⚠️WARNING⚠️
Dilarang memplagiat ya gan
Cerita ini berkisah tentang seputar kehidupan sehari-hari Dimas dan Ega serta kawan-kawan yang baru memasuki dunia SMA. Perjuangan Ega yang menderita cinta bertepuk sebelah tangan dan Dimas yang menghadapi pen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMEDAY
39
ULANGAN
Hari ini ulangan kenaikan kelas sedang dilaksanakan serentak, kelas X IPS II sedang sibuk menyiapkan contekan, hanya beberapa murid saja yang tampak tenang.
Arda melongok buku yang dibaca Dimas dan berkata sembari geleng kepala, "ulangan bukannya baca buku pelajaran ini malah baca manga."
Ilham berkata, "lo lupa, dia kan udah dikaruniai kepintaran dari orok, nggak belajar aja dapet seratus gimana kalo belajar, Albert Einstein kalah saing cok."
Fiko merangkul bahu Dimas dan berbisik sembari menyelundupkan sebuah buku, "Dimas my pren, gue punya manga edisi terbatas, kalo mau lo ambil aja, dengan syarat lo kasih contekan ke gue, gimana? Deal?"
"Deal," ucap Dimas tanpa berpikir dua kali lalu menerima sogokan Fiko.
"Wahahaha! Maju lo ulangan!" ucap Fiko sembari tertawa menggelegar.
Tiba-tiba sebuah buku tebal mengenai wajahnya.
"Wadoww sakit cok!"
"Kamu mau saya blacklist?" tanya pak guru dengan malas.
"Eh, maap Pak. Ini karena saya bersemangat menantikan ulangan Pak," kilahnya.
"Duduk semua! Bapak akan bagi soalnya."
Mendadak pintu kelas terbuka dan menampakkan Ega dengan seragam, rambut, dan wajahnya yang basah.
"Sana ke ruang kepala sekolah dulu, udah dicariin tuh," katanya sembari menutup pintu.
Dimas menatap Ega yang menghilang dari pintu kelas, tiba-tiba mejanya sudah dikerubungi teman-teman yang menyalin jawabannya yang sudah selesai, begitu pak guru kembali ke tempat duduknya, murid-murid sudah kembali ketempat semula.
"Makasih Ga berkat keterlambatan lo kita semua jadi bisa nyontek!" ucap anak-anak sekelas didalam hati.
"Tumben anteng," ucap pak guru.
"Kita udah selesai semua pak, boleh keluar kan," ucap Arda yang berdiri di ambang pintu.
Tanpa menunggu persetujuan pak guru semua siswa siswi keluar dari kelas, kecuali Dimas dan Alin.
"Lo nggak laporin ke guru?" tanya Dimas lirih tanpa mengalihkan pandangannya.
"Gue lagi males aja," ucap Alin sembari menatap keluar jendela.
"Bisa males juga lo ternyata."
Pak guru ternganga menatap lembar jawab murid-muridnya yang sama persis dengan milik Dimas.
"Sialan gue kecolongan," ucap pak guru dalam hati.
¤¤¤
Arda dan Ilham pamer ke kelas sebelah yang masih mengkis-mengkis dihajar soal. Lalu Mawang dan Kia keluar kelas menghampiri Arda lalu menyeretnya ketitik buta pengawasan guru.
"Kalian udah selesai!?" tanya Mawang dengan sedikit membentak.
"Lo bisa liat sendiri lah," ucap Arda sembari menyombongkan diri.
"Kasih bocoran jawaban ke gue cepet!" gertak Mawang.
"We we selow men, kok berasa gue lagi dibuli sih."
"Buruan atau gue teror," ujar Mawang sembari melebarkan matanya.
"Njir mirip anabelle," ucap Arda ngeri, lalu ia mendorong Mawang ke tembok dan mengunci dengan lengannya, ia mendekatkan wajahnya lalu berbisik, "lagian percuma, gue udah lupa."
Mawang mendorong dada Arda lalu berkata dengan wajah memerah, "gila bau jengkol anjir, mau mati gue wlek!"