Selamat membaca~
"Sebentar lagi, lentera akan datang menemui kegelapan"
ADDua minggu berlalu, Stasya belum saja membuka matanya. Orang tua Stasya juga sudah dihubungi setelah satu hari kejadian menimpa Stasya.
Namun, Stasya tetap memejamkan matanya. Seolah-olah ia sangat nyaman dengan tidurnya. Seseorang mengelus rambut gadis itu, ia adalah ibunya. Batari Andiya.
"Sayang...kapan kamu bangun, hm? Ibu disini, kamu nggak kangen sama ibu?" Tiap hari Batari selalu mengajak ngobrol Stasya, namun gadis itu hanya diam.
Ibu Stasya mengecup punggung tangan putrinya dengan lembut. Ia menatap putri bungsunya dengan sedih.
"Ibu....ayo makan dulu. Ibu belum makan dari pagi." Aleta Putri Aryanti, kakak dari Stasya dan putri sulung Batari.
"Tapi...siapa yang jaga adek kamu?"
"Biar saya." Seorang pria paruh baya yang sudah berkepala empat itu masuk.
"Stasya akan baik-baik saja." Batari dan Aleta pun pergi, karena ia sangat percaya dengan orang itu.
"Hey, putri kecilku. Kapan kamu bangun? Udah waktunya untuk kamu bangun." Pria paruh baya itu menatap sayang gadis di depannya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.
Dia membisikkan nama seseorang pada Stasya, keajaiban datang dengan tiba-tiba. Gadis itu terbangun, mata lentik itu membuka matanya setelah sekian lama.
Pria paruh baya itu tersenyum kepada Stasya. "Anda siapa?"
"Belum saatnya kamu tau, kamu harus pulih dulu, Stasya."
"Stasya?" Gadis itu langsung menutup rapat-rapat mulutnya. Ia kemudian menatap pria paruh baya itu dan tersenyum.
"Syukurlah, kamu sudah kembali." Pria paruh baya itu tersenyum dan mengelus kepala gadis yang masih terbaring di brankar rumah sakit namun keadaannya sudah membaik.
🌻🌻
Ruangan terbuka menampilkan seorang anak dan ibu. Ia adalah Calansha dan ibunya. Setelah mendengar kabar bahwa Stasya sudah sadar, mereka langsung meluncur ke rumah sakit. Bagaimanapun Stasya lah yang menyelematkan Calansha.
"Hai, Stasya." Sapa ibu Calansha dengan senyum lebar membuat Stasya tersenyum sedih.
"Gimana keadaan kamu?" Stasya menatap mereka berdua dengan rasa yang bercampur aduk.
"Baik."
"Makasih karena udah nyelamatin gue, kalo nggak gue pasti yang ada disini." Calansha menatap manik mata Stasya, Stasya melihat ketulusan di mata itu membuatnya tersenyum."Calansha, kamu ngobrol berdua dulu ya sama Stasya. Mama mau ke kantin dulu."
Calansha mengangguk mengiyakan, Stasya masih saja menatap mereka berdua. Entahlah...apa yang terjadi
"Lo udah baikan? Atau masih ada yang sakit?" Meskipun Calansha dulunya sangat benci dengan Stasya, tapi Calansha juga harus berterima kasih pada Stasya karena telah menyelamatkan hidupnya.
Hati gue, batin Stasya.
"Udah kok." Stasya hanya tersenyum hambar menanggapi Calansha. Ia masih canggung dengan sikap Calansha yang berubah drastis.
Ceklek
"Danesh?" Pintu terbuka menampilkan Danesh dengan membawa buah-buahan.
Stasya menatap lelaki itu, lagi-lagi ia hanya diam. Danesh, lelaki itu yang biasanya membantunya.
"Hai, Stasya. Apa kabar?" Seperti inilah sikap Danesh, humoris dan baik.
Stasya hanya mengangguk sebagai jawaban. "Lo mau buah nggak? Buah apa? Biar gue yang kupasin? An, lo mau juga nggak?"
"Nggak usah, Danesh. Kalo kamu mau makan aja gapapa." Ucap Stasya dengan lembut, dan Danesh hanya menggeleng.
"Lo kok tidurnya lama banget sih? Nggak tau apa gue kangen sama lo." Calansha yang mendengar itu entah kenapa hatinya sedikit tidak rela. Stasya hanya tersenyum menanggapi Danesh.
"An, lo kesini sama siapa? Sendiri?"
"Gue sama mama. Tapi dia lagi di kantin." Danesh hanya mengangguk-angguk kepalanya.
Calansha dan Stasya hanya mendengarkan berbagai cerita yang disampaikan oleh Danesh. Kadang membuat mereka tertawa, kadang juga tidak.
🌻🌻
Stasya kini sudah berada di kos-kosannya setelah berada di rumah sakit selama dua minggu tiga hari. Orang tuanya juga sudah pulang ke kampung halamannya. Stasya kini akan menjalani aktivitas seperti biasanya.
"Stasya Azalea." Stasya membaca name tag yang tertempel di seragamnya. Ia tersenyum membaca nama itu.
Stasya sudah berada di sekolah, ia sedang berjalan menuju kelasnya XI IPA 2. Ia sudah lama sekali tidak masuk, tidak ada perubahan sedikit pun.
Saking asiknya melihat-lihat sekitar, Stasya tidak memperhatikan jalannya dan...
Bruk
"Shit!" Umpat seseorang.
Stasya menatap seseorang yang jatuh di hadapannya. Ia mengulurkan tangannya berniat untuk membantu. Tapi tangannya malah ditepis oleh orang itu.
"Kalo jalan yang bener." Stasya meminta maaf pada lelaki di depannya. Stasya mengenal lelaki di depannya maupun sebaliknya. Stasya menatap punggung orang itu dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
_
_
_
_
_
_
_Stasya udah balik nih
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is She? [END]
Mistério / Suspense"Kebangkitan seseorang untuk mengembalikan jati dirinya" Kisah ini menceritakan seorang gadis dengan kehidupan yang baru. Akankah gadis tersebut akan kembali ke kehidupan yang dulu atau dia akan tetap di kehidupan yang ia jalani sekarang? Gadis yang...