27.🔹

1.9K 241 43
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

"Daebak, ini rumah Jennie? Sebesar ini?" ucap Seokjin sembari menatap takjub rumah sebesar itu.

Ia menekan bel rumah Jennie, kemudian pak Choi keluar membukakan pintu.

"Annyeonghaseyo?"

"Nee, eu.. Chingu, Maja?" tebak pak Choi, Seokjin tersenyum dan memberi hormat.

"Ahm, nee. Saya Seokjin, teman Jennie."

"Silahkan masuk nak"

"Nee, kamsahamnida" ucapnya dan membungkuk lagi, kemudian pak Choi mengantarkan Seokjin sampai ke ruang tamu.

Sementara menunggu Jennie menuruni kamarnya, mata Seokjin melihat-lihat pajangan dan lukisan yang terpasang di ruang tamu.

"Permisi nak, ini minumnya"

"Ahm, terima kasih banyak bi"

"Sama-sama, mari.."

"Nee.."

Seokjin meminum air yang disuguhkan oleh bibi Yun, kemudian ia melihat-lihat seisi ruangan tersebut, dan tak sengaja matanya terpaku pada sebuah lukisan yang begitu mencolok di ruangan itu. Sebuah lukisan keluarga yang cukup besar, yang siapa saja dapat melihat wajah orang-orang dalam lukisan itu dengan mata telanjang nan jelas.

"Ukhuk, ukhuk.." jadi, apa yang dibilang oleh Mino adalah benar. Beliau adalah ayahnya Jennie? - Seokjin.

"Oppa gwenchanaseyo?" tanya Jennie saat tiba dan duduk di sofa. Seokjin mengangguk tak apa.

"Em, gwenchana"

"Wae oppa? Bagaimana? Informasi apa? Oppa sudah menemukan Lisa?"

"Jennie, aku tidak tahu kau akan mempertimbangkan ini atau tidak. Kau tidak perlu percaya pada ucapanku, tapi informasi ini akan menyakiti perasaanmu. Mungkin bukan hanya kau, tapi juga yang terlibat. Jadi, aku minta maaf sebelumnya, karena aku tidak dapat mengatakan itu padamu sekarang. Jeongmal chosongeyo, Jennie. Aku ada urusan mendadak"

Seokjin berdiri tergesa dan Jennie ikut berdiri, "Kau sudah terlanjur untuk memberitahuku oppa. Jadi kau harus mengatakannya, baik itu menyakitkan atau langsung membunuhku seketika, aku tidak peduli lagi, yang ingin kudengar adalah informasi tentang Lisa. Please oppa.." Jennie hampir memohon di rumahnya sendiri, kemudian SeokJin menahannya agar wanita hamil itu tidak bersimpuh, dan ia mengangguk dengan sebuah syarat.

"Tapi kau harus janji, jangan sampai ini menjadi boomerang untukmu. Aku hanya datang untuk memastikan, tapi kemudian lukisan itu benar-benar membuatku khawatir"

"Maksudnya oppa? Lukisan yang mana? Aku tidak punya lukisan Lisa di sini. Ada fotonya di handphone dan kamarku saja"

"Aniya, bukan itu, bukan foto maupun lukisan Lisa. Tapi itu, Jennie. Apa pria yang bersamamu itu adalah ayahmu?"

Butterfly ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang