku. Ya udah besok aja deh. Dah, gua duluan ya."

"Yoi, ati-ati."

-

Ponsel Sean yang ia letakkan di atas meja belajarnya bergetar. Laki-laki yang sedang menghafal rumus Fisika untuk ulangan besok, melirik sekilas layar ponselnya. Sebuah pesan dari Marisa IPA 5.

Sean, besok gua ada MTK.

Jangan lupa bawa buku gua ya.

Iya.

Sorry, tadinya mau gua balikin pas pulang sekolah.

Eh, taunya ada kuis dadakan.

Makanya keburu lo balik duluan."

Serius lo?

Wah, jangan-jangan giliran kelas gua nih besok.

Bagi soal dong hehehe."

Soalnya dari buku cetak juga.

Pantesan tadi Pak Tri juga bilang,

masing-masing harus punya buku cetak.

Beneran kuis nih gua besok.

Nggak susah kok.

Nanti gua kasih bocoran,

asal besok lo jadi temenin gua.

Hahaha deal!

Makasih ya, Sean the Sheep."

Sama-sama, Caca Handika.

Btw, bagus juga ya kalo lo dipanggil Caca.

Gua manggil lo Caca deh mulai sekarang."

Ya, ya, ya.

Terserah Sean the Sheep aja.

Yang penting jangan lupa buku gua besok!!!

Iya, bawel.

Sean meletakkan kembali ponselnya di meja. Wajahnya masih sumringah meskipun telah selesai bertukar pesan dengan Caca. Saat ia menginjakkan kakinya ke kota ini, tidak pernah terlintas di dalam pikiran bahwa ia akan mendapat teman-teman baru yang menyenangkan. Setelah kepergian Lea, Sean merasa seperti mayat hidup. He's alive but not living. Ia tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Tujuan utama dia berada di sini tidak lebih dari sekedar mendapat ijazah SMA saja. Toh, kalau punya teman juga, mereka akan segera berpisah saat kuliah.

Namun ternyata, perlahan es di hatinya mencair. Bibirnya yang kaku, perlahan bisa membentuk sebuah senyum. Sorot matanya yang redup, perlahan mempunyai setitik cahaya. Sekarang, ia mempunyai sahabat karib seperti Lio. Ya, meskipun memang baru dalam hitungan bulan, tapi setidaknya ia tahu bahwa seorang Lio pantas mendapat predikat sebagai teman baik, teman seperjuangan, teman sepermainan, teman akrab, teman setia, dan apapun itu.

Rara, seorang gadis pintar yang blak-blakan juga masuk dalam daftar teman barunya. Ia selalu bicara apa adanya ketika mereka sedang membahas sesuatu, kalau suka, ia akan bilang suka, kalau tidak, ia akan bilang tidak. Bahkan, Rara juga tidak ragu untuk mengumpat jika Sean, Lio, atau Caca melakukan hal-hal bodoh.

Satu lagi, Caca, seorang gadis yang menempel Rara ke mana-mana. Seorang teman baru juga, sama seperti Lio dan Rara. Tapi, entah mulai dari mana dan sejak kapan, akhir-akhir ini Sean baru sadar bahwa dirinya semakin ingin tahu tentang Caca. Tentang masa lalunya, tentang apa yang dirasakannya, tentang apa yang dilakukannya, apa yang ia suka dan tidak suka, semuanya. Laki-laki itu belum bisa mengatakan bahwa ini perasaan cinta, namun yang pasti ia tertarik dengan segala sesuatu tentang Caca. Diam-diam, Sean sering memperhatikannya. Sean suka melihat bagaimana mata cokelatnya yang besar itu berbinar ketika gadis itu sedang menceritakan sesuatu dengan antusias. Sean juga suka ketika mendengar suara tawanya. Ah, laki-laki itu merasa ia harus membuatnya sering tertawa seperti itu.

Nah, pikiran dari mana itu? Sean mengerjapkan matanya beberapa kali dan menggelengkan kepala dengan kencang, guna mengusir pikirannya yang mulai ke mana-mana. Ia kembali mengambil buku catatan Fisika dan menenggelamkan pikirannya dalam kumpulan rumus yang rumit itu.

Kisah Satu Dekade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang