⚠️WARNING⚠️
Dilarang memplagiat ya gan
Cerita ini berkisah tentang seputar kehidupan sehari-hari Dimas dan Ega serta kawan-kawan yang baru memasuki dunia SMA. Perjuangan Ega yang menderita cinta bertepuk sebelah tangan dan Dimas yang menghadapi pen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMEDAY
16
OMONGAN TETANGGA
Suatu hari, Dimas dipaksa ikut menemani Ega pulang ke rumah orang tuanya untuk mengambil pakaian tambahan. Sementara menunggu Ega, Dimas bercengkrama dengan kakak perempuan Ega di teras.
Tiba-tiba datanglah dua ibu-ibu komplek yang sedang berbelanja cabai di kang sayur, mereka berbisik-bisik dengan suara yang keras.
"Siapa tuh laki? Calonnya si neng Eli kah?" tanya bu gelung sembari meliriki Eli dan Dimas.
"Nggak tau, iya kali. Tapi kok laki nya kaya masih anak SMA ya jeng."
"Eh, iya yah, dua puluh tiga tahun melajang, sekalinya dapet jodoh brondong, atuh."
Eli berdiri dari kursinya lalu berkata, "heh ibu ibu, ngapain belanja cabe, kan mulutnya udah pedes."
Ibu ibu tadi salah tingkah lalu pergi ke rumah masing-masing.
"Lah, nyampah doang," kata kang sayur sembari mendorong gerobaknya.
Kak Eli kembali duduk di kursinya sembari menaikan satu kakinya, dia berkata, "jangan dengerin omongan tetangga, nggak guna."
Dimas hanya menatap kak Eli tak berkedip.
Kak Eli tertawa, kemudian ia berkata sembari makan kacang atom, "dulu waktu gua kuliah sering di rendahin sama tetangga. Dikatain pemales lah, nggak bisa apa-apa lah, bla bla bla, dan tiga tahun kemudian gua buktiin, kalo omongan dia emang bener."
Sebelah alisnya terangkat, tawa pun lolos dari mulut Dimas.
"Ketawa lagi nih bocah," ucapnya.
Ega keluar membawa ransel yang penuh sesak dengan barang bawaannya.
"Kuy, berangkat," ucapnya sembari menyampirkan tas ke pundak.
"Nggak ada nggak ada! Dimas mau disini aja sama gua," ucap kak Eli menahan tangan Dimas.
Ega menarik kerah Dimas lalu berkata, "apaan sih lu, Dim buruan!"
Mereka pun terlibat tarik menarik dengan Dimas sebagai objeknya. Tiba-tiba sendok sayur melayang di kedua kepala kakak beradik itu.
"Bocah semprul! Itu anak orang ngapa ditarik-tarik!" sergah emak sembari memukuli kedua anaknya itu.
"Ampun mak! Kita salah ampun!"
Dimas menunduk dengan senyum tipis dibibirnya, begitu tipis sehingga tak jelas itu sebuah senyuman atau seruan yang tertahan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.