21. Too Far

330 51 6
                                        

Hari itu Kamis malam. Marc dan Steven tengah asik mengobrol di ruang pandang sambil mengawasi Jake yang sedang berkeliaran dengan limosinnya. Jalanan kota London begitu padat dan sumpek. Macet di mana-mana. Pengap menguasai kota. Jake merasa kegerahan, tapi bukan karena kondisi jalanan, melainkan karena Marc dan Steven yang tak henti-hentinya berdebat di dalam sana.

Marc bercerita kepada Steven bahwa ia mendapat tawaran dari rekan jaganya di klub malam untuk melakukan pekerjaan ilegal, yaitu menyeludupkan ribuan senjata api ke Amerika Serikat. Tawaran itu melayang padanya setelah rekannya itu melihat cara Marc menghajar para cecenguk yang berulah di klub. Kata rekannya, perusahaan yang menyeludupkan senjata itu perlu pengawal-pengawal yang tangguh dan dapat dipercaya agar senjata itu sampai ke tempat tujuan dengan aman. Kebetulan rekan kerja Marc juga direkrut oleh perusahaan itu. Dan kini, Marc pun ikut kena cipratannya juga.

"Lupakan, Marc. Itu tak akan pernah terjadi. Membiarkanmu bekerja sebagai bodyguard saja aku khawatir setengah mati. Maksudku, oh God...! Tak bisa kah kau mencari pekerjaan yang tak ada kaitannya dengan senjata atau kekerasan?" keluh Steven.

"Tapi, babe... coba pikirkan gajinya. Kalau aku mendapatkan pekerjaan ini, aku bisa mengajakmu liburan ke mana pun. Ayolah, please.... Lagipula, ini cuma sekali."

Steven menggeleng dengan tegas. "Tidak bisa. Lagipula itu perjalanan laut, Marc. Berapa lama tadi katamu? Sepuluh hari?"

"Kenapa? Kau mabuk laut atau semacamnya?"

Steven menghela napas mendengar pertanyaan yang tolol itu. "Bukan itu, Marc. Coba pikirkan, bagaimana dengan pekerjaanku di sini? Kau mau aku dipecat?"

"Tinggal keluar saja. Lagipula, kau tak menyukai posisimu yang sekarang, 'kan?" tanya Marc dengan santainya. "Setelah kita pulang dengan semua uang itu, aku akan melakukan apapun agar kau bisa menjadi guide tour museum, babe. Kau bisa ikut pelatihan, masuk kuliah jurusan sejarah, atau apapun itu yang bisa membuatmu jadi seorang guide tour. Bila perlu, aku akan menyogok pemilik museum agar dia mau menerimamu."

"Whoa... whoa... whoa... cukup sampai di sana, Marc. Kau terlalu berlebihan."

"Guys...," Jake angkat suara karena perdebatan itu mulai tidak kondusif.

"Aku cuma mau membantumu supaya mereka tidak terus-terusan meremehkanmu, Steven!"

"Tidak! Jangan jadikan aku sebagai alasan. Kau ingin melakukan ini karena kau rindu menjadi tentara bayaran, bukan?!"

"Apa?! Tentu saja tidak! What's wrong with you, Steven? Kenapa kau selalu memandang buruk semua hal yang ingin kulakukan?!"

"Guys...!"

"Karena itu memang buruk, Marc! Jelas-jelas itu ilegal. Melawan hukum! Bagaimana kalau kita tertangkap—"

"Oh, yang benar saja! Kau selalu mendramatisir keada—"

"GAYS!"

Teriakan itu sukses membuat Marc dan Steven langsung terdiam. Mereka memandang keluar, menatap Jake melalui kaca spion dengan ekspresi tidak menyangka.

"Apa katamu barusan?" Marc bertanya dengan nada mengancam.

"Maaf! Aku tak bermaksud berkata begitu," kata Jake dengan santainya. "Tapi... di luar sini benar-benar parah, bung. Please, jangan memperkeruh suasana. Kalau kalian tetap ingin melanjutkannya, lakukanlah di luar jangkauanku."

Marc terkekeh geli. "Usaha yang bagus, Jake. Aku tak sebodoh itu. Kami tak akan pernah membiarkanmu di berada luar sana tanpa pengawasan," ejeknya dengan intonasi yang sangat merendahkan.

HeadmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang