Jika sebelumnya Riang mengeluhkan Valerie yang menghela napas terlalu banyak, kali ini dia sendiri yang begitu, menghela napas terlalu banyak. Yang dibayangkannya setelah menyelesaikan pekerjaannya yang selama seminggu penuh berada di kota dan negara orang adalah menghabiskan waktu tiga hari liburnya untuk tidur sepuasnya dan istirahat dengan bebas. Tapi baru juga mengantar Valerie ke apartemennya, dia harus kembali ke kantor karena tasnya sendiri tertinggal di sana. Belum lagi ternyata Valerie turun dari mobil tidak membawa serta dua koper besarnya sehingga Riang yang mau tidak mau harus mengantarkan itu ke atas.
Valerie bukan pemalas, bukan karena dia seorang artis besar, lantas dia memperlakukan asisten pribadinya seenaknya. Tidak. Riang tahu betul Valerie bukan orang yang seperti itu. Riang mengerti bahwa Valerie akan berubah jadi orang yang seolah lupa segalanya jika sedang lelah, dia akan lebih banyak melamun, bengong, dan tentu saja menghela napas terlalu banyak. Riang hanya kesal kenapa Bobi tidak ikut mengantarkan Valerie sampai apartemennya dengan alasan ada yang harus diurus di kantor mengenai acara perayaan debut anniversary Valerie yang kalau Valerie sendiri mengatakan bahwa itu hal yang tidak penting.
Dengan keadaan lelah dan sedikit kesulitan, Riang mendorong dua koper besar itu keluar dari dalam lift di lantai tujuh. Dia tidak akan terlalu banyak berbasa-basi setelah mengantarkan koper tersebut karena ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur kalau saja tidak melihat kelima teman Valerie berdiri di depan pintu unit apartemen dengan raut yang entah mengapa membuat Riang gugup.
Mereka berlima sontak menoleh ke arah yang sama secara berbarengan begitu mendengar suara pintu lift terbuka. Gentala yang maju lebih dulu mendapati yang keluar dari sana hanya Riang dengan dua koper besarnya.
"Val mana?" tanya lelaki itu dengan suara yang tidak mengenakan.
Bola mata Riang bergetar. Dia melirik keempat orang lainnya di belakang tubuh Gentala, khususnya pada seorang lelaki yang kelihatan tidak terlalu peduli dengan kedatangannya karena sibuk menelepon entah siapa dengan cukup serius.
Suasana di lantai tujuh, cukup serius.
"Riang!?" suara Gentala agak meninggikan sedikit, "Valerie mana!? Gue tanya sama lo."
"Ta, nggak usah bentak-bentak bisa, kan?" Sashi ikut maju setelah memberikan kotak berukuran cukup besar berisi kue pada Hasta, menenangkan Gentala.
Gentala mengerang. "Shi, kita di sini udah hampir setengah jam, tapi Val nggak muncul padahal sebelumnya dia bilang kalau lima menit lagi dia sampai ke apartemen."
"Iya, gue tahu. Tapi kita udah sepakat buat tenang, kan? Jangan bikin keributan. Bukan cuma Val yang tinggal di sini."
"Val mana, Yang?" kali ini Lingga yang bertanya, cowok itu kelihatan baru pulang dari bengkel dan akan menumpang mandi di apartemen Valerie, kelihatan agak dekil tapi tetap oke. "Nomornya nggak aktif. Terakhir ngabarin waktu lima menit lagi dia nyampe ke apartemen katanya, tapi kami berlima di sini udah hampir setengah jam. Udah berkali-kali pencet bel, tapi nggak ada respons, dan kayak yang gue bilang, ditelepon nggak aktif. Rencananya sepuluh menit lagi kami bakal ngehubungin pihak keamanan apartemen."
Riang benar-benar gemetar ketakutan.
"Barangkali lo tahu password apartemennya," Hasta menambahkan, lelaki itu sama seperti Ibram di sana penampilannya, masih rapi dengan setelah kemeja dan celana panjangnya. Mereka semua kelihatan baru pulang dari tempat kerjanya masing-masing—kecuali Sashi yang pulang dari kampus—dan secara sengaja mampir ke apartemen Valerie untuk menyambut kedatangan yang sebenarnya sudah biasa dilakukan Valerie yang bisa berminggu-minggu berada di kota atau negara orang, bedanya ada yang perlu mereka rayakan hari ini.
Riang melangkah maju. Dia masih khawatir sekaligus bingung. Pikirannya sudah menjalar ke mana-mana, salah satunya adalah terjadinya hal buruk di dalam unit apartemen setelah melihat Valerie yang kelihatan begitu lelah dan muak sejak kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
Random[SELESAI] Ruang Kosong mungkin hanya sekadar tempat mereka berenam biasa berkumpul. Tempat Lingga lebih sering tidur malam daripada di rumahnya sendiri. Tempat Sashi menghabiskan waktu untuk menulis ribuan kata untuk novelnya. Tempat Ibram beristira...