⚠️WARNING⚠️
Dilarang memplagiat ya gan
Cerita ini berkisah tentang seputar kehidupan sehari-hari Dimas dan Ega serta kawan-kawan yang baru memasuki dunia SMA. Perjuangan Ega yang menderita cinta bertepuk sebelah tangan dan Dimas yang menghadapi pen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMEDAY
14
MAHAKARYA
Di kelas X IPS II sedang heboh dengan tugas prakarya membuat kerajinan tangan. Awalnya mereka cuek bebek dengan tugas yang pak kumis berikan, namun beliau memberikan benefit sebagai hadiah untuk prakarya yang terpilih.
"Tugasnya dikumpulkan minggu depan, hoaam~" ucap pak guru sembari menguap lalu keluar kelas.
Demi mendapatkan benefit itu siswa siswi kelas IPS II yang notabennya doyan gratisan, langsung berlomba-lomba merancang kerajinan tangan yang paling spektakuler, nomor 3 paling mencengangkan!
Seperti yang sudah-sudah Dimas berkelompok dengan Ega. Dimas melirik cetak biru yang sedang Ega coret-coret.
"Gua bakal bikin mahakarya luar biasa dengan rancangan hebat gua, keren banget gilak. Gimana menurut lu Dim?" oceh Ega sembari menunjukan hasil kerja kerasnya.
"Mirip punya lo," kata Dimas tak tertarik.
"Mananya njir, lu jangan ambigu dah, ntar ada yang salah paham nyuk!" ucapnya sembari meletakkan jarinya di mulut Dimas.
"Lo mau jari lo tinggal empat," desis Dimas galak.
Ega segera menarik jarinya dan menyembunyikannya di belakang punggung, ia menatap ngeri pada Dimas mode singa on.
Di meja lain terdapat kelompok Arda dan Ilham yang anteng, tak seperti kelompok lain.
Arda yang duduk di sebelah Ilham menyikut lengannya pelan, Ilham menengok dan bertanya, "apaan?"
"Bro, pinjem duit," katanya.
"Ngotak dong!" katanya sembari nyolot, "gue aja nganggur."
"...." Arda menatap kasihan teman seperjuangannya itu.
"Nggak usah ngeliatin gue kek orang susah deh," kata Ilham sembari menyangga dagunya.
Arda menepuk bahu Ilham sambil tersenyum lalu berkata, "kita kan emang orang susah."
"Hadeh, cari donasi kemana nih buat bikin prakarya?" Ilham menghela napas sembari menyenderkan kepalanya ke bangku.
"Nggak perlu nyari donasi, gue ada ide," ucap Arda nyengir lebar.
Ilham menyipitkan matanya dan menaikkan dagu, cara praktis menanggapi tanpa harus capek mengeluarkan suara.
"Ntar pulang sekolah lo kerumah gue, dirumah udah ada onderdil yang siap buat dijadiin mahakarya anti pasaran club dan tentunya bakal spektakuler!" katanya menggebu-gebu.
"Wokeh!"
¤¤¤
Seminggu kemudian, pak guru masuk ke kelas sembari menjelajahi lubang sempit dengan jarinya.