73.🔹

1.1K 154 43
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

Lisa POV🌸

Suara keributan melewati tempat aku berdiri. Dari samping kiri, para perawat dan dokter berlarian untuk menolong dan membantu dua orang korban yang baru saja diturunkan dari mobil ambulance.

Di sisi kanan, seorang nenek dan pria yang datang di sisi korban, menangis keras sampai berteriak histeris. Seperti meminta nyawa kembali. Mungkinkah? Tapi aku tidak dapat menebaknya.

Entah kenapa langkahku jadi terhenti di lorong ini. Atau karena anak tadi yang menyadarkanku untuk tidak melamun saat berjalan?

Sekarang, tubuh anak itu dibawa ke dalam ruang UGD. Nenek dan pria tadi yang kuduga adalah ayah dari si anak, kini sedang menunggu dan memaksa untuk masuk, namun dilarang oleh beberapa perawat dan nenek tadi.

"Bersabarlah Park, mereka akan segera dokter tangani" tutur sang nenek.

"Mana bisa bu? Hiks.. Aku sudah menyia-nyiakan permintaan maaf istriku dan membuat mereka seperti ini, hiks.. Aku menyesal karena sudah menjadi pria yang egois karena tidak bisa mempertimbangkan masalahku dan keluarga. Ini salahku ibu.. Salahku"

"Kau hanya akan menyesal jika sesuatu sudah terjadi, tapi bukan karena kehendakmu, mereka tak sengaja melakukan kesalahan yang memang membuatmu rugi. Tapi ingat, mereka keluargamu, dan kau masih memiliki hati nurani, Park. Kau jangan buta apalagi gelap akan kehidupan, hanya karena sebuah kesalahan"

Aku merasa tertampar akan kalimat haelmoni itu. Tapi kemudian aku tersadar dan berpikir, bahwa anak tadi menginginkan aku untuk mendengarkan kalimat ini?

Ya, aku memang tidak bisa menyatukan 2 urusan dalam keluarga. Tapi posisi pria itu justru berbalik dariku, keluargaku yang hampir mati karena keluarga Jisoo, bukan karena istri atau anakku yang menimbulkan kesalahan.

"Tapi kenapa mereka harus seperti ini, bu? Apa tidak ada cara lain bagi mereka untuk menebus kesalahannya? Dan anakku.. Hiks, dia tidak seharusnya berada di ruang itu. Jika memang istriku yang bersalah, maka jangan hukum anakku juga. DEWA.. TUHAN, TUNJUKKANLAH KEADILANMU"

Pria itu histeris sampai aku juga merasa terpaku dan tidak bisa beranjak dari sini.

Tiba-tiba seorang dokter keluar, dan menyampaikan sesuatu yang tidak semua orang inginkan.

Dokter itu mengatakan, bahwa putri dari pria itu meninggal, dan istrinya harus dirawat intensif di UGD. Lantas pria itu semakin menangis dan terpukul, begitupun dengan ibunya, yang kusebut dengan nenek tadi.

Mereka menangis, menangisi kepergian yang belum bisa mereka ikhlaskan. Seorang anak kecil yang cantik, yang sempat memegangi tanganku dengan tangan mungilnya yang dingin.

Aku turut berduka cita, dengan perasaan yang cukup dalam. Aku tidak mengenal mereka, namun kejadian ini seolah menjadikanku sebuah gambaran sekaligus teguran, bahwa inilah yang dinamakan dengan takdir. Sesuatu yang sangat sulit untuk kita tebak, bahkan dalam 1 detik berikutnya dalam setiap hembusan nafas kita.

Butterfly ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang