42.🔸

1.4K 209 23
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

22.30

Lisa baru saja tiba di rumah, ia memasukkan sepedanya dan menuntunnya dengan wajah yang lelah. Tak bisa disembunyikan. Tubuhnya terasa begitu remuk hingga ia berjalan perlahan sembari memukul-mukuli pundak dan punggungnya sendiri, untuk meringankan sedikit rasa pegalnya.

"Sayang?" seseorang memanggilnya, saat ia memasuki halaman rumah.

"Jennie? Kenapa belum tidur? Ini sudah malam sayang"

"Bagaimana caranya aku bisa tidur tanpa kau di sisiku? Aku tidak akan bisa tidur sebelum kau tiba. Aku buatkan teh Daechu untuk meringankan pegalmu hm?" Jennie memeluk Lisa dan berjalan bersama, usai Lisa memasukkan sepedanya di gudang sebelah yang berada di luar.

Lisa melangkah bersama istrinya, ia belai perut Jennie sembari mengecup kepalanya, sayang.

"Terima kasih banyak sayang, maaf jadi merepotkanmu"

"Aku ini istrimu, kau masih merasa begitu?"

"Aniya, saranghae"

"Saranghae" Jennie menoleh ke arah Lisa untuk mengecup bibirnya, namun yang terjadi saat itu malah membuat Jennie terkejut.

"Li, kau mimisan sayang" ucapnya khawatir, Lisa meraba bawah hidungnya dan mendongakkan kepalanya.

"Keokjeonghajima sayang"

"Li.. Kita ke rumah sakit ya? Ayo.."

"Aniya Jennie, tidak usah. Sebentar lagi juga reda"

Melihat Lisa sampai mimisan akibat kelelahan, Jennie pun merasa iba. Ia merasa bahwa dirinya semakin membebani hidup Lisa, dan membuat suaminya menderita. Saat itu, Jennie menangis, entah karena khawatirnya, maupun rasa bersalahnya kepada Lisa.

"Hiks.. Kau sampai seperti ini karena bekerja seharian. Kau pasti sangat lelah hari ini, hiks.. Lisa mianhae.." Jennie menangis seolah ia merasa jadi beban untuk suaminya. Ia terduduk di lantai dekat pintu masuk dan menangisi suaminya yang terlihat kelelahan.

Lisa memeluknya setelah menyumbat lubang hidungnya dengan sapu tangan dalam tasnya. Ia usap punggung istrinya, berusaha untuk menenangkan tangisannya.

"Jennie, aku tidak apa-apa. Jangan menangis seperti ini sayang, kita masih di luar dan udara di sini cukup dingin. Kita masuk yah? Uljima.."

"Hiks.. Mianhae, aku hanya jadi beban untukmu, Li.."

"Tidak, Jennie. Kau anugerah bagiku. Jangan berpikir macam-macam lagi, kita masuk sekarang"

"Kau sampai seperti ini demi aku, pulang malam sendirian, berhenti dari sekolah dan menjadi tulang punggung sampai..., hiks.. Aku ingin bekerja juga Lisa, aku ingin membantumu, agar kau tidak bekerja seorang diri untuk menghidupiku dan keluarga kita"

"Aku akan marah jika kau melakukan itu. Aku sudah terlatih hidup seperti ini, dan kau tidak boleh ikut-ikutan seperti aku. Kau adalah ratu di rumahku, meskipun aku belum cukup untuk memperlakukanmu sebagai ratu. Jennie, maafkan aku karena kau memilih seseorang seperti aku jadi membuatmu merasa bersalah hidup bersamaku. Maaf karena aku terlahir dalam keadaan yang seperti ini, dan menyeretmu untuk merasakan penderitaan ini." Lisa pun runtuh, ia ikut menangis, di pelukan istrinya erat-erat.

Butterfly ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang