⚠️WARNING⚠️
Dilarang memplagiat ya gan
Cerita ini berkisah tentang seputar kehidupan sehari-hari Dimas dan Ega serta kawan-kawan yang baru memasuki dunia SMA. Perjuangan Ega yang menderita cinta bertepuk sebelah tangan dan Dimas yang menghadapi pen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMEDAY
07
PINGSAN LISTRIK
Ega menyodorkan bingkisan ke Dimas yang sedang menonton anime di tv, ia berkata, "lu mau apa nggak nih, tadi abis bantu pindahan di rumahnya bu bidan gua dikasih ini. Yakali gua makan biskuit ibu hamil."
Dimas segera menyambarnya dan matanya berbinar saat menerima bingkisan itu.
"Sini buat gue aja," katanya.
"Lu nggak takut hamil?"
"Kalo otak bisa dijual, kayaknya otak lo laku mahal deh," ucapnya.
"Emang kenapa, karena gua pinter ya?"
"Bukan, ibarat mesin masih bagus soalnya jarang dipake," katanya lalu memakan biskuitnya.
"Iya deh iya si paling pinter," katanya sembari memutar bola matanya, "gua mandi dulu ah, lengket banget nih badan."
"Mandi tinggal mandi, pake laporan segala."
"Gua ngomong sendiri nyed, sinis amat."
Ega melepas pakaiannya dan menyalakan sower, saat tengah keramas lalu buru-buru akan membilasnya tiba-tiba lampu padam.
"Arrrrrgggghh! Dimas Tolongin gua! Dimas!"
Dimas yang sedang menyalakan lilin terkejut dan segera lari ke kamar mandi.
"Kenapa?"
"Tolongin gua anjir!"
"Ya lo buka dulu kuncinya!" Dimas ikut teriak.
"Gua nggak bisa liat! Dimas gua nggak kuat arrgh!"
"Lo nggak usah teriak-teriak dong anjrit, gua jadi ikut panik nih!" Dimas menabrakkan lengannya beberapa kali ke pintu dan berhasil membukanya.
Ega langsung loncat memeluk Dimas dalam keadaan masih telanjang bulat dan nyerocos nggak karuan, "anjing! Gua baru aja mau ditelan hantu! Anjrit sialan! Mata gua perih banget bangke!"
"Mana ada begituan anjir!" katanya sembari mendorong Ega menjauh.
"Gua nggak boong sumpah! Kok gua nggak bisa liat Dim! Jangan-jangan gua dikutuk jadi buta!?" teriaknya histeris.
Dimas menggunakan lengan baju panjangnya untuk mengusap mata Ega yang berbusa sampo, dia berkata, "lebay nyet, udah."
"Masih njir," ucapnya lalu menarik baju Dimas untuk mengelap wajahnya.
"Bangke, yang bener aja lah," ucapnya melihat bajunya menjadi basah.
"Syukurlah gua nggak jadi buta," katanya.
"Nih bawa lilin, lanjut mandi sono!" Dimas mendorong lengan Ega yang masih berlumuran sabun.
"Temenin dong."
"Ogah anjing!"
Setelah itu Ega memberanikan diri melanjutkan mandi ditemani sebatang lilin. Setelah selesai lebih cepat dari biasanya ia memakai pakaian dan segera bergabung dengan Dimas di ruang tamu.
"Lu kenapa njir?" tanya Ega dengan was-was melihat Dimas berdiam diri di depan lilin.
"Duduk depan gue," katanya sembari memejamkan mata.
"Lu mau ngapain?"
"Ngepet."
"Heh! Nggak usah ngadi-ngadi lu!"
"Becanda nyet."
"Lu jangan ember soal gua tadi, ya," kata Ega sembari melotot.
Dimas menatap Ega lalu menyeringai, dia berkata, "gue manusia kali bukan ember."
"Jangan gitu lah bro, cukup tuhan dan lu aja yang tau, jangan sampe ke yang lain."
"Why?"
"Came on bro, gua malu, ahh lu tau nggak gua benci situasi kaya gini," ucapnya sembari mengusap wajah kasar.
"Tch, cowok kok penakut," kata Dimas sembari menyeringai.
Dimas menghela napas lalu ia berkata, "apa salahnya jadi cowok penakut? Cowok juga manusia, wajar punya rasa takut, cowok nggak selamanya kuat adakalanya punya sisi lemah. Kenapa mesti malu."
"Kesambet apa lu ngomong panjang lebar gini, bukan lu banget sumpah," ucapnya sembari terkekeh geli, "tapi gua minta lu janji sama gua rahasiain ini oke."
Dimas menautkan jari kelingkingnya lalu berkata, "oke terserah lo, gue nggak mau ribet."
"Kok tiba-tiba mati lampu begini, lu nggak lupa isi token listrik kan?"
"Tadi siang ada pengumuman pemadaman, lagian bukan mati lampu tapi mati listrik."
"Eh, tapi kenapa nggak pingsan listrik aja, kan nanti listriknya hidup lagi," kata Ega sembari menggaruk kepalanya.
"Terserah lo."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.