Pernahkah kalian bertanya-tanya, ke mana perginya Steven ketika Marc yang memiloti tubuh mereka, maupun sebaliknya? Apakah ia hanya bisa muncul saat ada pantulan dari cahaya? Apa yang salah satunya lakukan ketika yang lain mengambil alih tubuh? Apakah mereka tertidur di suatu tempat? Atau mengawasi dari balik otak atau bola mata? Bagaimana sebenarnya sistem ini bekerja?
Marc dan Steven telah sepakat untuk menyebut tempat itu dengan nama Headspace, sebuah ruangan di dalam kepala mereka yang merupakan tempat bagi mereka yang tidak memiloti tubuh. Tempat itu menjadi favorit keduanya belakangan ini, sebab setelah keduanya kembali dari Duat dan hidup dengan akur, Headspace berubah menjadi rumah yang nyaman dibandingkan dengan yang dulu. Entah kenapa bisa begitu, mereka tidak tahu. Tahu-tahu, tempat itu berubah begitu saja menjadi semacam apartemen yang nyaman. Sebelumnya, Steven menganggap tempat itu sebagai penjara, karena ketika Marc memaksa mengambil alih untuk melayani Khonsu, Steven merasa dirinya diseret paksa menjauhi cahaya, ditarik menuju kegelapan, kemudian dilempar ke dalam sel dengan rantai mencekik leher dan kakinya.
Kini semuanya telah berubah. Headspace telah bertransformasi menjadi sebuah lorong sepanjang 12 meter yang berdinding dan berkeramik putih, dilengkapi dengan dua pintu kamar yang terletak pada sisi yang sama, namun berjarak cukup jauh satu sama lain. Di ujung salah satu lorong, terdapat sebuah ruang pandang, yang lebarnya sekitar 2 kali lipat daripada lebar lorong. Pada salah satu sisi di ruang pandang, terdapat sebuah jendela raksasa yang tak lain dan tak bukan adalah analogi dari mata mereka. Dari situlah cara mereka melihat melalui Headspace ketika yang satunya memegang kemudi.
Marc biasanya duduk di ruang pandang, mengawasi dan menjaga Steven dari kegiatan kesehariannya di museum, serta mengajaknya mengobrol supaya ia tidak merasa kesepian. Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu, seperti pada saat pengunjung museum sedang ramai, Steven akan menyuruh Marc untuk beristirahat atau tidur siang. Marc jarang membantah anjuran Steven yang satu itu, karena tidur di dalam Headspace adalah salah satu pengalaman terbaik yang pernah terjadi padanya.
Kamar Marc dan Steven di dalam Headspace memiliki bentuk dan ukuran yang sama, hanya isi dan dekorasinya saja yang berbeda. Kamar Marc terasa lebih luas karena ia tak pernah tertarik terhadap hal apapun dalam hidupnya, sehingga sebagian besar isinya kosong. Berbeda dengan kamar Steven yang isinya penuh dengan artefak, barang-barang antik, serta rak-rak yang terisi penuh dengan tumpukan buku dan souvenir. Walaupun begitu, gambaran setiap ruangan dalam Headspace sebenarnya dibentuk hanya untuk membuat penghuninya merasa nyaman saja. Alias, itu tidaklah nyata. Jadi, jika Steven ingin membaca buku, mau tidak mau ia harus berada di luar, tidak bisa dari dalam Headspace. Buku-buku yang tersusun di Headspace cuma sebagai objek agar Steven bisa tidur dengan nyaman di dalam sana. Karena memang, Steven hanya bisa tidur nyenyak jika dikelilingi oleh benda-benda yang membuatnya merasa nyaman.
Secara harviah, Marc dan Steven bisa saja berada di dalam Headspace dalam waktu yang bersamaan, namun hal itu terbatas oleh waktu karena tubuh tanpa pilot akan sangat riskan terhadap ancaman. Meninggalkan raga secara bersamaan juga berpengaruh terhadap kinerja organ dalam tubuh. Entah bagaimana itu bisa terjadi dan entah bagaimana cara menjelaskannya dari sisi biologis, tapi yang pasti, nyawa menjadi taruhan, sehingga mereka tak mau mengambil risiko untuk melakukan itu. Namun, sebuah peristiwa tiba-tiba memaksa mereka untuk melakukan itu.
Pagi ini, Marc terbangun dalam kamarnya yang ada di Headspace. Ia tak ingat kalau ia pernah menyerahkan kendali pada Steven. Begitu terbangun, ia segera mencari-cari rekan satu kepalanya itu.
"Ada apa, Marc? Kenapa berteriak begitu?" Steven yang sedang memiloti tubuh dan tengah membuat sarapan di dapur tentu saja kaget.
"Apa kau ingat kalau aku memberikan kendali padamu?" tanya Marc to the point.
Steven menggeleng-geleng. "Saat aku terbangun, aku sudah menjadi pilot. Apa yang aneh soal itu? Mungkin semalam kau kelelahan. Autoswitch sering terjadi bukan dalam kondisi seperti itu?"
Marc menyanggah dari dalam Headspace. "Terakhir kali, aku ingat kalau aku masih dalam keadaan sadar, Steven. Aku ingat ada orang yang memaksa masuk, dan kalau itu bukan kau...." Ia menghentikan ucapannya. Steven bisa merasakan kekhawatiran yang Marc alami.
"Dengar buddy, firasatku tidak enak. Ada yang tidak beres."
Keduanya segera teringat akan hal-hal janggal yang terjadi pada mereka selama beberapa waktu belakangan ini. Hal-hal janggal yang masih menjadi misteri. Kejadian ini sama dengan kejadian di Kairo, ketika mereka berhadapan dengan preman-preman pemuja Ammit serta saat melawan Harrow. Saat itu mereka memutuskan untuk tidak mencari tahu apa yang terjadi karena tidak ada petunjuk sama sekali. Tapi kali ini, mereka tak bisa megabaikannya begitu saja. Tidak lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Headmates
Romance"You are the only real super power I ever had." Marc mengira Steven tidak bisa mendengarnya kala itu. Kalimat itu memang pendek, tak lebih panjang dari untaian pita yang biasanya menjadi hiasan bunga pernikahan, namun itu sudah lebih dari cukup untu...