CHAPTER 31

524 34 7
                                    

“ini bukan kisah angin, api dan minyak tanah. jadi pergilah..”

—Jasmine

"PAPI!" seru elgar melihat keberadaan sang ayah.

keenan melangkah mendekat, dan kenapa mereka menjadi tontonan.

"apa yang kalian lakukan?" ujarnya bertanya pada mereka semua, tak mendapatkan jawaban matanya menoleh menatap kearah Emil.

Emil yang ditatap menghela napas."dia mau ajak Emil pergi kerumah Gautama tapi adek gak biarin." jelasnya menunjuk Davis dan elgar secara bergantian.

semenjak kemarin dia terbiasa memanggil elgar dengan sebutan adik, begitu juga sebaliknya.

davis yang mendengar panggilan sang kakak kepada orang lain mengepalkan tangannya dengan hati yang sakit.

dia adalah adik Emil satu satunya bukan pemuda dihadapannya ini!

keenan menatap kearah davis sebentar lalu kembali menatap kedua putranya.

menepuk pundak bergetar Davis."saya tidak mengijinkan putra saya kesana jika kamu ingin menemuinya datanglah kekediaman kami."ujarnya pada davis yang menegang.

"Emil bawa elgar kemobil papi akan menyusul."Emil mengangguk melirik kearah davis sebentar kemudian menarik elgar yang mengejek davis masuk kedalam mobil.

davis menatap punggung sang kakak dengan pandangan kosong, apakah kakaknya akan meninggalkannya?

"dengar.."davis menoleh kearah keenan.

"saya tidak melarang Emil menuju kediaman keluarga Gautama tapi saya juga tidak ingin psikisnya akan terganggu, kamu boleh menemuinya kapan pun kamu ingin pintu rumah kami akan selalu terbuka."

"kenapa kak lio manggil om papi..?"

"karena saya ayahnya."

"ta-tapi.."

"dia hanya anak kecil yang dulu mengemis rasa cinta dari orang yang bernama Arshaka, dia juga bisa merasakan lelah karena itu biarkan om yang menjadi ayah untuknya."

"biarkan dia dikeluarga kami jika kamu ingin dia bahagia."

mata davis sudah berembun itu artinya kakaknya bukan hanya akan menjadi kakaknya mulai sekarang? bolehkah dia egois menginginkan Emil tetap berada dikediaman Gautama?

tapi jika itu terjadi artinya Emil akan kembali mendapatkan siksaan.

Keenan pergi setelah mengatakan itu membiarkan pemuda itu tertunduk dengan bahu yang bergetar menahan tangis, dia selalu lemah jika berurusan dengan topik pembahasan kakaknya.

sementara yang lain hanya terdiam tanpa minat untuk ikut dalam perbincangan dua orang tadi.

puk

"gue tau kalo lo gak kayak keluarga lo sama Emil, tapi biarin Emil bahagia sama om ken dan Tante zea." ucap Sagara menepuk bahu Davis.

AGASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang