[POSTLUDE 5] - Ibram Savero

303 23 0
                                    

Postlude 5: Menunggu

Gue nggak tahu harus menyikapi bagaimana keadaan ini. Apakah gue harus senang? Atau bagaimana?

Nggak paham juga.

Sudah gue bilang, kan? Meski gue dikelilingi banyak perempuan selama hidup, menerjemahkan bahasa perempuan akan jadi yang paling sulit yang pernah gue lakukan. Satu kali tarikan sudut bibirnya saja sudah berarti banyak hal. Jadi, terkadang gue lebih memilih diam daripada salah kata.

Cuma masalahnya ..., diam pun kadang salah.

Dan mungkin saat ini diam saja akan membuat masalah. Jadi, gue memutuskan untuk bersuara.

"Aku bisa beliin kamu bunga kalau kamu emang mau."

Perempuan di sebelah gue menoleh, meninggalkan fokusnya pada jendela mobil yang sejak tadi dia pandang sampai tak mengatakan apa pun selama kami berada di dalam mobil. Dan gue menebaknya, ini mungkin karena Riang gagal mendapatkan bunga yang ditempat Hasta dan Dhea beberapa jam lalu. Meski sebenarnya, dia berhasil mendapatkan bunga tersebut kalau saja menangkapnya tak berbarengan dengan Sashi yang sama-sama menginginkan buket bunga tersebut. Akhirnya cewek gue memilih mengalah dan membiarkan Sashi memilikinya, walau gue tahu wajahnya itu tak bisa bohong kalau dia tak ingin begitu.

Riang tak membalas, dia hanya mendengus sebelum memilih kembali menatap jendela.

"Ay ...." Gue mengulurkan tangan, berusaha untuk meraih tangannya dan menggenggamnya. Dia tak menepis, membuat gue sedikit bisa bernapas lega.

"Besok aku beliin bunga deh. Mau bunga apa?" tanya gue.

"Apa sih? Kenapa bahas bunga terus?"

"Kamu ngambek karena nggak dapet bunganya, kan?"

"Siapa juga? Aku nggak kekanakan."

Gue terkekeh. "Coba nengok sini dulu dong kalau gitu."

Dia menuruti dengan malas.

"Senyum."

Perempuan itu memaksakan tersenyum, membuat gue gelas untuk mencubit pipinya.

"Nah, gitu dong. Kan cantik."

Dia menepis tangan gue, tertawa malu. "Mas Ibam apaan sih?"

"Masa cuma gara-gara bunga ngambek, sih? Aku bisa beliin kamu bunga, tinggal ngomong aja."

"Siapa yang ngambek sih, Mas? Udah dibilangin juga. Aku nggak ngambek."

"Jangan cemberut gitu makanya."

Lalu dia kembali memaksakan diri untuk tersenyum lebar, membuat gue tertawa, dia juga ikut tertawa karena hal itu.

Tiga tahun lebih gue berpacaran dengan Riang lewat situasi yang sama sekali nggak terduga, gue harus percaya diri bahwa setidaknya gue paham perasaan-perasaan apa saja yang sedang perempuan itu rasakan. Meski dia tak pernah menunjukkannya secara terang-terangan, gue bisa merabanya. Entah ketika dia sedang sedih, sedang marah, sedang kesal, sedang senang, sedang stres, sedang capek sampai nggak mau diganggu. Gue bisa merasakannya.

Dan yang kali ini pun gue mengerti.

Gue bisa saja bilang kalau itu hanya sekadar buket bunga biasa, dan gue bisa membelikannya untuk dia sekarang juga kalau ketemu toko bunga yang masih buka. Sayangnya, gue paham kalau buket bunga pengantin punya arti yang lebih dari sekadar. Konon katanya, punya makna, siapa pun yang mendapat lemparan buket bunga tersebut diharapkan bisa segera menyusul sang pengantin untuk menikah.

Gue tahu sekarang Riang sedang merasakan apa.

Mungkin bukan hanya sekarang, tapi akhir-akhir ini dia banyak sekali memberi kode tak langsung bahwa dia ingin kami serius pada hubungan yang sudah kami jalani tiga tahun lebih ini.

Gue nggak sebodoh itu untuk tak paham. Tapi gue berharap menjadi pintar untuk pura-pura tak mengerti. Karena selain usia yang sudah semakin bertambah, masih cukup banyak hal lain yang membuat gue memilih tak paham pada setiap kode yang Riang lemparkan.

Gue bukan nggak punya pikiran untuk sampai sana—nyaris setiap malam pun gue selalu kepikiran. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, dan gue juga khawatir kalau Riang pada akhirnya memilih menyerah untuk menunggu gue, untuk bermain-main dengan kode dan kebodohan gue. Namun masalahnya, untuk gue ... nggak pernah semudah itu.

Gue bahkan bertanya-tanya, bagaimana Hasta pada akhirnya memantapkan diri untuk menikahi Dhea. Atau bagaimana pada akhirnya Lingga sadar bahwa Sashi merupakan perempuan yang selama ini dia cari?

berlanjut ke Karyakarsa ....

-

udah bisa langsung kalian baca di karyakarsa aku yaaa...

09/12/23

Ruang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang