CHAPTER 17

723 43 24
                                    

hohoholaaa

pagi, siang ,sore, malem, subuh🙏

udah bernapaskan?jangan lupa bernapas

SELAMAT READING


'kadang aku marah agar dia tau seberapa pedulinya aku pada dia yang terus mengharapkan orang lain'

'kadang aku marah agar dia tau seberapa pedulinya aku pada dia yang terus mengharapkan orang lain'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jlep..

menegang.

ballroom hotel itu menegang saat sang president MH group menikam sang cucu dengan cara mendorong tangan menantunya sendiri.

tidak ada bedanya dengan yang lain, Shaka. Dia tersentak saat damar menusuk putranya dengan mendorong pisau yang tengah berada di dalam genggamannya.

jantungnya bagai berhenti berdetak, dia terus menatap tangannya sendiri melupakan putranya yang tengah kesakitan dibawah kakinya.

"EMIL!!"aiden yang pertama sadar dari keterkejutannya langsung berlari menghampiri tubuh sang sahabat yang kini bersimpuh di bawah kaki ayahnya sendiri.

"mil!!emill!!Lo denger gue?!jangan tutup matanya sialan!"Aiden panik,sangat panik saat tubuh yang di dekapannya kini mulai melemas.

"MELVIN BAJINGAN TELPON AMBULANCE!"teriak Aiden pada Melvin yang masih saja diam bagai patung disana bersama dengan Sagara dan juga galaksi

tubuh Aiden bergetar hebat menghiraukan kebisingan yang terjadi karena sebagian tamu yang panik, dia menangis. air mata pemuda itu terus mengalir deras bagai air terjun.

'bu—bunda..ioo cape..."

tangis Aiden semakin pecah saat mendengar gumaman lirih Emil disisa kesadarannya.

dia menatap elgar yang dari tadi terdiam disampingnya, keadaan pemuda itu sama sepertinya terlihat lebih shock.

"mil.."lirih elgar mengelus pipi tirus sahabatnya dengan tangan bergetar.

dia mendengar semuanya melihat dengan jelas apa yang terjadi tapi dengan bodohnya dia hanya berdiam diri.

elgar dan Aiden terdiam di tempat saat tubuh Emil diangkat oleh paramedis,kedua pemuda itu terlihat berantakan terlebih Aiden.

Keenan berjalan menuju putranya, berjongkok dan menatap wajah merah sang anak

"Ayo pulang nanti kita lihat Emil bagaimana?"ujar lembut Keenan mengelus rambut putranya.

AGASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang