PRELUDE 4 : Crazy Girl from Night Club
•••
Born to be an actress, kata orang-orang ketika gue berakting dengan sangat baik dan film yang gue bintangi meledak di pasaran.
Born to be a model, ketika foto-foto terbaru gue dalam pemotretan majalan atau iklan suatu produk bermunculan.
Born to be a star, ketika gue melakukan semua hal yang memukau banyak orang.
Gue dipuji, dibela, diagung-agungkan, dielu-elukan saat melakukan semua hal menakjubkan. Tapi mereka yang memuji, mengagungkan, mengelukan gue nggak pernah kembali membela ketika gue melakukan satu kesalahan kecil. Kesalahan kecil yang menutup semua hal menakjubkan yang gue lakukan.
Gue dihina, dicaci-maki, dicemooh hanya karena kesalahan kecil yang bahkan semua orang juga pasti pernah melakukannya. Ya ... mereka pasti berpikir bahwa seorang selebriti seperti gue nggak boleh sedikit pun punya celah buruk di mata publik.
Mereka lupa bahwa selebriti seperti gue juga seorang manusia biasa.
Gue bisa melakukan kesalahan.
Gue bukan manusia sempurna.
Gue cuma ... manusia biasa.
"Kan gue udah ngewanti-wanti dari kemarin, Val. Lo tuh lagi dipantau banyak orang, lo lagi naik-naiknya, kenapa malah kayak gini, sih?" suara manager gue menggelegar, memasuki telinga dan membuat gue ketakutan.
Gue sembilan belas tahun. Apa salah kalau gue pergi ke kelab malam untuk sedikit bersenang-senang? Oke, gue memang salah karena malam itu gue tanpa sengaja menabrak seorang pelayan kelab yang sedang membawa banyak minuman di nampannya dengan keadaan gue yang sudah nggak bisa berjalan dengan tegak dan kepala gue pusing.
Tapi gue langsung minta maaf. Gue membayar kerugian dari minuman yang terbuang dan gelas yang pecah.
Tapi video yang beredar di internet nggak berkata begitu. Berita yang tersebar tidak pernah mengatakan begitu.
Gue membuat keributan di kelab malam.
Gue mabuk parah, agak gila.
Gue nggak meminta maaf.
Gue nggak ganti rugi.
Gue memberi uang tutup mulut pada pelayan yang gue tabrak agar tidak menyebarkan kejadian tersebut.
Gue gila.
Gue perempuan nggak punya adab karena mabuk-mabukan.
Gue nggak pernah lelah mengerjakan semua pekerjaan yang datang pada gue. Berpose dari pemotretan yang satu ke pemotretan yang lain. Melakukan akting dari matahari belum terbit sampai matahari sudah terbenam. Mendatangi acara yang satu ke acara yang lainnya. Gue nggak pernah lelah melakukan itu semua. Gue menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
Random[SELESAI] Ruang Kosong mungkin hanya sekadar tempat mereka berenam biasa berkumpul. Tempat Lingga lebih sering tidur malam daripada di rumahnya sendiri. Tempat Sashi menghabiskan waktu untuk menulis ribuan kata untuk novelnya. Tempat Ibram beristira...