Eps 18: Teror

552 31 0
                                    

Selamat membaca~

"Inti permainan akan dimulai"
AD

Calansha, gadis itu sedang terbaring sambil memainkan handphone-nya. Sepertinya seluruh sekolah tau bahwa ia sudah berpacaran dengan Aarav. Berita itu bak petir yang menyambar, cepat sekali menyebar.

Calansha teringat saat Aarav menyatakan bahwa ia adalah miliknya. Mengingat hal itu membuat gadis dengan iris mata coklat tersenyum senang dan lebar.

Ia beranjak dari kasurnya dan berdiri di depan cermin yang cukup besar. Calansha melihat dirinya sambil tersenyum manis.

Calansha melihat dirinya, seperti ada yang berbeda. Lalu ia melepaskan sesuatu dari salah satu bagian dari wajahnya.

"Cantik banget." Ia lagi-lagi tersenyum dan berjalan mengambil sebuah foto yang terlukiskan ia sedang bersama seseorang.

Mata Calansha berkaca-kaca melihat itu. Ia jadi teringat kenangan yang sangat indah saat bersamanya. "Pinter banget gue."

Calansha menaruh kembali foto itu dan berjalan menuju balkon kamarnya. Sungguh, hatinya saat ini sangat senang. Usaha yang dilakukannya tidak gagal.

Mata lentik itu menatap ribuan bintang di langit sana. Bulan dan bintang bersinar sangat indah sama halnya seperti dengan suasana hatinya.

"Aarav Cakra Danendra, kau sudah menjadi milikku. Betapa senangnya hati ini." Kebahagiaan terpancar di wajah Calansha. Kini, tak ada lagi wajah dingin yang menyelimutinya.

"Danesh Malviano, gue kangen banget sama lo. Tapi....gue nggak bisa."

"Awss, siapa sih yang ngelempar malem-malem gini," ringisan kecil keluar dari mulut Calansha, saat ada yang melemparnya dengan batu.

Calansha mencari batu itu untuk melemparnya kembali. Tapi...sebentar, batu itu dibaluti kertas.

Calansha membuka kertas yang sudah tidak rapi lagi. Matanya membola saat membaca itu.

Permainan dimulai, sayang...
~AD~

"Maksudnya? Siapa AD?" Calansha meremas kertas itu dengan kesal. Siapa yang berani mengirimkannya seperti itu?

Calansha masuk dan mengunci pintu balkonnya. Ia pergi menuju tempat tidurnya untuk menenangkan pikirannya. Teror?

🌻🌻

Calansha terbangun dari tidurnya. Ia menyipitkan matanya, ini sudah pagi hari tapi ini masih jam lima. Ada seseorang yang mengetuk pintu balkonnya yang terbuat dari kaca.

Calansha bangun dan berjalan menuju balkon, siapa yang mengetuknya pagi-pagi? Sepertinya Calansha lupa kejadian tadi malam.

"Kotak? Siapa sih?" Calansha membawa kotak itu ke dalam kamarnya, tak lupa menutup kunci balkonnya.

Calansha penasaran dengan kotak itu, ia membukanya perlahan kotak itu. Boneka barbie?

Ia mengambil boneka barbie itu dan mengamatinya. Terdapat dua boneka barbie yang satu berambut hitam dan satunya cokelat sedikit hitam.

Dibawahnya terdapat kertas dengan tulisan nama seseorang. Calansha membacanya, lagi-lagi ia terkejut.

"Kemarin?" Calansha teringat dengan kejadian kemarin. Apakah yang mengirimkannya adalah orang yang sama?

Calansha tak ingin memikirkan itu lagi, ia beranjak menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandi nya. Karena ia harus sekolah pagi ini.

Beberapa menit kemudian, Calansha sudah siap dengan balutan seragam di tubuhnya. Tidak lupa ia memasangkan sesuatu yang penting.

Calansha turun untuk sarapan, di sana sudah ada Aarav yang menjemputnya.

"Pagi." Gadis itu tersenyum kepada semua. Aarav pun ikut sarapan bersama keluarganya. Melihat keakraban antara Aarav dan keluarganya membuatnya tersenyum.

"Kamu mau sarapan apa? Biar aku yang ambilin," tanya Calansha terhadap Aarav membuat kedua orang tua Calansha menggodanya.

"Ciee ciee..." Goda ayah Calansha membuat Calansha dan Aarav tersenyum malu-malu.

"Udah udah..." Ibu Calansha menengahi.

Setelah sarapan, kedua sejoli yang sudah menjabat status pacaran berpamitan dengan kedua orang tuanya Calansha.

🌻🌻

"Kamu katanya mau latihan?" Aarav mengangguk mengiyakan. Mereka baru saja tiba di sekolah.

Aarav pagi ini ada latihan basket, karena beberapa hari lagi ada tournamen.

"Aku anterin kamu dulu," Aarav sedari tadi di mobil memaksa agar dia mengantarkan Calansha ke kelasnya, namun Calansha sudah menolak beberapa kali.

"Nggak, Aarav. Kamu pasti udah telat, aku bareng sama....FARA!!" Calansha melihat Fara yang baru saja datang.

"Oke, aku pergi dulu ya." Calansha meninggalkan Aarav yang tersenyum tipis. Bahkan, Calansha sendiri tidak tau.

Calansha berjalan beriringan dengan Fara menuju kelasnya. Calansha yang notabenenya irit bicara dan Fara yang tidak banyak omong seperti Trita pun hanya diam. Mereka berdua berjalan dengan keheningan, hanya terdengar suara riuh dari beberapa murid.

Bruk

Calansha tersungkur karena tertabrak seseorang, ralat ia yang ditabrak.

"Shit!!" Umpat Calansha, jatuh sudah harga dirinya karena tersungkur dengan posisi yang terbilang cukup tidak bagus.

"Ma-maaf." Stasya, gadis itu yang menabrak Calansha.

Saat Stasya ingin membantu Calansha, Calansha sudah berdiri sendiri. Mata Stasya bertemu dengan mata Calansha.

Kaki Stasya rasanya kaku. Dia? Pikir Stasya. Badannya panas dingin, jantung Stasya berdetak sangat kencang. Ia terus menatap Calansha tanpa berkedip.

"Mata lo buta hah?!!" Calansha sangat kesal dengan gadis di depannya. Perihal hari itu membuat Calansha membenci gadis di depannya.

Stasya hanya diam, ia hanya menatap wajah cantik di depannya. Calansha yang merasa tidak ada jawaban pun berlalu meninggalkan Stasya yang masih mematung.

_
_
_
_
_
_

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang