Akhir dari sesuatu merupakan awal dari sesuatu yang lainnya.
•••
Sebenarnya ketika menjemput Sashi, Gentala tidak perlu terkejut dengan penampilan Sashi saat itu. Tanpa menekan bel—teman-teman Sashi yang datang ke rumahnya tidak pernah datang dengan menekan bel selayaknya tamu pada umumnya—Gentala memberi kabar Sashi bahwa dia sudah sampai di depan rumah. Dan tak lama setelah Sashi menerimanya, perempuan itu keluar dari dalam rumah mengenakan celana hitam panjang dan baju model brokat berwarna hijau keabuan. Tidak masalah soal itu, karena semalam setelah Gentala berhasil menghubungi Sashi, katanya cewek itu habis menulis dan tidak ingin diganggu, mereka berunding akan pakai baju apa, Sashi menggoda Gentala barangkali lelaki itu ingin memakai pakaian yang senada selayaknya pasangan. Tapi tentu tidak, Gentala langsung menolak keras, dan dia kini pakai celana hitam dengan kemeja batik biru tua.
Yang membuat Gentala mendesah panjang dan geleng kepala saat melihat Sashi keluar dari rumah dan menghampirinya di dalam mobil adalah kedua tangan perempuan itu yang penuh dengan barang yang dibawanya. Tangan kanan memegang kotak Tupperware berisi buah strawberry segar, sedangkan tangan kiri memegang sepatu hak tinggi yang akan dia kenakan jika sudah sampai di tempat acara. Belum lagi rol rambut yang masih menggulung di rambut bagian depannya.
Sashi paling anti pakai hak tinggi. Sudah sering wara-wiri ke pesta pernikahan orang, entah karena dia yang memang diundang atau memang menemani temannya seperti yang dia lakukan hari ini, Sashi lebih sering terlihat pakai flat shoes daripada heels, bahkan dia pernah pakai sepatu Converse andalannya. Sayangnya semalam Gentala mengomel ketika Sashi mengatakan akan pakai sneakers. Jadi, karena kebetulan ada sepatu hak tinggi yang dia baru dia beli minggu lalu karena diskon setengah harga dan kelihatannya bagus, jadi dia memilih menggunakan itu.
Dan karena sepatu hak tingginya akan dipakai kalau sudah sampai, maka Sashi keluar dengan sandal bulunya yang bagian depannya berbentuk kepala kelinci, lengkap dengan telinga panjang yang mencuat dengan lucu.
"Tumben pakai heels," komentar Gentala ketika mereka sudah sampai di gedung hotel tempat pesta pernikahan itu diadakan dan melihat Sashi tengah mengganti alas kakinya.
"Nggak usah bacot, semalem lo ngomel pas gue pengin pakai sneakers. Padahal apa salahnya sih pakai sneakers ke kondangan? Jaman udah berkembang, pakai sneakers ke kondangan sekarang udah jadi tren."
Gentala bicara satu kalimat pendek, maka Sashi akan membalasnya dengan satu paragraf panjang yang berakhir membuat Gentala membuang napas.
"Katanya lo mau kelihatan girly, itu salah satu caranya. Jangan pakai sneakers ke kondangan."
Sashi memutar bola matanya. Dia mengarahkan spion depan ke wajahnya tataan lipstiknya sesudah makan strawberry selama di perjalanan tadi. "Seharusnya tadi gue pakai piyama aja kali, ya."
"Lo bika kan jalan pakai heels gitu?"
Sashi langsung menatap tajam Gentala, dan Gentala langsung cengengesan.
"Biasa aja dong, Shi. Gue kan sebagai temen yang baik nggak pengin lo jatuh pas lagi jalan."
Sashi mengibaskan rambutnya. "Jatuh cinta sama cara jalan gue pas pakai heels, baru tahu rasa lo. Gini-gini, gue nggak kalah keren dari Val yang suka jalan di catwalk."
Gentala memilih tak menghiraukan, dia langsung keluar dari mobil, meninggalkan Sashi yang sibuk dengan lipstiknya yang ternyata perlu dipoles ulang.
Sashi menyusul kemudian setelah merapikan dengan tergesa rambutnya yang dirol tadi, dia berdecak sebal. "By the way ...," ujarnya setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan Gentala, menggamit lengan itu, "Nestia udah dateng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
Random[SELESAI] Ruang Kosong mungkin hanya sekadar tempat mereka berenam biasa berkumpul. Tempat Lingga lebih sering tidur malam daripada di rumahnya sendiri. Tempat Sashi menghabiskan waktu untuk menulis ribuan kata untuk novelnya. Tempat Ibram beristira...