33. Fist & Gun

287 31 25
                                        

Lobak dan wortel adalah benda terakhir yang dibeli Marc sebelum pulang. Ia menemukan kedua sayur itu tepat setelah Steven pergi ke belakang. Ia sebenarnya ingin membeli beberapa bumbu tambahan, tapi ia urung melakukannya karena ada sesuatu yang mengganggunya.

Sejak dalam perjalanan ke pasar, Marc merasa ada sesosok biarawati yang tengah mengikutinya. Entah apakah itu salah satu bentuk kecemasannya atau karena pengalaman tidak menyenangkannya bersama Poli, yang pasti perempuan bertudung itu sudah terlihat sejak ia menaiki bis. Dan sekarang ia melihatnya lagi. Sosok itu baru saja melintas di salah satu lorong pasar.

Marc punya pengalaman buruk dengan film The Conjuring 2, sehingga ia agak parno akan hal-hal semacam ini. Itu sebabnya ia tak begitu menyadari ada yang salah dari Steven, karena ia sibuk menyembunyikan ketakutannya sendiri.

Namun setelah keluar dari pasar dan naik ke dalam bis, sosok yang menyerupai Valak itu akhirnya tak terlihat lagi. Tapi ada masalah baru. Ponsel bututnya tiba-tiba berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Dan ternyata itu adalah Layla. Katanya ia sedang dalam perjalanan menuju flat. Ia memutuskan untuk datang lebih cepat karena pamerannya sudah selesai.

Marc spontan mengalami serangan panik. Flat tengah berantakan seperti kapal pecah, dan ia bahkan masih dalam perjalanan pulang dari pasar. Tak ada yang siap. Kacau! Dan lebih menyebalkannya lagi, jalanan tiba-tiba macet, padahal jarak flatnya hanya sekitar 200 meter lagi.

Setelah mencoba bersabar selama 55 detik, Marc akhirnya tak tahan dengan kemacetan itu. Ia keluar dengan paksa dari dalam bis, sembari menenteng kantong belanjaan yang sesak berisi bahan makanan. Ia berlarian di trotoar, mencoba memanggil Steven agar ikut panik bersamanya, tapi pria itu tak muncul-muncul. Ini jadi masalah baru lagi bagi Marc. Ia merasa khawatir karena Steven tak menjawab panggilannya. Sepertinya ia tak menyalakan sensornya atau semacamnya.

Marc berhenti di samping tiang rambu-rambu dekat persimpangan. Ia mencoba memanggil Jake juga, tapi alternya yang satu itu sama tak jelasnya dengan Steven. Keberadaannya sama sekali tak bisa dirasakan.

Marc yang khawatir akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam Headspace, mencari mereka berdua, terutama Steven. Tapi baru saja ia menginjakkan kakinya di lantai ruang pandang, tiba-tiba suara teriakan menggasak telinganya. Jantung Marc mencelos. Ia tahu betul itu adalah suara Steven.

Ia segera berlari menuju lorong, dan langsung kaget ketika melihat Steven meronta-ronta dalam pelukan Jake. Marc tak ambil tempo. Ia segera berlari ke arah mereka. Detak jantungnya menanjak seiring dengan langkah yang diambilnya, dan amarahnya meroket kencang melampaui langit-langit Headspace.

Jake dan Steven sepertinya tak sadar bahwa Marc ada di sana, setidaknya sebelum ia melayangkan tinju maut pada wajah Jake. Pria bertopi baret itu seketika terhempas ke belakang, sembari mengumpat dalam bahasa Spanyol. Ia tersungkur ke lantai, memegangi pipinya sambil melenguh kesakitan.

Marc segera ambil posisi untuk menyembunyikan Steven di balik punggungnya. Ia menatap Jake yang tergeletak tak berdaya dengan sangat marah.

"Apa yang kauperbuat pada Steven, bangsat?!"

Jake tidak menjawab. Lebih tepatnya, ia masih belum bisa menjawab karena rahangnya bergeser cukup jauh dari posisi semula. Alih-alih mencoba bicara, ia lebih memilih berusaha berdiri dengan semua kemampuan yang dimilikinya.

"M... Marc?"

Steven berbisik lemah di belakangnya. Marc segera menoleh dengan tatapan khawatir. "Kau tak apa-apa, babe?"

Steven tidak menjawab. Ia nampak sangat ketakutan. Matanya merah karena tangis dan bibirnya bergetar hebat. Marc makin murka karene melihat itu. Berani-beraninya Jake membuat Steven-nya sampai ketakutan begitu! Bangsat!

HeadmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang