Eps 19: Siapa sebenarnya, Stasya?

625 31 0
                                    

Oke, aku double update hari ini
Jangan lupa vote sama komen juga ya
Terima kasih

Selamat membaca~

Stasya penasaran siapa sebenarnya Calansha, kenapa dia...Stasya tidak bisa menjelaskan apa-apa lagi.

Stasya berjalan menuju taman, ia masih bingung dengan semua ini. Stasya memutuskan untuk bolos pada hari ini, kepalanya juga sangat pusing.

"Kepala aku sakit banget. Arghh..." Pekik Stasya saat kepalanya sakit bagaikan ditimpuk sebuah batu yang sangat besar.

"Arghh....sakit banget." Kesadaran Stasya mulai hilang dan mata dengan iris mata hitam pekat mulai tertutup. Sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, Stasya mendengar teriakan seseorang. Dia adalah....

"Stasya, lo gapapa?" Danesh Malviano.

Danesh yang melihat Stasya pingsan, ia langsung membawa gadis itu ke rumah sakit. Ini yang kedua kalinya ia membawa gadis itu. Entah mengapa, seperti ada magnet yang menarik Danesh untuk menolong gadis itu?

Keadaan koridor sekolah yang sepi membuat Danesh dengan mudah membawa gadis itu pergi.

"Danesh?" Calansha melihat Danesh yang menggendong Stasya dari kejauhan. Calansha baru saja dari toilet, tapi saat ingin menuju kelasnya ia melihat Danesh yang sedang menggendong Stasya.

Calansha penasaran apa yang terjadi, tapi ia tidak bisa begitu saja mengikuti Danesh.

🌻🌻

Danesh berhasil membawa Stasya ke rumah sakit setelah perdebatan cukup lama antara dia dengan satpam sekolah. Danesh menyogok pak satpam itu dengan sebungkus rokok dan dua lembar uang berwarna merah.

Danesh sedari tadi mondar-mandir, ia mencemaskan gadis yang sekarang diperiksa. Lagi-lagi ia bingung pada dirinya sendiri, kenapa?

Pintu terbuka, menampilkan seorang dokter. "Pak, bagaimana keadaan teman saya?"

"Teman kamu hanya kelelahan, beri tau dia agar tidak melakukan hal yang membuatnya lelah. Dia juga butuh istirahat. Yaudah, saya permisi dulu." Lagi dan lagi, apakah Stasya kelelahan? Tapi...kenapa menurut Danesh tidak?

Danesh masuk ke ruangan itu dan melihat Stasya yang sudah bangun tapi ia melamun.

"Sya, lo gapapa kan?" Stasya menatap Danesh dan menggeleng pelan.

"Permisi mas, pasien ingin dibawa ke ruang inap."

Danesh menyingkir agar para suster dapat menangani dengan mudah.

Stasya kini sudah berada di ruang inap. Sedari tadi belum ada satupun kata yang keluar dari mulutnya.

"Kamu nggak balik ke sekolah?"

"Gue nemenin lo. Lo nanti sendirian," Danesh mendekati brankar Stasya dan mengambil makanan yang telah disiapkan dari rumah sakit.

"Makan dulu," Stasya menggeleng.

"Aku masih kenyang." Danesh itu sangat menyebalkan bagi Stasya, karena saat sakit kemarin dia dipaksa untuk selalu makan. Bahkan, setiap jam ia harus makan entah itu buah ataupun bubur ataupun makanan lainnya.

"Stasya...." Lihatlah dia bahkan sudah memulainya.

"Nggak, Danesh. Aku nggak mau." Tegas Stasya dan menutup matanya pura-pura untuk tidur.

"Lo itu harus banyak makan, biar nggak sakit."

"Aku sakit karena kelelahan, bukan karena nggak makan." Danesh diam tak menjawab, ia sudah tak bisa berkata-kata lagi. Lebih baik dia bermain handphone.

"Yaudah lo istirahat." Stasya menutup matanya, tetapi ia tidak tidur. Stasya masih memikirkan mimpi tadi, saat ia pingsan.

Terdapat seorang gadis dengan iris mata coklat yang sedang jalan-jalan di taman. Ia sendiri tidak ada yang menemaninya.

"Hai kakak...kakak mau beli bunga aku nggak?" Gadis itu berbalik menatap seorang anak laki-laki yang lebih pendek darinya. Ia jongkok di depan anak laki-laki itu.

"Boleh, kakak mau satu." Dengan senang hati, anak laki-laki itu memberikan setangkai bunga mawar kepada gadis itu.

"Ini uangnya," gadis itu menyodorkan lima lembar uang berwarna merah. Anak laki-laki itu menolak, karena harga bunganya tak semahal itu.

"Kebanyakan kak, aku nggak ada kembalian."
"Ambil aja. Kakak nggak suka loh, masa kakak ngasih kamu tolak sih." Ujar gadis itu dengan sedih membuat anak laki-laki itu luluh. Ia menerima uang itu dan pergi. Gadis itu tersenyum kepada anak laki-laki itu.

Gadis itu menoleh ke belakang dan tersenyum kepada saudaranya. "Lo kemana aja sih, gue nyariin tau."  Ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Gue cuma jalan-jalan aja. Bosen di rumah terus. Nih..." Gadis itu memberikan bunga yang tadi ia beli kepada saudaranya.

"Mawar?"

"Bagus kan?" Tanya gadis itu. "Bagus tapi berduri."

Stasya sangat bingung dengan mimpi itu. Sebelumnya, ia juga bermimpi sepasang saudara yang masih berumur lima tahun. Sekarang? Sudah beranjak dewasa.

Apa maksud dari semua mimpi ini? Apakah ada sangkut pautnya dengan Stasya?

Stasya bertambah bingung lagi, gadis yang berada di mimpinya wajahnya tidak begitu jelas. Ia tidak bisa melihat dengan jelas, wajah dari kedua gadis bersaudara itu.

_
_
_
_
_
_

Maaf kalau kata-katanya baku
Ini cerita pertama author, hehe

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang