[EPISODE 26] - Broken Melodies

1.1K 201 17
                                    

Semua orang pasti setuju kalau salah satu hal yang paling menyebalkan di dunia pekerjaan adalah rapat di Senin pagi.

Sebab Hasta juga begitu.

Baru sampai kantor, dia bersama beberapa rekan kerja lainnya langsung melipir masuk ke dalam ruang rapat setelah Maria—sang manager divisi memberi isyarat singkat. Benar-benar singkat—hanya lirikan mata. Mereka semua dengan embusan napas berat sudah tahu harus ke mana setelah apa yang dilalui kemarin.

Bagi orang yang bekerja di media informasi seperti Hasta, sebuah kejadian besar yang sedang berlangsung bisa jadi sebuah berkah atau sebuah ancaman. Jika tak ada kejadian apa pun yang bisa mengguncang publik dengan sebuah berita, Hasta bisa pusing sampai sakit kepala memikirkan apa yang harus dia ketik untuk tetap menerbitkan sebuah artikel. Tapi jika suatu kejadian besar sedang berlangsung, dia bisa jadi tidak bisa tidur karena harus terus terjaga demi bisa terus mengabarkan berita terbaru.

Keduanya tetap pada satu hal yang sama, sebuah tuntutan.

Jika biasanya Hasta tak masalah menunggu berjam-jam sidang putusan pejabat yang terkena kasus penggelapan demi bisa menerbitkan berita lebih cepat dari portal media lain, maka kini ada terlalu banyak beban yang Hasta tanggung hanya dengan berita Alex Christo yang terbit kemarin.

Tiga jam lalu, di ruangan khusus itu Hasta duduk bersama beberapa rekan kerja lainnya, menonton video wawancara Alex Christo di depan kantor polisi setelah melaporkan seseorang yang memukulinya.

Tak ada yang aneh dengan video tersebut. Publik yang menonton hampir semuanya berkomentar bahwa Alex Christo terlalu baik pada orang yang membuat wajah tampannya rusak karena tak mau menyebutkan nama orang tersebut, dan mengatakan agar publik saja yang menebak.

Hasta mungkin jadi satu-satunya orang yang tak terlalu mempedulikan hal itu. Setelah menerbitkan satu artikel tentang kabar utama Alex Christo yang dihajar oleh seseorang, Hasta tak pernah mencoba untuk menebak siapa kiranya orang gila yang berani membuat masalah dengan sosok Alex Christo, padahal beberapa rekan kerjanya dari portal berita lain yang juga datang ke kepolisian sibuk berdiskusi, bergosip untuk membuat artikel sampah yang berakhir menggiring opini publik.

"Menurut lo siapa, Ta?" tanya Chico, seorang jurnalis dari Detik Go yang memang cukup akrab dengan Hasta karena mereka satu kampus dulu.

Hasta menggaruk rambutnya, membuatnya semakin terlihat persis seperti sarang burung, bahkan lebih buruk. Lagi-lagi mungkin hanya dia yang datang ke kepolisian setelah mendapat telepon dari atasan tanpa mandi dan bersiap, bahkan untuk sekadar sikat gigi atau membasuh wajah pun tak sempat. Hasta hanya perlu berterima kasih pada semesta karena selamat sampai tujuan dengan kondisi setengah sadar setelah malamnya mabuk parah. Dia hanya tak bisa menahan mualnya setelah itu, membuatnya begitu turun dari motor langsung muntah.

Chico bergidik jijik melihat Hasta mencium jari-jemarinya setelah menggaruk rambutnya tadi. Mereka teman, cukup dekat saat kuliah dulu, meski begitu kini tak bisa dipungkiri bahwa Detik Go dan EnNews adalah rival di dunianya.

"Managernya kali, ya," Chico berbicara lagi. "Dia kan tadi nggak dateng sama managernya tuh, cuma sama pengacaranya. Kalau menurut gue sih, managernya. Tahu, kan? Tahun lalu dia ada masalah juga sama managernya yang lama. Kemungkinan kasusnya sama, cuma managernya yang sekarang berani ngelawan. Cuma, ya … kok berani sih ngelawan Alex Christo?"

Hasta masih bergeming di tempatnya, dia mendengarkan apa yang Chico ucapkan sambil terus mengulang video wawancara Alex dari hasil rekan kerjanya yang lain, namun Hasta benar-benar tidak peduli siapa pelaku penghajaran Alex Christo, sebab entah kenapa sejak ketahuan berkencan dengan Valerie, dia begitu tak suka. Apalagi di beberapa kesempatan wawancaranya dengan media untuk berita di dunia modeling-nya cukup tidak mengenakan.

Ruang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang