Eps 15: Mabuk

768 31 0
                                        

Selamat membaca~


Calansha sedari tadi mengecek handphonenya, apakah pesan dari-nya sudah dijawab oleh Aarav? Namun, belum sama sekali. Bahkan, gadis itu kini mondar-mandir mencemaskan Aarav. Dia sudah menelponnya tapi tidak ada jawaban. Dimana Aarav sekarang?

Di tempat lain, gemerlap lampu dan dentuman musik yang sangat keras. Ini sudah botol ketiga, Aarav meneguknya dengan santai. Ia masih bisa menahan ini semua, pikirannya sekarang hanya terfokus pada Calansha.

"Lo udah bohongin gue, An." Racau Aarav, sambil meneguk botol keempat.

Aarav sudah tidak tahan lagi, pandangan Aarav berputar-putar. Kenapa dunia ini berputar? Bukannya bumi yang berputar? Pikir Aarav.

Aarav pergi keluar, ia mengambil motornya dan menaikinya. Tapi, ia sudah jatuh terlebih dahulu karena kepalanya sungguh pusing. Ia tak menyerah, ia menaikinya lagi dan mengendarainya. Meskipun Aarav mengendarai motornya, tetapi ia tetap tidak bisa menjaga keseimbangannya. Dan akhirnya....

Brugh

Aarav tidak terluka, ia hanya gagal menjaga keseimbangannya dan terjatuh. Kecepatan Aarav saat mengendarai motor pun terbilang sangat rendah.

"Calansha, gue benci sama lo." Sedari tadi Aarav hanya meracau seperti itu, jika tidak ia akan menyebut nama Calansha berulang kali.

"HEI!!" Pekik seorang gadis, ia kaget saat melihat ada seseorang yang sedang duduk di trotoar dengan sepeda motor yang sudah roboh disampingnya.

"Kamu kenapa?" Gadis itu belum tau jika Aarav sedang mabuk. Sepertinya gadis itu pernah bertemu dengan Aarav sebelumnya, ah iya ingat sekarang.

Gadis itu mencium aroma yang tidak enak dari Aarav dan ia sudah menebaknya jika Aarav mabuk.

"Gue benci lo, Calansha."
"Gue benci."
"Calansha, lo bohongin gue."
"Danesh bangsat!!"

"Calansha?" Gadis itu mengernyit heran, apakah penyebab lelaki itu mabuk karena seorang gadis bernama Calansha?

Entahlah...

"Ayo, aku bantu!! Berat banget." Gadis itu mengalungkan lengan Aarav dipundaknya dan tangannya ia lingkarkan di pinggang Aarav. Belum sempat berjalan, gadis itu sudah keberatan.

"Lo mau ngapain gue, hah?" Racau Aarav dengan nada rendah.

"Aku nggak bisa bawa dia, gimana ya? Ah, telfon temennya...tapi, aku nggak punya nomornya." Gadis itu berpikir cukup keras, dan ia menemukannya. Ia meraba-raba saku celana dan jaket Aarav.

"Kok nggak ada yang disimpan sih nomornya? Cuma nomor Calansha, sama orang tuanya. Masa aku bilang ke Calansha, ah jangan." Akhirnya, gadis itu menelpon nomor yang tidak disimpan Aarav, ia berdo'a semoga itu adalah nomor temannya.

"Ck, apaan sih, Aar? Ganggu orang push rank aja."

Gadis itu bersyukur, sepertinya itu adalah teman Aarav.

"Halo." Sepertinya teman Aarav terkejut mendengar suara seorang perempuan yang menjawab.

"What?!! Lo siapa? Lo mau-" rentetan pertanyaan yang berasal dari Gibran terpotong karena ucapan gadis itu.

"Temen kakak lagi mabuk." Sedangkan Gibran sudah melotot dan ia meminta alamat tempatnya dan gadis itu pun memberikannya.

Sepuluh menit berlalu, Aarav pun sepertinya sudah terlelap. Gadis itu membaringkan tubuh Aarav di jalanan. Kalian sudah bisa membayangkan gimana keadaan Aarav sekarang.

Gadis itu menghalau matanya saat melihat ada sebuah lampu yang sangat terang. Itu adalah lampu dari mobil. Sepertinya teman Aarav sudah datang, pikir gadis itu.

Gadis itu terus menatap mobil itu hingga berhenti dan keluar seorang cowok, tapi ia tidak tau siapa namanya. Siapa lagi kalau bukan Gibran.

"Lo buka pintu belakangnya." Gadis itu menurut ia membukakan pintu mobil untuk Aarav.

"Thanks ya," gadis itu pun mengangguk dan memberi pesan kepada Gibran agar menyuruh Aarav untuk meminum air yang banyak saat ia bangun.

Gibran pun melesat pergi dan gadis itu pun mengernyit, motornya? Nanti hilang bagaimana?

"Bawa aja deh. Besok aku kasih tau ke kakak tadi kalau motornya aku bawa." Ia pun membawa motor sport yang terbilang cukup besar.

🌻🌻

Sinar matahari membuat seorang lelaki terbangun dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan, sebentar dimana ia sekarang? Ini bukan kamarnya.

"Bangun lo!!"

Aarav menengok menatap asal suara itu, Gibran?

"Ngapain lo?" Aarav belum bisa berpikir dengan jernih. Ia bingung kenapa bisa ada Gibran disini dan kamar ini?

"Aws, kepala gue."

"Lo di rumah gue. Lo kemarin mabuk." Oke, Aarav sekarang ingat.

"Jam berapa?"

"Setengah tujuh, lo siap-siap. Sekolah."
Sepertinya Gibran sedang kerasukan sesuatu, biasanya ia sangat malas untuk sekolah. Bahkan, ia biasanya berangkat jam setengah delapan.

"Baju gue?"
"Serasa punya istri gue." Aarav menatap tajam seorang pelaku, bisa-bisanya dia dianggap seorang istri. Ah bukan istri, tapi....suami? Suami suami?

_
_
_
_
_

Oke segini dulu, maaf kalau bahasanya terlalu baku

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang