"Ahhh, Shi ...," desah Lingga. "Enak banget, Shi."
"Iya, iya, di situ. Di situ enak banget."
"Ahhh ...."
"Hmmmm ...."
"Terus, Shi. Enak banget."
"Woy!?" Lalu Hasta melemparkan sebutir anggur ke wajah Lingga yang matanya terpejam, tengah menikmati pijatan Sashi di bahunya.
Lingga membuka matanya, menatap sebal. "Kenapa sih lu?"
"Ya, lo biasa aja. Nggak usah pake acara mendesah gitu." Hasta sewot.
Lingga mendongak penuh, menatap Sashi yang duduk di belakangnya, di sofa dengan Lingga yang duduk di karpet lantai, menempatkannya di antara kedua kaki Sashi yang terbuka selama dia menerima pijatan enak di bahunya.
Sashi membalas dengan tatapan tak peduli. Dia malah memindahkan tangannya ke rambut Lingga yang lembab—cowok itu benar-benar menumpang mandi di apartemen Valerie—lalu menarik-tarik beberapa helai rambut tersebut dengan lembut—tarikan memijat, membuat Lingga tersenyum senang, sebelum akhirnya kembali menutup kedua matanya dan menyandakan penuh kepalanya ke paha Sashi.
"Gimana gue nggak keenakan kalau diginiin?" ucap Lingga, membalas ucapan Hasya sebelumnya. Sashi memang tahu betul bagaimana caranya membuat Lingga diam dan tenang.
"Jadi, gimana lo sama Kevin-Kevin itu?" tanya Lingga tiba-tiba, membuat tangan Sashi berhenti bergerak. "Kemarin katanya lo mau cerita, sekarang ..., ayo cerita. Mumpung lagi pada kumpul." Agaknya perkumpulan malam ini hanya judulnya saja membantu Valerie pindah apartemen, kenyataannya, mereka berenam—bertujuh jika Riang yang berada di pantri, tengah menonton video acak di ponselnya, juga dihitung—malah berkumpul di ruang tengah dengan meja yang penuh dengan makanan ringan yang sebelumnya dibeli oleh Riang dan Ibram di minimarket depan. Mereka pergi bersama, omong-omong.
Pertanyaan Lingga sontak membuat sorot pandang mereka semua menatap langsung ke Sashi yang jadi satu-satunya orang di ruang tengah yang duduk di sofa.
"Siapa namanya?" tanya Hasta. "Kevin?"
"Iya," Lingga yang menjawab.
"Kevin yang atlet badminton itu!?" seru Hasta, sedikit lebay. "Nyokap lo ngejodohin sama atlet? Nyokap lo terobsesi sama atlet kah?"
Kali ini Hasta yang mendapat lemparan buah anggur meski bukan dari Lingga, melainkan dari Gentala, membuat Hasta mendengus sebal sebelum mengambil buah anggur yang jatuh di pangkuannya dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Lo serius jurnalis?" tanya Gentala. "Lo ngga tahu kalau Kevin yang lo maksud itu udah tunangan sama pacarnya?"
Hasta menggaruk rambutnya, berpikir. "Emang iya? Gue nggak inget."
"Hadeehh ...," Gentala memutar bola matanya. "Gue yang nggak pernah mau tahu soal begituan aja tahu."
"Ya udah, sekarang gimana lo sama Kevin-yang-bukan-atlet-badminton?" tanya Ibram seraya menatap Sashi.
"Namanya beneran Kevin?" Pertanyaan itu datang dari Valerie. "Bukannya Kelvin? Lo bilang minggu lalu namanya Kelvin? Apa gue salah?" Dia menggaruk kepalanya.
Sashi juga kelihatan bingung. "Gue juga lupa sama namanya." Dia nyengir saat Lingga kembali mendongak untuk menatapnya. "Kevin atau Kelvin, ya?"
"Gimana sih, Shi? Masa sama calon suami sendiri nggak tahu namanya," sindir Ibram dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat menyebalkan.
"Mas!" seru Sashi sebal. "Apa, sih!? Gue nggak mau nikah sama dia, ya."
"Emang dia kenapa?" tanya Valerie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
Random[SELESAI] Ruang Kosong mungkin hanya sekadar tempat mereka berenam biasa berkumpul. Tempat Lingga lebih sering tidur malam daripada di rumahnya sendiri. Tempat Sashi menghabiskan waktu untuk menulis ribuan kata untuk novelnya. Tempat Ibram beristira...