SOMEDAY 45

9 9 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SOMEDAY

45

PELEPASAN

     Sekolah swasta itu ramai oleh para wali murid yang akan melepas kelulusan anak-anaknya dan pengambilan raport putra putrinya yang sudah naik kelas, ada juga para calon murid baru yang ingin mendaftar di sekolah bergengsi itu.

Satpam membungkuk sekilas saat sebuah mobil Ferrari berwarna hitam melintasi gerbang sekolah. Pimpinan perusahaan besar SY Corp keluar dari dalam mobil sembari menggandeng istri cantiknya. Mereka menghampiri putranya dengan senyum mengembang.

Ega tersenyum lebar menatap emaknya yang terbalut kebaya berwarna coksu di tubuhnya yang ramping, dengan rambut tergelung konde, tampak sangat cantik dan menawan.

"Kenapa lu ngeliatin emak sampe nggak kedip gitu?" tanya emak sembari memukul pelan pipi Ega.

"Sekarang Ega paham, kenapa Bapak ngejar-ngejar Emak ampe segitunya," ucap Ega sembari menatap bapaknya sangsi.

Pria dengan tuksedo hitamnya itu tampak salah tingkah, begitu juga dengan emak.

"Jaelah pake salting segala, kek pengantin baru aja," ujar Ega sembari memutar bola matanya.

"Diem lu!" gertak emak dan bapak bersamaan, lalu melenggang pergi menuju pertemuan para orang tua murid.

Ega menghembuskan napas panjang, lalu berjalan sembari memasukkan tangannya ke saku celana. Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Ega, sendirian aja, mana Dimas?" tanya Lia yang berbusana kebaya putih dengan riasan wajah yang semakin membuatnya tampak cantik, sembari menyamakan langkahnya dengan Ega.

"Tuh, di rumah sakit," jawab Ega.

"Ah, iya maaf, aku lupa," katanya sembari mengutuk kebodohannya.

Tania meninju bahu Ega pelan lalu berkata, "lo yang tabah bro, kehilangan sahabat emang sakit."

"Gua nggak akan kehilangan sahabat, lagian dia pasti sembuh kok," ujar Ega tampak kesal lalu melenggang pergi.

"Gue salah ngomong ya? Padahal bukan gitu maksud gue," ucap Tania sembari menunduk.

Lia mengusap punggung Tania sembari berkata, "nggak papa, wajar aja dia lagi sensitif."

¤¤¤

     Oma meletakkan bunga terompet cina yang baru di vas kaca sembari membuang bunga yang sudah layu. Lalu pintu ruang rawat VVIP itu dibuka pelan menampakkan Ega dan Angel.

Oma tersenyum simpul tampak lebih banyak kerutan di wajah hangatnya yang kini semakin kehilangan cahayanya. "Oma tinggal ya."

Angel mengangguk singkat sembari menyentuh tangan wanita tua itu.

Ega meletakkan buku manga di atas meja dekat ranjang Dimas, sembari berkata, "ntar kalo lu bangun mesti yang dicariin buku komik, gua taroh disini biar bisa langsung lu baca."

Angel menarik bibir Dimas membentuk senyum hingga gigi taringnya tampak, lalu ia berkata, "seinget gue, lo nggak pernah senyum selebar ini, kan."

Angel tertawa pelan sembari berjalan keluar dari ruangan yang selalu hening tapi menyesakkan itu, lalu memeluk lututnya sembari terisak di depan pintu.

Ega berjongkok didepannya dan menarik Angel ke dalam dekapannya.

"Lu boleh nangis, tapi jangan sampe kehilangan harapan, suatu hari nanti dia pasti bangun," ungkap Ega dengan air menggenang dipelupuk matanya.

Untuk pertama kalinya Angel menangis tersendu-sendu di bahu seorang pria.

Setelah puas meluapkan emosinya, Angel dan Ega duduk di taman rumah sakit. Membiarkan angin menyapu rasa lelah diraga dan jiwanya.

Ega memecah keheningan sembari berujar, "laper nggak? Makan ketoprak yuk."

Angel berdiri dari duduknya, lalu berkata, "gue harus nemuin seseorang, lain kali aja."

Ega menatap Angel yang berjalan menjauhinya. Ia tertawa pelan sembari menunduk.

"Gua pikir kita udah sedeket nadi, ternyata lu masih sejauh matahari," gumamnya.

"Gua pikir kita udah sedeket nadi, ternyata lu masih sejauh matahari," gumamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LMAO GAN

SOMEDAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang