33.🔹

1.9K 248 37
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

Sekolah nampak seperti biasanya, tidak ada yang istimewa jika tanpa Lisa di sisinya, bagi Jennie. Tapi beruntungnya dua temannya tak pernah meninggalkan Jennie dalam segala situasi.

Seperti yang sedang mereka jalani hari ini. Jam pelajaran olahraga yang seharusnya diikuti oleh seluruh murid di kelas, juga diwajibkan mengenakan kaos olahraga. Jennie malah masih duduk dengan hoodienya, tak sendiri di kelas, karena si ketua kelas meminta kekasihnya untuk menemani Jennie.

Ya, Jennie berada di kelas bersama Rose. Mereka istirahat selama jam pelajaran berlangsung, makan di kelas, dan berbincang-bincang.

Jisoo dan Rose bekerja sama dengan alasan absennya yang menyatakan bahwa Jennie dan Rose tengah sakit, dan akhirnya guru olahraga mereka memberi izin untuk istirahat di kelas.

Rose duduk di kursi tempat biasa Lisa duduk di sisi Jennie. Ia sesekali bertanya laun dan mendengarkan perut Jennie, terkait bagaimana reaksi gemas dari bayi yang dikandungnya, padahal itu masih berupa gumpalan darah.

"Jen, dia pernah bergerak-gerak tidak?" tanya Rose, ia penasaran. Lalu Jennie pun mengangguk, ia ikut mengusap perutnya.

"Sering, tapi tidak begitu lugas seperti usia tua, dia masih berupa gumpalan darah yang baru membentuk, Rose. Hanya detak jantungnya terasa pada detak jantungku juga"

"Gemas sekali sepertinya. Kau sering mengidam? Atau membenci aroma Lisa, seperti ibu-ibu hamil lainnya?"

"Hm, seingatku aku malah menyukai aromanya. Sekarang saja aku membawa celana dalam papanya di tasku"

"Astaga, kau serius? Hahaha.. Jennie, kau ada-ada saja" Rose terbahak bukan main, sedangkan Jennie merona.

"Hehe.. Aku juga tidak tahu Rose. Semenjak hamil, dan Lisa ditemukan waktu itu, aku jadi tidak bisa pisah dari bau tubuhnya."

"Jen, kau benar-benar aneh. Lalu, ngidam terparahmu apa? Yang tidak bisa Lisa cari?"

"Em, sepanjang ini belum ada Rose. Lisa selalu memenuhi kebutuhanku. Kadang aku merasa kasihan padanya, karena dia harus berusaha sampai putus sekolah demi menghidupiku dan mommy. Aku dendam pada daddyku, tapi Lisa bilang seburuk apa pun ayah kita, kita harus tetap menghormatinya, dan tidak untuk menaruh dendam padanya."

"Lisa memiliki hati yang lapang, Jen. Dia melakukan ini semua bukan semata-mata untuk menghidupimu, tapi untuk menjalani kisah cinta kalian bersama. Dia berani mengambil resiko yang sangat besar, dan tetap teguh pada pendiriannya, ah.. Kau memiliki pasangan yang sejati, Jennie. Aku sangat iri padamu" Rose pun memeluknya.

"Aku juga merasa beruntung Rose. Jika tidak ada Lisa, mungkin aku tidak bisa bertahan sampai di titik ini. Ternyata mendapatkan cemoohan dari teman-teman seperti saat daddy menghancurkan hidupku, itu terasa sangat sulit dan menyakitkan. Mungkin ini juga yang dirasakan Lisa pada waktu itu, dia berusaha untuk bertahan setiap harinya, melewati segala tanpa menghiraukan pandangan orang, tapi sebenarnya ia tidak pernah merasa nyaman di setiap hari itu."

Rose memeluk Jennie lebih erat, ia ikut prihatin pada apa yang Jennie rasa. Rose berpikir bahwa Jennie juga tak pernah merasakan kenyamanan di sekolah, sejak kejadian itu menyebar dengan cepat di sekolahannya. Ia paham dan tahu betul bahwa Jennie merasa kesulitan untuk menyesuaikan antara urusan pribadi dan belajar, namun Jennie tetap melakukan itu, Jennie tetap menjalaninya.

Butterfly ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang