SOMEDAY 39

7 6 0
                                    

SOMEDAY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SOMEDAY

39

ULANGAN

     Hari ini ulangan kenaikan kelas sedang dilaksanakan serentak, kelas X IPS II sedang sibuk menyiapkan contekan, hanya beberapa murid saja yang tampak tenang.

Arda melongok buku yang dibaca Dimas dan berkata sembari geleng kepala, "ulangan bukannya baca buku pelajaran ini malah baca manga."

Ilham berkata, "lo lupa, dia kan udah dikaruniai kepintaran dari orok, nggak belajar aja dapet seratus gimana kalo belajar, Albert Einstein kalah saing cok."

"Waduh ngeri," ucap Echa sembari mengipasi dirinya.

Fiko merangkul bahu Dimas dan berbisik sembari menyelundupkan sebuah buku, "Dimas my pren, gue punya manga edisi terbatas, kalo mau lo ambil aja, dengan syarat lo kasih contekan ke gue, gimana? Deal?"

"Deal," ucap Dimas tanpa berpikir dua kali lalu menerima sogokan Fiko.

"Wahahaha! Maju lo ulangan!" ucap Fiko sembari tertawa menggelegar.

Tiba-tiba sebuah buku tebal mengenai wajahnya.

"Wadoww sakit cok!"

"Kamu mau saya blacklist?" tanya pak guru dengan malas.

"Eh, maap Pak. Ini karena saya bersemangat menantikan ulangan Pak," kilahnya.

"Duduk semua! Bapak akan bagi soalnya."

Mendadak pintu kelas terbuka dan menampakkan Ega dengan seragam, rambut, dan wajahnya yang basah.

"Maaf pak saya nggak telat, kan?"

"Kok basah kuyup begitu, emang diluar hujan?" tanya pak kumis sangsi.

"Nggak pak, saya abis lari maraton tadi," ucapnya sembari garuk kepala.

"Sana ke ruang kepala sekolah dulu, udah dicariin tuh," katanya sembari menutup pintu.

Dimas menatap Ega yang menghilang dari pintu kelas, tiba-tiba mejanya sudah dikerubungi teman-teman yang menyalin jawabannya yang sudah selesai, begitu pak guru kembali ke tempat duduknya, murid-murid sudah kembali ketempat semula.

"Makasih Ga berkat keterlambatan lo kita semua jadi bisa nyontek!" ucap anak-anak sekelas didalam hati.

"Tumben anteng," ucap pak guru.

"Kita udah selesai semua pak, boleh keluar kan," ucap Arda yang berdiri di ambang pintu.

Tanpa menunggu persetujuan pak guru semua siswa siswi keluar dari kelas, kecuali Dimas dan Alin.

"Lo nggak laporin ke guru?" tanya Dimas lirih tanpa mengalihkan pandangannya.

"Gue lagi males aja," ucap Alin sembari menatap keluar jendela.

"Bisa males juga lo ternyata."

Pak guru ternganga menatap lembar jawab murid-muridnya yang sama persis dengan milik Dimas.

"Sialan gue kecolongan," ucap pak guru dalam hati.

¤¤¤

     Arda dan Ilham pamer ke kelas sebelah yang masih mengkis-mengkis dihajar soal. Lalu Mawang dan Kia keluar kelas menghampiri Arda lalu menyeretnya ketitik buta pengawasan guru.

"Kalian udah selesai!?" tanya Mawang dengan sedikit membentak.

"Lo bisa liat sendiri lah," ucap Arda sembari menyombongkan diri.

"Kasih bocoran jawaban ke gue cepet!" gertak Mawang.

"We we selow men, kok berasa gue lagi dibuli sih."

"Buruan atau gue teror," ujar Mawang sembari melebarkan matanya.

"Njir mirip anabelle," ucap Arda ngeri, lalu ia mendorong Mawang ke tembok dan mengunci dengan lengannya, ia mendekatkan wajahnya lalu berbisik, "lagian percuma, gue udah lupa."

Mawang mendorong dada Arda lalu berkata dengan wajah memerah, "gila bau jengkol anjir, mau mati gue wlek!"

Mawang dan Kia pun berlari meninggalkan mereka.

"Tuh cewe mesti suka sama gue," ucap Arda sembari menggaruk tengkuknya.

"Yang kaya gitu lo bilang suka? Hadeh," ucap Ilham geleng-geleng kepala.

Ega kembali ke kelas dengan jiwa yang sudah meninggalkan raganya.

"Kenapa lo lemes amat?" tanya Dimas.

"Ah, gua ngerjain soal depan pak kepsek cok! Mampus dah gua!"

"Haha, mampus," ucap Dimas sembari tertawa kecil.

¤¤¤

     Setelah ulangan hari pertama usai, Dimas keluar kelas diikuti Ega yang tersenyum tipis, lalu merangkul bahu Dimas dan tertawa.

"Kenapa lo, sakit jiwanya kambuh?" tanya Dimas heran.

"Makasih udah jemput gue waktu itu," katanya seusai menyudahi tawanya.

Dimas tak menjawab, tiba-tiba Chiko datang dari kelas sebelah.

"Yo, gimana ulangannya?" tanya Chiko.

Ega menyembulkan kepalanya dan berkata, "yo bro, jangan tanya, gue setengah mampus ngerjainnya."

Chiko tertegun lalu tertawa, ia berkata, "kalo lo sih gue nggak tanya."

"Bancet lu."

Mereka bertiga berjalan bersama, bercerita, dan tertawa melupakan semua yang telah berlalu.

LMAO GAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LMAO GAN

SOMEDAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang