SOMEDAY 36

6 7 0
                                    

SOMEDAY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SOMEDAY

36

(Extra part end)

PERANG DINGIN

     Dimas segera mendapatkan perawatan serius di rumah sakit. Ega duduk melamun di kursi tunggu UGD, ia merasa sangat menyesal membuat perkelahian kecil menjadi sebuah tragedi serius seperti ini.

Dokter keluar dari ruangan ia bertanya sembari melepas masker, "keluarga Dimas?"

Ega tersadar dan segera menghampiri dokter, ia bertanya dengan panik, "g-gimana kondisinya, Dok?"

"Mari kita bicarakan di ruangan saya," ucap dokter berkacamata itu sembari menepuk bahu Ega.

Ega semakin gelisah, jantungnya berdebar kencang menunggu dokter menyampaikan kondisi Dimas.

"Jadi begini, Dimas mengalami gangguan pada jantung dan paru-parunya, untungnya dia tidak terlambat mendapat penanganan khusus, jadi kamu jangan khawatir, untuk saat ini Dimas sudah melewati masa kritisnya," ucap dokter sembari menurunkan kacamatanya.

¤¤¤

     Ega belum bisa bernapas lega, ia tak bisa. Ia duduk di kursi tunggu ruang rawat inap setelah Dimas dipindahkan kesana. Tiba-tiba seorang perempuan datang menghampirinya.

"Luka di wajah kamu juga harus diobati," ucapnya sembari duduk di sampingnya.

Ega terkejut mendapati Aisha disebelahnya, lalu ia  menggeleng dan berkata, "nggak usah, lecet dikit doang."

"Luka kecil kalo dibiarin bisa berakibat fatal loh," ucapnya sembari mengoleskan obat merah dengan kapas di luka Ega.

"Gue bilang nggak usah!" hardik Ega sembari menepis kasar tangan gadis cantik berkepang itu.

Namun Aisha tetap kukuh mengobati Ega. "Sama kaya hati, kalo udah tergores terus dibiarin aja lukanya akan jadi bernanah dan membusuk, susah buat disembuhin."

Kali ini Ega diam tanpa penolakan.

"Jangan bertengkar lagi, coba deh minta maaf. Minta maaf bukan berarti kalah, kamu lagi melangkah ke satu tahap dalam proses menjadi pribadi yang dewasa. Lupain soal gengsi, kalo nggak pengin kehilangan sesuatu yang berharga," sambungnya lalu memasang plester di wajah Ega.

Ega tak berkata apapun, ia tenggelam ke dalam pikirannya sendiri.

"Aku pergi dulu," ucap Aisha sembari menepuk bahunya.

Ega lalu masuk ke bangsal Dimas, ia berdiri di samping ranjangnya sembari menggigit bibir bawahnya lalu berbisik, "maafin gua Dim."

Tak ada balasan. Mata Dimas masih terpejam, dengan hidung yang tersumbat selang oksigen, wajahnya pucat pasi seperti tak dialiri darah.

SOMEDAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang