CHAPTER 33

918 40 3
                                    

“bukan tanpa sengaja aku menyukaimu, tapi aku sengaja menaruh rasa lebih dari orang asing..”

—Caramel.


elgar duduk dengan kaki berayun menunggu sang kakak yang belum keluar dari ruang tik, padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

beberapa kali menatap kearah pintu tertutup itu berharap kakaknya akan segera keluar.

harusnya dia pulang lebih dulu bersama Sagara dan yang lainnya dia juga sudah diberitahu jika Emil mungkin akan lama.

tapi disinilah dia sekarang menunggu dengan sabar padahal seorang elgara tidak pernah sabar.

"kamu belum pulang?"elgar menoleh disana guru laki laki sedang berjalan kearahnya,dia kenal guru itu. Ali..

"belum lah pak, gak liat raga dan jiwa saya masih disini."balasnya, sudah terlalu biasa berinteraksi dengan guru BK itu.

"kebiasaan sekali padahal sudah saya usir tadi."elgar memutar bola mata malas.

"bapak ngusir saya tapi bapak gak ngusir kakak saya ya saya juga gak bakal gampang disingkirkan."teguhnya menepuk dada bangga.

"halah bocah kakak kamu pintar selalu juara satu olimpiade ngapain saya usir harusnya kamu seperti kakak kamu juga jadi kebanggaan!bukannya Aut autan bertingkah berandalan melulu kakaknya biasa masuk mading karena prestasi kamu biasa masuk mading karena jadi murid nakal,kalo saya gak tau kamu adiknya Emil saya bakal ngira kamu itu adiknya si Gilang."ceramah guru itu.

elgar semakin menulikan pendengaran, kenapa tiba tiba telinga jadi panas ya?

"loh anak kembar aja belum tentu suka sama orang yang sama."gumamnya menyindir.

"kamu dikasih tau selalu saja seperti itu!dan bla bla ...."tanpa tau jika pintu yang sedari tadi ditunggu oleh elgar sudah terbuka dan pemuda yang menatap interaksi mereka dengan mata dingin.

'nih guru kapan selesainya sih?!'batin elgar menghela napas.

"tidak semua anak harus sama, mereka menorehkan prestasi dibidangnya masing masing. Tidak ada yang bodoh dan tidak ada yang pintar semua anak sama hanya cara pikir mereka yang berbeda."ujar Emil membuat ocehan pak ali terhenti begitu juga elgar yang langsung menatap berbinar kearah sang kakak.

"pak adik saya punya keahliannya sendiri dan dia tidak perlu mengikuti saya, ayah ibu dan keluarga saya cukup bangga dengan dia yang sekarang."lanjutnya semakin membuat mulut pak Ali tertutup rapat.

Emil mengelus surai legam sang adik dan menepuknya lembut."maaf abang lama El udah lama?"ujarnya bertanya, tidak ada nada yang dingin dan tajam seperti tadi hanya ada kelembutan disetiap katanya.

menggeleng, elgar tersenyum menampilkan giginya yang tertata rapi."gak lama elga duduk santai aja terus pak Ali dateng jadi gak terasa lama."Emil mengangguk, berpamitan pergi kepala sang guru dan menarik adiknya untuk pulang.

"Abang capek? dari pagi disana terus pas waktu sarapan bibi Vira bilang abang berangkat pagi pagi pas Elga mau nyamperin diruang tik gak dikasih masuk sama si Ali baba."celotehnya sembari terus berjalan.

AGASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang