Eps 25: Secret Admirer?

524 29 0
                                    

Selamat membaca~

"Lebih baik mencintai dalam diam
daripada mencintai dalam kegelapan"
Aluna Dafiza

Seorang gadis berambut sebahu sedang melamun di balkon kamarnya sambil menatap gemerlap bintang.

"Aarav!! Kamu dimana? Kamu nggak bakal bisa sembunyi dari Al." Aluna kecil tengah bermain dengan sahabat kecilnya, Aarav.

Aarav sedang bersembunyi di semak-semak belakang rumahnya itu. Ia sekali-kali tertawa kecil melihat Aluna yang sedang mencarinya namun tidak ketemu-ketemu.

"Aarav, Al bakal tangkap kamu." Aluna masih saja mencari keberadaan Aarav yang sekarang malah cekikikan melihat Aluna.

Aluna yang mendengar suara seseorang tertawa pun mengikuti suara itu. Aarav yang tidak sadar hanya diam memperhatikan Aluna yang semakin mendekat.

Hap

"Yeayy!! Al dapet Aarav." Aluna memeluk Aarav dengan gembira, akhirnya ia menemukan Aarav-nya.

Aarav yang melihat itu mendesah pelan, tetapi setelah itu ia membalas pelukan Aluna. Mereka berdua bermain bersama hingga sore.

Kenangan itu, kenangan yang selalu terlintas dalam pikiran Aluna. Ia rindu bermain dengan Aarav-nya. Aluna rindu dengan kebersamaannya bersama Aarav.

Apakah Aarav juga merasakan hal yang sama?

Aluna menatap gelang itu, ini adalah gelang pemberian Aarav. Aarav juga mempunyainya, namun ia tidak pernah melihat Aarav memakainya.

"Bintang, Al masa dilupain gitu aja sih. Jahat banget Aarav, dia sekarang nggak pernah main ke rumahku. Al tau...Al bukan seseorang yang sangat spesial bagi Aarav, tapi bagi Al, Aarav itu spesial." Aluna memandangi bintang dengan teduh, ia mencurahkan isi hatinya pada ribuan bintang yang gemerlapan.

"Lucu ya, Aarav sayang banget sama Al tapi sebagai sahabat. Tapi Al, lebih dari sahabat. Gimana dong? Perasaan kan datangnya tiba-tiba, kalo Al bisa pilih pasti Al pilih nggak usah aja. Karena... Aarav lebih sayang sama Calansha." Setetes air mata turun dari mata Aluna, entahlah ia juga tidak tau kapan perasaan ini datang?

Selepas itu, Aluna pergi ke kamarnya untuk tidur. Ia berharap semoga besok merupakan hari yang indah.

🌻🌻

Aarav, lelaki itu tidak lupa untuk menjemput sang pujaan hatinya, Calansha.  Mereka berdua sekarang berada di mobil menuju SMA Borge.

Aarav membukakan pintu untuk Calansha. Pemandangan indah itu tidak luput dari sepasang mata Aluna. Ia menatap nanar mereka berdua.

"Udahlah..." Aluna mengusap matanya saat air matanya akan keluar.

"AARAV!!" Cepat sekali dia merubah suasana pada dirinya sendiri.

"Hai, Calansha." Calansha menatap malas ke Aluna, kenapa harus ada si cewek perusak keadaan disini?

Calansha menggenggam tangan Aarav agar Aarav tidak diambil oleh wewe gembel.

"Ayo, Aar!"

"Eits, bentar dulu. Gue juga ikut." Aluna menggenggam tangan Aarav satunya. Kini Aarav sudah diapit oleh dua orang.

"Eh wewe gembel, kita nggak sudi ngajak lo. Mending lo pergi sendiri." Calansha mencoba untuk melepaskan genggaman Aluna pada Aarav.

"Nama gue bukan wewe gembel ya, mau gue sleding pala lo." Aluna juga tak mau kalah, ia menatap tajam Calansha. Enak saja, dirinya disebut wewe gembel.

"Diam!!" Calansha maupun Aluna pun diam, jika sudah begini mereka tidak berani melawan Aarav.

Aarav melepaskan genggaman keduanya dan pergi sendiri menuju kelas. Sedangkan, mereka malah menatap satu sama lain dengan tatapan tajam dan menusuk.

🌻🌻

"Calansha, gue kira lo nggak masuk." Pagi-pagi ia sudah sangat kesal, pertama ia berhadapan dengan wewe gembel itu lalu sekarang, ia harus mendengarkan ocehan Trita.

"Becca, lo nggak mau gitu, comblangin gue sama Kak Gibran?" Pinta Trita dengan wajah sedih yang dibuat-buatnya.

"Nggak." Jawaban Becca membuat hati Trita semakin tergores. Sakit sekali, jadi seperti ini rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Dan...tidak direstui oleh adiknya.

"Jahat lo, tau ah males gue."

Semuanya tidak ada yang menggubris Trita, palingan sebentar lagi pasti balik lagi kayak biasanya.

"An, lo tadi kenapa lama banget?" Tanya Nay pada Calansha yang sedang menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya.

"Ketemu wewe gembel."

"WEWE GEMBEL?!! DIMANA?!!" Nah kan, belum sampai sepuluh menit. Trita sudah balik seperti biasanya.

"Anjir, nggak usah teriak-teriak juga. Kebiasaan lo." Nasihat Becca pada Trita, pasalnya ia selalu saja berteriak tidak bisa gitu kalem seperti Fara.

"Parkiran."

"An, bentuknya kayak gimana? Terus dia ngapain lo aja?" Calansha semakin pusing mendengar ocehan Trita.

"Aluna." Sepertinya teman-temannya mengerti sekarang apa yang terjadi.

"Ohh...si Aluna Dafiza itu?"

Aluna Dafiza?, batin Calansha.

Calansha semakin dibuat bingung, apakah Aluna Dafiza ada sangkut pautnya dengan teror dan penculikannya? AD?

Siapa sebenarnya AD? Apakah Aluna Dafiza?

_
_
_
_
_
_

Apakah Aluna adalah orang yang sama dengan orang inisial AD?

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang