CHAPTER 28

462 26 0
                                    

“dia adalah pemiliknya, dia lebih berhak berada disana daripada diletakan ditempat gelap itu”

Zea



Hari ini akhirnya tiba, zea melihat dirinya pada cermin dihadapannya. Cantik..

hari pernikahannya dengan seorang Agaskar Keenan, dia tidak pernah menyangka pertemuannya dengan seorang pria delapan bulan yang lalu akan membawanya pada posisi ini.

zea akhirnya mengerti dua hal, satu dia adalah Abel yang harus berakhir ditubuh seorang gadis kecil yang meninggal karena kecelakaan. Dua, dia tetap pemilik hati seorang keenan.

"haha, apakah aku sempat cemburu pada diriku sendiri? lihatlah betapa konyolnya ini" gumamnya menertawakan dirinya sendiri.

"anda mengatakan sesuatu nona?" zea menggeleng, " hanya mengingat masa lalu" perempuan yang bertanya tadi pun hanya mengangguk seraya memperbaiki tatanan rambut perempuan yang akan menikah dengan pengusaha besar beberapa jam lagi.

tadi malam setelah dia dijemput oleh Desy dan Clara ingatan aneh merasuki pikirannya, tentang dia, Keenan, degova, geotals, samudra, Samuel dan masalalunya. Tadi malam, akhirnya dia mengerti dia adalah Abel gadis yang beberapa bulan lalu dia umpati.

tuhan, apakah kau sedang menertawakan aku dari atas sana?

sementara itu di tempat keenan, pria itu  termenung dengan segelas kopi ditangannya.

jas hitam dengan kemeja putih yang elegan tampak pas pada tubuh kekarnya, pria dewasa yang baru akan melepas masa lajangnya pada usia kepala tiga.

"hari ini akhirnya tiba..maafkan aku yang melanggar sumpah abel.."

keenan menoleh saat merasakan tepukan pada bahunya ternyata dibelakangnya teman temannya sudah berkumpul dengan pakaian senada.

Keenan menatap kearah Damian yang menepuk bahunya, " setiap orang harus bisa melepas masa lalu Ken" arsen yang berada disebelah damian mengangguk.

"Abel mungkin cinta pertama tapi kamu harus melanjutkan hidup bersama zea"

"hah..rasanya baru kemarin dia mengetuk pintu mobil seraya tersenyum manis" mereka semua tersenyum mendengar itu.

"itu dua puluh satu tahun yang lalu" celetuk Axel yang membuat mereka melepaskan tawa.

"jangan lupa kalian sudah memiliki anak"tambah Dikta yang membuat suasana semakin hangat karena tawa yang begitu lebar.

akhirnya mereka melepaskan tawa yang begitu hangat membuat siapa saja yang mendengarnya akan ikut tersenyum contohnya Juan dan Calvin, dua pria setengah abad itu hanya menatap generasi penerus mereka dengan tatapan bahagia.

"dia akhirnya bisa melepaskan beban itu" Calvin mengangguk mendengar ucapan sang kakak.

"dia dewasa kakak"






***


zea berjalan dengan anggun disamping sang ayah, menggenggam tangan pria itu dengan begitu erat.

AGASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang