Eps 37: Aluna Kabur

415 20 0
                                    

Selamat membaca~

Malam ini, Stasya sedang berada di markas bersama dengan Aluna dan Arel. Mereka bertiga sedang merencanakan untuk pembalasan dendam pada Calansha, tanpa Aluna ketahui bahwa mereka berdua Stasya dan Arel sudah mengetahui kalau Aluna merupakan penghianat.

"Apa yang sudah kamu rencanakan, Stasya?"

Stasya menatap Aluna sekilas, "Besok merupakan ulang tahun dia. Aku akan mengirimkan sesuatu padanya."

"Sesuatu? Apaan?" Stasya tidak sebodoh itu, bahkan semua orang juga pasti akan tau kalau pertanyaan Aluna adalah informasi bagi Calansha.

"Sesuatu yang membuatnya terpukau, hingga dia lupa caranya untuk hidup dengan bahagia. Sesuatu yang tidak akan dia lupakan sampai akhir hayatnya."

Aluna semakin dibuat bingung dengan hadiah yang diberikan oleh Stasya.

Stasya yang melihat kebingungan Aluna pun tersenyum miring.

"Apapun yang kamu inginkan, lakukan saja. Ayah akan selalu mendukungmu." Arel mengusap puncak kepala Stasya dengan lembut.

Sungguh Stasya sangat rindu dengan sosok ayah apalagi ibunya. Kapan ia akan bertemu dengan kedua orang tuanya?

"Ikut ayah. Aluna, kamu boleh pulang." Stasya mengekori Arel, sedangkan Aluna menatap curiga mereka berdua.

Gue harus cari tau, batin Aluna.

"Kenapa, ayah?"

"Kapan kamu akan membongkar penghianatan Aluna?"

"Sebentar lagi, dia seharusnya tidak melakukan itu. Dia juga tau apa konsekuensinya jika berani berkhianat." Stasya menatap Arel dengan tatapan yang tidak bisa dibaca oleh siapapun.

"Semua sudah terlanjur." Arel tau, Stasya sangat tidak suka dengan pengkhianatan. Bahkan dirinya juga membenci hal itu.

Tanpa disadari mereka, Aluna tengah menguping pembicaraan Stasya dan Arel.

Keringat dingin sudah mengucur di pelipis Aluna. Ia sangat tau apa konsekuensinya jika ada seseorang yang berkhianat disini.

Wkwk, berani berkhianat tapi nggak berani sama konsekuensinya

Aluna melupakan hal itu, mengapa ia sangat dibutakan oleh cintanya terhadap Aarav? Hingga ia harus berkhianat.

Alasan Aluna berkhianat adalah karena ingin memiliki Aarav. Ia harus membuat Aarav membenci Stasya, setelah itu ia akan membuat Calansha tiada dari dunia ini.

Sepertinya rencana Aluna harus ditunda terlebih dahulu, karena ia tidak ingin merepotkan dirinya sendiri dengan masuk lingkaran hitam dari Stasya dan Arel.

"Gue harus pergi dari sini."

🌻🌻

P

agi ini, Calansha bangun dengan hati yang senang. Karena hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-18.

"Pagi ma, pa."

"Pagi sayang..."

Calansha mengerutkan keningnya, apakah ia lupa dengan ulang tahunnya. Padahal ia sudah menanti-nantikan hari ini sejak dulu.

"Kalian nggak inget sekarang hari apa?" Tanya Calansha dengan sendu sambil menatap kedua orang tuanya.

"Oh iya....hari ini kan papa ada rapat penting. Jadi, papa harus berangkat pagi. Yaudah papa berangkat dulu ya, kamu dijemput sama nak Aarav kan? Hati-hati yaa." Senyum Calansha luntur seketika, apakah ia akan selalu dilupakan?

Calansha sudah tidak mood untuk sarapan. Yang ia harap-harap kan dari dulu tidak bisa terwujudkan.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam, eh nak Aarav. Duduk dulu, kamu udah sarapan belum?" Aarav mengangguk, ia sudah sarapan tadi di rumah sebelum menjemput Calansha.

"Ayo berangkat!!"

"Loh Calansha, sarapannya dihabisin dulu."

Calansha tidak menggubris ucapan ibunya (jangan ditiru ya guys). Ia berlalu sambil menarik tangan Aarav.

🌻🌻

"Halo, yah. Ada apa?"

"Apa?!! Kabur?" Stasya terkejut mendengar pernyataan dari ayahnya alias Arel.

"Dasar pengecut." Umpat Stasya sambil mematikan telepon dari ayahnya.

Setelah itu, Stasya menghubungi seseorang. Ia harus mengirimkan hadiah pada Calansha, karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Silahkan menikmati hadiah dari ku..." Stasya tersenyum lebar, ia terkekeh kecil membayangkan bagaimana reaksi Calansha saat membuka hadiah darinya.

Stasya tidak sabar melihatnya, ia ingin cepat-cepat mengirimkan hadiahnya agar cepat dilihat oleh Calansha.

"Aluna...Aluna...gue baru tau lo se pengecut itu. Kalo gue tau dari dulu, nggak bakal gue pungut." Sepertinya sisi gelap Stasya, akhir-akhir ini keluar.

Stasya meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda. Ia masih berjalan kaki menuju sekolah, padahal ia bisa saja memakai mobil. Tapi, menurutnya jalan kaki itu lebih baik.

Sesampainya di sekolah, seperti biasa Stasya akan langsung pergi ke kelasnya dan membaca buku sambil menunggu bel masuk.

_
_
_
_
_
_
_
_

Gibran Barry Storm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gibran Barry Storm

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang