CHAPTER 4

5.2K 319 104
                                    

Mwehhhh makin cigtha deh jangan lupa iuran haluannya 😚😚😚

SELAMAT READ

***
biarkan rasa ini semakin
menggila,asal kau adalah alasannya’

***‘biarkan rasa ini semakinmenggila,asal kau adalah alasannya’

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




***

*Pelukan ilo

"Gak baik nyuekin orang cantik ples bening kayak kakak ilo!!"tegur zea sembari memakan es mochi yang tadi sempat dia beli.

Emil sebenarnya risih dengan perempuan ini tapi disisi hatinya yang lain dia menjadi hangat saat berada di dekat gadis cerewet yang keukeuh memanggilnya dengan sebutan ilo.

Akhirnya Emil mengalah sepertinya gadis ini memang berniat menjadi tempat curhatnya saat ini terbukti dia mengganggunya selama hampir dua jam.

"Gue di pukul ayah"gumam Emil membuat zea melotot,akhirnya acara menunggu nya tidak sia sia

"Hah?!"ujar zea dan menatap lekat wajah Emil.

"Ayah gue mukul gue, lagi."ucapnya dan beralih lirih,zea yang sudah mengerti pun membawa Emil kedalam pelukannya.

"Nangis aja udah keliatan kok dari mata kamu"ujar zea membuat Emil menumpahkan tangisnya di dalam pelukan perempuan asing yang cerewet tapi hangat,zea hanya mengelus punggung lebar milik Emil yang bergetar,

Lima belas menit berpelukan dengan zea membuat Emil tenang.

"Ma-makasih ya kak ze"ujar Emil yang masih sedikit canggung.

"Aduh urewell kasep"ujar zea tersenyum manis.

"Oh iya boleh kakak tanya ga?"Emil mengangguk.

"Kamu dapet kekerasan ya dari ayah kamu,eum kakak minta maaf buk-"

"Iya karena ayah pikir aku yang buat bunda meninggal,"Emil memotong ucapan zea yang sepertinya tak enak menanyakan hal itu.

"Bunda kamu meninggal kenapa?"ujar zea yang masih di landa kekepoan.

"Pendarahan waktu lahirin aku?"zea tersentak kaget jadi ayah Emil?

"Yaudah kamu anak kakak"ucap zea tanpa pikir panjang membuat Emil menatap kearahnya.

"Kenapa? salah? umur kakak udah dua puluh empat tahun atau dua puluh lima ya?"ucap zea melihat wajah keterkejutan Emil.

"Jangan aneh deh kak"ucap Emil karena tak mungkin dia menjadi anak dari perempuan yang berusia dua puluh dua tahun sedangkan umurnya enam belas tahun.

"Yaudah kamu panggil kakak aja deh"pasrah zea dan Emil pun mengangguk.

"Oh iya mau tukeran wa?"ujar zea menyodorkan hp tiga kameranya (Iphone),dan dengan hati Emil menulis nomornya..

AGASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang